webnovel

6

"Kamu masih mau lanjut emang nya?" tanya Irham memandang wajah Bella yang kini berdiri di depan nya dengan Irham menompang tubuhnya di atas jok motornya.

Gelengan kecil dari kepala Bella menjelaskan maksud gadis itu, "Aku udah pikir mateng-mateng, perpisahan adalah yang terbaik untuk kita." Sahut Bella mantap.

Irham tersenyum tipis memakmalumi, "Aku masih sayang sama kamu tapi Bell."

"Aku juga masih sayang kamu, Ham. Tapi aku nggak mau kita sama-sama tersakiti." Ujar Bella sambil menundukkan kepala sedikit, enggan menatap balik Irham yang kini punya raut terluka diwajah tampan nya.

"Ok," cicit Irham pelan. "Nggak apa-apa, kita putus disini dan cukup sampai sini aja." Ujar Irham final. Untuk sekalian kali nya, Irham melepaskan orang yang tersayang nya. sakit sih, tapi sudah biasa. Perasaan dan momen ini silih berganti datang dalam kehidupan nya.

Pacaran, pas mau diseriusin, eh terhalang oleh A, B, C dan seterusnya, berakhir bubar deh.

Benarkan seperti dugaan Irham sebelum nya, bahwa hubungan mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.

Air mata perlahan membasahi wajah Bella, perempuan itu menangis. "Maafin aku," ucapny asambil terisak pelan. "Berat banget lepasin kamu, Ham." Isaknya.

"No no no, nggak ada yang perlu dimaafin disini Bell, kita baik-baik aja kok. Cuma mungkin kita udah nggak seperti dulu, bukan pasangan kekasih lagi." Irham meraih tangan Bella dan meremasnya pelan, memberikan kekuatan kepada model cantik yang kini sudah resmi menjadi mantan kekasih nya. "Sama beratnya di aku, tapi mungkin kita emang nggak jodoh." Ujar Irham berlapang dada.

"Kamu harus bahagia lebih dari yang kamu dapatkan saat sama aku, janji sama aku." Irham mengangkat wajah Bella yang kini basah oleh air mata, jari-jarinya aktif membersihkan sisa air mata yang terjun bebas itu. "Makasih udah pernah jadi bagian indah dalam hidup aku Bell, makasih udah datang."

"A-Aku janji," cicit Bella dengan suara serak karena menangis. "Terimakasih kembali Irham, dan see you when I see you." Bella berbalik badan berjalan menjauhi Irham yang kini hanya bisa menatapnya sendu.

Sore di hari Kamis itu menjadi saksi bisu berakhirnya hubungan mereka berdua. 7 mau jalan 8 bulan mungkin waktu yang singkat namun semua yang telah dilewati saat masih bersama-sama bukan sedikit dan juga bukan tak berharga. Namun, kisah harus berakhir walau masih ingin merajut kasih karena restu tak dapat dipetik.

Irham menatap kepergian Bella dalam taksi dengan helaan nafas kasar. Sudah, sudah berakhir semuanya. Tidak ada yang perlu diceritakan lagi atau dibicarakan lagi. Seperti kata Bella, perpisahan memang yang terbaik untuk mereka.

Kembali lagi, Irham harus bisa move on. Bukan perkara mudah untuk dilakukan tapi Ia sudah sangat sering menghadapi situasi ini, semoga kali ini sedikit lebih mudah.

[****]

Irham mampir ke warung kopi adiknya untuk bersantai disana. Suasana warung kopi milik Irsyad dapat meminimalisirkan ketegangan jiwa yang Ia rasakan.

Sampai disana waktu sudah magrib, untung tidak macet di jalan jadi Irham sempat menunaikan ibadah solat magrib nya.

Memesan satu gelas kopi espresso dalam mug besar dan ditemani oleh dua potong cheese cake tambah rokok satu bungkus. Etdah, udah paling mantap buat menghilangkan gegana, gelisah galau merana karena baru saja kehilangan sang pacar.

Lama terdiam sambil sesekali menyesap si pahit hitam dan juga menghisap nikotin batangan di tangan nya. pikiran nya berlari-lari entah kemana, hening suasana nya namun tidak bisa mengheningkan pikiran Irham.

"Lho, Kak Irham?!" sapa seorang wanita pada Irham yang sedang bersiap menyulut rokoknya yang kedua.

"Citraa !" Irham tersenyum lebar mendapati dokter cantik itu menyapa nya, "Sama siapa?" tanya nya basa-basi.

"Sendiri aja kok. Baru kelar dari tempat praktek, terus pengen kesini buat santai." jelas perempuan berhijab burgundy itu.

"Sini gabung sama gue, sendirian nih." Ajak Irham ramah. Citra mengangguk kecil lalu menarik kursi di depan Irham dan duduk disana.

Irham membahasakan gue-elo dengan Citra membuat Citra sedikit kesenangan karena mereka tidak lagi bersapa dengan formal.

"Kak Irham sering kesini?" tanya Citra pada Ikram.

"Iya kadang-kadang aja sih, kalo lowong gue suka ke sini sik." Jelas Irham sambil memutar-mutarkan batang rokoknya di tangan.

Citra sudah jatuh cinta dnegan café Baby's Shad ini maka dari itu Ia kembali lagi kesini. Mulai dari hari Arkan mengajak nya ke sini, Citra sudah menambahkan list café ini sebagai salah satu tempat favorit nya.

Citra memperhatikan gerak-gerik Irham yang ada di depan nya, dalam hati Ia berteriak girang Karena punya kesempatan bisa berduaan dengan Mas Badboy walau konteknya bertemu tidak sengaja.

Yah gimana ya, setelah pertemuan mereka beberapa kali, Citra selalu teringat-ingat dengan Irham. Menurut nya, Irham itu porsi yang pas sebagai lelaki idaman nya.

Tapi, walau bagaimana pun dalam hati Citra juga bersedih karena lelaki yang Ia kagumi itu sudah punya kekasih, cantik banget ditambah model pula. Citra jelas bisa tersingkirkan.

Citra melihat bungkusan rokok yang ada di meja dan Ia yakin itu milik Irham apalagi di tangan lelaki itu ada selinting rokok yang belum tersulut. Citra jadi penasaran bagaimana keren nya lelaki itu saat mengisap batang nikotin itu.

Jujur saja, sebagai pecinta lelaki badboy, Citra paling suka melihat gaya lelaki saat menghisap rokok, tampak kayak cool gitu, ya gak sih? Tapi bukan artinya Citra mendukung orang-orang yang merokok, that's not good man. Ia hanya menyukai melihat gaya mereka merokok.

"Lo juga suka espresso?" tanya Irham saat seorang pelayan mengantar satu gelas kecil espresso, dua botol air mineral dan juga dua potong brownies coklat.

"Nggak !" jawab Citra sambil menggelengkan kepala nya pelan, "Kalo ngopi sama Kak Atta, dia pasti minum yang ini." Ujar Citra sambil menunjuk espresso nya. "Dan Kak Atta selalu ngelarang Citra buat minum espresso, he said, when you once with espresso, second you will fall in love."

"Yah, that's true Citra. Gue kalo lagi sakit jiwa, gini nih." Balas Irham menunjukkan mug besar nya yang terisi oleh espresso. "Espresso cures me. Langsung waras deh gue."

Perkataan Irham mengundang tawa cantik Citra. Tawa yang bisa menentramkan gundah hati yang Irham rasakan dan Ia menikmati apa yang ada di depan nya, a beautiful creature of god. Suara tawa Citra sungguh enak di dengar.

"Along with cigarrates too, hmm?" tanya Citra kemudian.

Irham menggeleng pelan, "Not really but Along with this," Ia menunjukkan cheese cake sang kue favorit yang sudah terpotong beberapa bagian habis Ia makan, "And you." Kata Irham tanpa sadar dengan suara kecil dan tampak nya Citra tidak mendengar itu karena tidak ada reaksi berlebihan dari dokter muda itu. irham memperhatikan Citra lamat-lamat dan dokter itu benar-benar menarik.

Haih bajingan, Irham merasa buruk karena terus mengagumi Citra yang ada di depan nya. Baru juga patah hati beberapa jam yang lalu, sekarang mata sudah berkalana lagi. That's not good, dude. Irham belum siap ditolak lagi.

"I see. . ." sahut Citra pendek, kemudian Ia mencoba sedikit espresso yang telah Ia pesan.

"Ouch, holly sh*t." maki Citra tanpa sadar saat rasa pahit kopi tersebut menjalar ke seluruh mulutnya. Irham tertawa geli melihat ekpresi masam dari wajah Citra. Dokter itu pasti terkejut dengan rasa dan sensasi nya.

"Hahaha. . . kesan pertama memang sedikit menyakitkan, Cit. But please enjoy !" Irham membuka botol air mineral yang dipesan Citra tadi dan menyodorkan kepada perempuan cantik itu.

Citra menerima nya dan buru-buru meneguk nya untuk menetralkan ras pahit di mulutnya. "Pahit banget taauuuu…." Keluh Citra sebal.

Lagi-lagi Irham tertawa mengejek Citra yang kini asik merenggut karena tertipu dengan buaian 'fall in love' pada rasa kopi pahit asal Itali itu.

"Nggak lagi deh, kapok !" sunggut dokter cantik itu lalu mendorong jauh gelas kopinya.

Lama mereka berbincang hingga jam menunjukkan pukul 9 malam. Dari itu, Citra jadi tahu kalau Irham adalah tipe orang yang easy going dan sangat enak diajak berbincang. Tidak cerewet tapi pas kadar nya untuk orang yang gemar berbicara, banyak topik yang bisa dibahas dengan lelaki itu. Lelaki itu juga banyak bercerita saat dirinya masih mengenyam pendidikan di Jerman dan sangat menyenangkan dapat berbicara dengan lelaki itu. Bukan tipe lelaki ensiklopedia berjalan sih tapi sosok yang tahu semua hal yang lagi up to date dan cucok lah.

Dan one more thing, ada cerita dibalik espresso yang menemani Irham yang sedang sakit jiwa ini. Mas Badboy bercerita tentang asmara nya yang kandas, filosofi secangkir besar espresso malam ini. Dari situ, Citra jadi tahu bahwa mereka punya cerita yang hampir sama. Masih tentang cinta tak direstui oleh orangtua sang kekasih.

"Balik pakai apa Cit?" tanya Irham saat mereka keluar dari Café Irsyad setelah mengopi ria, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Waktu yang cukup larut untuk Citra untuk pulang ke rumah, ya Citra perempuan lajang, mana boleh lama-lama diluar sendirian.

"Pakai taksi aja sik."

"Balik sama gue mau nggak? tapi pakai motor jelek, udah butut." Tawar Irham pada Citra sambil berjalan menuju motornya di parkir.

"Nggak ngerepotin nih?"

"Nggak dong, buat cewek cantik mana ngerepotin." Goda Irham mendapatkan hadiah tabokan tas di bahu nya oleh Citra yang kini tersenyum malu.

"Yaudah deh, boleh." Jawab Citra.

Irham terdiam beberapa detik, benaran mau nih cewek? Motor Bit nya sudah lama tidak dimanja oleh penumpang perempuan, mungkin malam ini bisa jadi permulaan lagi.

"Eh benaran mau nih? Pakai ini?" tanya Irham tak percaya lalu menunjuk motor Bit hitam nya yang sudah buluk dan tak layak seleksi alam lagi. Citra mengangguk mantap sebagai jawaban nya.

"Speechless." Cicit Irham tak percaya.

Welcome to journey, my Bit. Udah ada cewek nih yang mau di bonceng, semoga betah.

[***]