webnovel

9

Ronal mengemudikan BMW milik Atta untuk mengantar adik dari boss nya itu bepergian, Atta tidak membiarkan Citra yang ceroboh untuk nyetir sendiri.

Katanya tadi dokter muda itu mau ketemu dengan seorang teman di sebuah café di daerah Sudirman. Tapi Ronal jadi curiga bukan Cuma teman saja. Ronal melihat Citra yang sedikit gugup selama perjalanan mereka ke café yang mereka tuju. Citra sesekali berusaha merapikan kembali letak jilbab nya, membereskan riasan nya juga menghela nafas gusar.

Curiga nih, "Kakak sebenarnya mau ketemu siapa sih ?" tanya Ronal akhrinya. Dari tadi selama perjalanan, Citra menutup mulut tidak berkata apa-apa, bahkan saat Ronal berbicara perempuan bermata coklat itu tidak menjawab jelas.

"Teman, Ron."

"You are bad liar kak. Jangan coba-coba bohong sama Ronal."

Citra mendengus sebal mendengar perkataan Ronal. "Apaan sih."

Ok, Ronal sudah menemukan jawaban nya. Citra jelas sedang berbohong pada nya dan tentu saja orang yang akan ditemui oleh Citra ini bukan teman nya. Jawaban sewot dari Citra menjelaskan segalanya.

Sebagai anak buah dari Atta, Ronal mendapat mandat langsung memata-matai Citra kali ini. Atta juga sebenarnya curiga dengan Citra makanya dirinya meminta Ronal mengatarkan adiknya itu.

"Sampai !" cicit Ronal memberhentikan BMW Atta di parkiran. Mata Citra tak terlalu fokus hingga dirinya sedikit terkejut saat Ronal berkata sudah sampai.

"Ok, gue turun dulu. Lo boleh pulang." Kata Citra pada Ronal.

"Ongkos pulang nya, Kak !" pinta Ronal pada Citra. Dokter muda itu menggerutu pelan saat Ronal memeras nya. Ini nih resiko kalau keluar dengan mahasiswa seperti Ronal, pasti minta jajan.

Citra menyerahkan dua lembar uang 100 ribuan kepada Ronal lalu langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam café.

Ronal menghubungi Atta dan mengabari keadaan yang telah Ia amati selama perjalanan dengan Citra. Dan lagi-lagi Atta memandatkan nya untuk mengintai Citra sampai dalam café, jangan lupa untuk mengambil gambar lelakinya.

[***]

Citra masuk ke kafe tempat janjian nya dengan sepupu Bimo, Mas Widhi.

Ya, setelah 3 hari yang lalu Yuli menawarkan acara blind date dengan si doi dan Ia juga menyetujuinya, akhirnya hari ini tepatnya jam 19.23 WIB Ia akan segara bertemu dengan yang tersebut.

Citra gugup setengah mati sih sebenarnya. Yaiyalah, seumur hidupnya ini pertama kalinya Ia melakukan blind date. Ia sebenarya merasa konyol juga sih, ngapain ikut ginian segala sih, seakan dirinya sedang benar-benar frustasi tingkat dewa masalah pasangan. Padahal ya nggak frustasi-frustasi amat. Tapi nggak apa-apa, lumayan juga buat pengalaman. You will never know kalau tidak coba kan kan kan ?

Secuil info dari Yuli, Mas Widhi ini adalah seorang manager perusahaan besar di Singapur dan umurnya beda 7 tahun dengan dirinya.

Ok not bad sih tapi gimana ya, bikin deg-degan aja sih dengan latar belakang nya itu.

"Mbak mau nanya meja untuk Widhi dimana ya ?" tanya Citra pada seorang pelayan wanita yang di dekat pintu masuk

"Oh Pak Widhi, mari bu saya tunjukkan."

Citra mengekori pelayan wanita itu ke meja 'Pak Widhi' tersebut. Sampai disana sudah ada lelaki yang duduk di meja tersebut.

'Duh gila, gue udah lemas' gumam Citra dalam hatinya.

Lelaki tersebut menoleh saat pelayan wanita itu membawa Citra mendekat, Ia langsung berdiri dan menyambutnya datang.

"Citra ya ?" tanya nya.

Aduh euy, suara nya seksi sekali Ya Tuhan. Tau nggak suara orang yang lagi radang tenggorokan ? serak-serak berat gitu.

Anggukan kecil dari Citra membuat senyum lelaki itu lebar merekah. Aduh nggak nahan. Doi mengulurkan tangan nya untuk berjabat tangan dengan Citra saat mbak pelayan pamit undur diri.

"Nice to meet you, Cit." kata nya.

"Nice to meet you too." Balas Citra sopan lalu duduk di kursi yang sudah di persilahkan oleh Widhi.

Mari kita bahas kesan pertama. Widhi is totally different. Tubuhnya tinggi sekitar 185 terprediksi dari penglihatan mata, mata nya tajam dan mengintimidasi, kulitnya kuning langsat, giginya rapi, wajah mulus seperti pantat bayi, rambutnya dipotong ala-ala boyband gitu dan juga sangat wangi. So far so good sih.

"So, how old are you, Nona Citra ?" tanya nya membuka pembicaraan setelah mereka berdua selesai memesan makanan.

"25th. What about you, Pak Widhi ?" tanya Citra balik. Lelaki itu mengulas senyum tipis mendengar panggilan Citra untuk nya.

"About 32th sih." Sahut Widhi, "Jangan Pak dong, makin nampak tua deh saya." Ungkap nya sambil terkekeh pelan.

"Hehehe. . ." cengir Citra terpaksa tanpa menjawab apapun.

Ya ampun, kok kaku gini. Gerutu Citra dalam hati. Lagian ini orang kok songong banget sih, kayak nggak ada pertanyaan lain aja. Masa percakapan pertama mereka tentang umur. Hadeuh.

"So, ini kali pertama kamu blind date ?" tanya Widhi lagi. Citra mengangguk mantap sebagai jawaban nya. "I see, kamu malu-malu gitu soalnya."

Ha, jadi lelaki di depan nya udah sering ikut blind date begini, udah banyak pengalaman dong ya.

Sepanjang makan malam mereka berlangsung, Widhi lumayan mendominasi percakapan. Pembahasan lelaki itu membosankan dan tak menarik minat Citra untuk membahas nya. Mungkin ini adalah lebih dan kurang nya Widhi-widhi yang ini. Masa lagi dating bahas nya politik ? Euuuwww....

Tampilan 90 dari 100, tapi pembawaan nya 20 dari 100. He is totally boring and not up to date. Beda 360 derajat dengan Mas Badboy nya, Irham benar-benar menyenangkan.

Oh darn. Why him ? Ngapain juga sih ngebanding-bandingin Irham dengan Widhi. No no, hapus Irham dari pikiran mu Citra.

"So Citra, saya benar-benar serius sedang mencari pasangan, jadi saya ingin bertanya pada kamu, apakah kita punya kesempatan untuk dating lain nya ?" pertanyaan lugas dan jelas Widhi mempenjarakan Citra dalam kebingungan.

Berdiri sejenak di luar café sebelum memesan taksi untuk pulang, berat hati Citra menjawab, mau mengiyakan namun Citra tidak mau menyiksa dirinya bertemu dengan seseorang yang tidak membuatnya nyaman, "Nanti kita lihat, Wid hi." Balas Citra mengulas senyum paksa nya.

Dan tampaknya Widhi paham maksud Citra. Dirinya sudah ditolak oleh dokter cantik itu. "Apa sih yang membuat kamu ragu untuk dating lagi dengan saya ?" tanya Widhi to the point.

"Saya kurang tertarik dengan anda, Widhi. I just don't know why." Jawab Citra jujur.

Citra punya 'I don't know why' dalam hidupnya. Menolak Arkan dengan alasan itu dan sekarang menolak Widhi dengan itu juga, tapi menganggumi Irham tidak pakai alasan itu kan ? Ah tidak.

Percuma saja Ia blind date malam ini kalau Ia menjawab begini, seharusnya Ia bisa kan mencoba dating sekali lagi, ya kan ? Yah emang dasarnya nggak suka, nggak bisa dipaksa juga.

"Fine." Jawab Widhi mengerti, "See you when I see you, Citra." Kata Widhi lemas dan berbalik arah menuju mobil nya yang terparkir.

Citra merasa tidak enakan juga sih sebenarnya, ya kali enak-enak aja setelah menolak anak orang. Tapi, Citra tidak bisa mengusahakan apa-apa untuk menyenangkan lelaki itu. Biarkan Widhi mencari yang lain, jangan menghabiskan waktu percuma dengan dirinya.

Bahu Citra di tepuk dari belakang oleh seseorang membuat Citra terpelonjak kaget. "Astaghfirullah."

Ronal tersenyum penuh arti kearah Citra lalu berkata dengan nada menyebalkan, "Kan tipu, he is not your friend, kak." Kata Ronal santai sambil memasukkan tangan ke saku celana nya, berdiri di depan Citra sambil tersenyum penuh arti.

"Apasih Ronal !" hardik Citra galak. "Bukan urusan lo ya !"

"Yes of course not my business." Sahut Ronal tegas, "But, for your information Miss Citra Wyonna, Pak Bos sendiri yang nyuruh Ronal buat nungguin dan ngintai Kakak lagi sama siapa."

Citra mencebikkan bibirnya kesal, sejak kapan sih Kak Atta jadi kepo masalah nya begini. No, bukan kepo. Lelaki itu menjadi posesif begini dengan dirinya.

"Gue mau pulang." Kata Citra ketus.

"Mari Nona hamba antarkan." Sahut Ronal mempersilahkan.

Atta menunggu Citra di kamarnya sambil berbaring di ranjang adiknya itu. Dirinya akan mengintrogasi adiknya itu. Jujur saja Atta tidak suka saat Citra bertemu dengan lelaki dari antah berantah itu dengan tujuan apalah itu. hampir semua teman lelaki Citra dikenali Atta tapi tidak dengan lelaki yang tadi Ronal laporkan padanya.

Pintu kamar Citra terbuka dan Atta menegakkan tubuhnya saat Citra masuk kamar dengan wajah cemberut.

"I hate you." Kata Citra ketus pada Atta. Citra sudah tahu kalau Atta menitahkan Ronal untuk mengintai nya dan itu menyebalkan.

"You love me, I know Cit." sahut Atta sambil terkekeh geli karena Citra mengambek dengan nya. "I love you too Citra."

"Kak Atta nyebelin." Sunggut nya.

"yes, I am." Sahut Atta mantap. "Siapa lelaki itu, Citra ? One thing, don't lie." Tanya Atta lalu memperingati Citra.

"A Blind date man."

Atta memekik shok, "W-what ? Blind date ?" tanya Atta tak percaya. "Citra bego." Atta tak tahan untuk tidak menjitak kepala Citra, "You still young, Citra. Why you," "god." Ujar Atta tak habis pikir. Ia kehilangan kata-katanya mendeskripsikan bagaimana bego nya sang adik karena melakukan kecan buta tak berguna itu.

"I just try. . ." Citra mencoba membela diri.

"Try what Citra ?" bentak Atta kesal. "Gue paling nggak suka kalau lo buang-buang waktu buat hal yang begituan." Marahnya.

"Kamu mau banget punya pasangan ya ? Minta Anyak jodohin, jangan lah kecan buat gitu." Ujar Atta mengomel panjang lebar. "Lo masih muda Citra, kejar karir lo dulu jangan ngelakuin hal bodoh kayak gitu. Benar-benar nih anak." Omel Atta masih kesal. "Lo bahkan belum ujian STR, belum dapat kerjaan tetap, lo belum apa-apa setelah koas, tapi lo buang-buang waktu untuk hal nggak guna itu." tambah Atta lagi. Ia keluar dari kamar Citra sambil membanting pintu saking kesalnya dengan sang adik.

Owh shit man, Citra kembali terssadar bahwa dari Ia sudah melakukan sebuah kebodohan.

Citra melemparkan tubuhnya ke atas ranjang.

What a tai night.

Nyesal banget deh ikut blind date ini. Udah deh ini terakhir kali nya, pulang-pulang kena omel lagi.

[***]