webnovel

35

"Citraaa!!!" panggil seorang perempuan cantik dari jarak jauh, merasa di panggil Citra menoleh kan kepala nya dan tersenyum lebar saat melihat siapa yang datang.

"Nuri, Rachel!!" Citra mendekat pada kedua wanita itu dan bercupika-cupiki. Suara pekikan ceria terdengar nyaring karena suara teriakan heboh ketiganya, senang kembali bertemu setelah sekian lama. Ketiga nya adalah teman semasa dokter koas di rumah sakit yang sama dulu. Sekarang, setelah selesai koas, masing-masing sudah punya kesibukan tersendiri dan jarang bertemu.

"Mau kemana sih cin?" Tanya Rachel pada Citra yang kini sedang menderek koper nya. Mereka bertemu di Bandara, Citra dan Irham sengaja datang lebih cepat 4 jam dari jam keberangkatan. Bersantai sejenak sebelum berangkat naik pesawat yang lumayan melelahkan. Beruntung nya, datang cepat malah bisa bertemu dengan teman-teman nya di Bandara.

Dengan malu-malu Citra menjawab, "Mau ke Thailand gue."

"Ngapain? Mau operasi bagian mana lo?" tanya Rachel lalu tertawa lebar. Ketiga perempuan yang sedang reuni dadakan itu langsung mengambil tempat duduk di kursi tunggu yang sengaja disediakan untuk pengunjung.

"Honey moon." Bisik nya dengan suara pelan.

"Seriuussss??!!" Pekik dua dokter cantik itu tak percaya, "Lo nikah kapan nya sih Cit, gue nggak di undang sumpah." gerutu Nuri.

"Gue kehilangan HP jadi kontak nya pada hilang, sorry!"

"Kayak hidup di jaman kera aja lo, kan bisa lewat Instagram. Komunikasi sekarang kan gampang." Cibir Rachel.

"Sorry, my bad. Lain kali gue undang deh ya." Seloroh Citra tak enak.

"Kayak nikah tiap bulan aja lo pake segala bilang lain kali." Sewot Nuri mengundang tawa.

"Sama Letnan Arkan kan Cit?" Tanya Rachel. Mereka ingat, jaman mereka masih koas, Letnan muda tampan itu sering datang mengantar makanan untuk Citra, kadang-kadang juga mengantar pulang dokter gigi cantik itu pulang. Hampir satu angkatan koas saling tahu dokter mana saja yang sudah punya cengcengan, salah satu nya Citra. Arkan jelas tampak seperti seorang lelaki yang sedang mengejar pujaan hati nya, satu rumah sakit pun tahu saat itu.

Citra langsung menggelengkan kepalanya.

"Jadi, sama Bastian? bukan nya udah putus?!" Bastian mantan cinta tak direstui ini juga mencatat sejarah dalam serial 'Kisah Cinta Dokter Koas' saat itu.

"Bukan!!" bantah Citra, "Nama suami gue Irham, teman nya kak Atta." Nama Atta cukup akrab di telinga Nuri dan Rachel, senior tampan pujaan wanita.

"Dokter juga? Tugas dimana?" kepo Rachel. Dokter nggak jadi. Alih-alih jadi mahasiswa kedokteran, suaminya itu malah minggat kuliah teknik di Jerman. Jadi dokter? huh, mana sempat

Citra memutar mata nya malas, belum juga habis bercerita sudah kembali bertanya kedua perempuan di depan nya itu. Dasar !!

"Bukan, suami gue ngurus bengkel bapaknya gitu. Gitu-gitu lah." Jawab Citra santai.

"Sebal gue ih sama lo." Kata Nuri berdecak kecil, "Kurang apa sih Letnan Arkan, ganteng gitu lo nggak mau. Sekarang malah dapat yang ngurusin bengkel gitu. Lo dokter kali Cit. Gimana sih. Berapa sih uang suami lo itu." Tambah nya. Mulut Nuri yang tidak ada filter nya memang membuat pendengar berjengit pedih saat mendengar omongan nya.

Rachel langsung mencubit tangan Nuri dan melototkan mata nya memperingati teman nya itu untuk mengontrol ucapan nya, "Apa sih Chel, yang gue omongin itu benar. Kalau aja si Citra nggak jual mahal nolak itu Tentara, suami nya bukan yang kerja nya di bengkel gitu."

"Lo diam deh Nur, mulut lo nggak ada rem nya." Hardik Rachel pada Nuri. Ia jadi tidak enak dengan Citra. Gara-gara Nuri si mulut cepla-ceplos.

"Maafin si Nuri, mulut nya nyablak banget."

Citra tersenyum tipis, "Nggak apa kok, Chel." Sahut Citra.

Jangan pikir Citra tak terasa hati dengan perkataan Nuri. Siapa sih dia yang bisa menilai suami nya sesuka jidat nya, kenal aja nggak. Kesal Citra dalam hati.

Kenapa emang kalau Cuma ngurusin bengkel punya bapak nya, suami nya nggak kere-kere amat kok. Dia juga sudah membangun usaha bengkel nya sendiri di Jogja, cabang baru dari bengkel yang Ia kelola saat ini. Secara materi, untuk seorang Citra mempunyai suami seperti Irham, sudah sangat cukup. Tapi, alasan Citra terima Irham bukan karena soal materi, jadi kenapa pula harus pusing mendebatkan tentang materi dan pekerjaan Irham.

Citra paham kenapa Nuri berbicara demikian, banyak dokter yang berjodoh dengan lelaki yang berprofesi sebagai anggota militer. Arkan yang dekat dengan Citra saat itu memang sudah di cadangkan oleh teman-teman kalau mereka sangat serasi, dokter gigi dan Perwira Muda. Hanya saja, cerita nya tidak seperti yang teman-teman nya kira. Citra dan Arkan tidak bisa jadi lebih dari teman. Dan lagi, mereka memang tidak jodoh. Mau dikata apa. Biarkan teman-teman lainnya yang menikah dengan anggota militer jika memang berjodoh.

Saat mendapati profesi suami Citra yang agak timpang dari kebiasaan dokter, wajar membuat Nuri terkejut dan mengeluarkan racun dari mulut berbisa nya. Ya kan sebenarnya semua orang nggak bisa pukul rata semua jenis pekerjaan suami seorang dokter. Harus paham kalau jodoh, rezeki dan pertemuan itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

"Terus suami lo mana?" tanya Nuri setelahnya.

"Itu, lagi ngobrol sama teman nya sebentar." Tunjuk Citra pada dua lelaki yang sedang berbicara tak jauh dari tempat mereka berdiri. Seorang teman Irham jaman SMA yang bekerja di Bandara sebagai Avsec.

Nuri meringis melihat penampakan Irham dari belakang, "Tukang bengkel ya. Heuuh.." ringis nya sambil mengamati Irham sedikit lama.

Hoodie berwarna hitam dan celana rips jeans senada, sneakers putih dan tubuhnya menggendong tas kecil model Fannypack. Bukan penampilan terbaik Irham sih tapi ya nama nya juga orang nggak mau ribet, jadinya gitu. Kalau suka ribet, bukan Irham nama nya.

"Kalau suami lo butuh kerja yang lebih layak, bilang sama gue. Bisa kok nanti kerja di perusahaan Papi gue." Kata Nuri sambil menggenggam tangan Citra, Dokter muda itu prihatin dengan nasib teman nya. Menurut Nuri, Citra sudah salah memilih suami. Nuri yang anak orang kaya tidak akan menolong teman nya yang kesusahan.

Rahang Citra mengetat mendengar perkataan Nuri, Ia menyentak tangan Nuri tak suka. "Biasa aja dong lo Nur, suami gue itu urusan gue. Dia bisa kerja apa aja asal halal." Marah Citra dengan suara tegas.

Nuri tersenyum sinis dan hendak menjawab perkataan Citra namun tangan Rachel langsung menutup mulut Nuri erat, "Sekali lagi lo buka mulut, gue mau nggak mau temenan lagi sama lo. Nyablak bener mulut lo." Ancam Rachel serius.

Rachel ingin pura-pura gila saja saat ini, pertemua setelah sekian lama bersama Citra malah berakhir tak mengenakkan begini. Semua ini ulah si mulut Boncabe Nuri.

Citra kembali membuka mulut setelah nya, "Gue terima suami gue apa ada nya, sama ada kayak dia terima gue apa ada nya. Gue nggak harus punya suami muluk-muluk, gue sangat tahu siapa diri gue ini. Dia begitu murah hati sanggup terima gue Nur, seharus nya gue berterimakasih."

"Maksud lo?" tanya Rachel tak bisa menangkap maksud dari Citra.

"Gue Cuma anak pungut yang kebetulan dibiayain sekolah sampe jadi dokter, lo pada harus tahu itu. Nggak semua orang mau terima perempuan dengan latar belakang kayak gue. So, Lo nggak berhak ngomong sembarangan tentang suami gue. Emang kenapa kalau dia Cuma kerja di bengkel? Dia nggak buat kejahatan kan?! Uang nya halal kok. Dia boleh siapa aja dan dia pantas bersanding sama siapa aja termasuk dokter. Dokter itu nggak sehebat itu ya Nuri, harus dapat suami orang yang berpangkat dan terpandang. Biasa aja." Kata Citra panjang lebar.

Rachel dan Nuri terdiam setelah mendengar perkataan Citra. merasa bersalah karena telah membuat teman nya marah dan juga merusak mood pengantin baru yang mau honey moon itu.

"Sorry Cit, gue Cuma mau lo hidup sejahtera. Maaf, mulut gue jahat banget." Kata Nuri penuh sesal. Ia merangkul lengan Citra erat dan meminta maaf dengan bersunguh-sunguh.

"Makasih Nuri, Hidup gue sangat sejahtera asal lo tahu. Aku happy sama hidup ku, I really do. Don't worry !" Sahut Citra. Ia tak perlu marah dengan Nuri. Saat orang lain tak paham, makanya Ia tak akan segan memberi orang itu pemahaman. Citra bersedia melakukan itu, Ia tak suka dikasihani.

"Hai… masih lama ngobrol nya? Pindah ke kafe aja yuk sambil ngopi." Tiba-tiba saja Irham sudah berada di dekat 3 wanita itu dan menyapa mereka dengan ramah. Teman nya yang berseram warna biru khas security bandara itu pun ikut bersama.

Nuri tersendak ludah nya sendiri saat melihat tampak depan lelaki dalam balutan hoodie hitam tadi dalam jarak beberapa langkah dari nya. Tampan dan benar-benar sexy. Itu benaran suami Citra? Kok beda jauh dari tampak belakang nya. Malah juga wangi.

Rachel menatap Irham dari ujung rambut hingga ujung kaki, benar-benar jauh dari ekspetasi nya. Suami Citra mungkin hanya tukang bengkel, namun tampang nya seperti actor Hollywood. Anjir.

"Boleh, yuk." Balas Citra, "Yuk Nur, Chel. Kapan lagi bisa ngopi bareng. Nanti pada sibuk kerja kan."

Rachel mengangguk setuju dan ikut bergabung, begitupula dengan Nuri.

Irham dan teman nya jalan di depan dan ketiga wanita itu mengekor di belakang, "Itu benar-benar suami lo?" bisik Rachel pada Citra.

"Iya, kenapa?"

"Ya nggak heran. Tentara itu kalah saing. Suami lo ganteng banget." Puji Rachel.

Citra terkikik geli mendengar ocehan Rachel. Ketampanan Irham lah yang menarik diri terus menyelam dalam lautan pesona Irham dan hingga tidak dapat kembali naik ke daratan. Personality yang dimilik Irham pun cukup baik menurut Citra, ga neko-neko. Sia-sia kalau nolak lelaki seperti Irham agaknya.

"Arkan ganteng, Cuma suami lo lebih ganteng. Menggoda aja gitu." Celetuk Nuri kemudian.

"Asal kalian tahu nih ya, Arkan sama suami gue itu sepupuan." Ujar Citra santai namun tersenyum penuh arti.

Langkah Rachel dan Nuri automatis terhenti, "A-apaaa??!"

Hihihi.

[***]

Sawaddi Kha !

Akhirnya setelah menempuh perjalanan udara yang lumayan menguras tenaga selama kurang lebih 3 jam 20 menit. Pengantin baru yang berbahagia, Irham dan Citra mendarat juga di Phuket International Airport. Perjalanan yang melelahkan untuk kedua nya apalagi setelahnya melanjutkan perjalanan menuju resort tempat mereka menghabiskan honey moon dan liburan, syukurnya tidak terlalu lama hanya setengah jam.

Irham mengurus semua urusan admistrasi penginapan mereka dan tak lama kemudian mengajak nya masuk ke dalam.

Citra tersenyum puas saat melihat resort yang akan mereka tempati yang ada di depan matanya kini, nggak rugi bayar mahal. "Keren, aku suka! Makasih Kak." Puji Citra tulus.

"Sebenarnya udah beberapa kali juga kesini sih." Aku Irham, kening Citra langsung mengeryit mendengar pernyataan Irham.

"Sama mantan?" tanya Citra dengan nada datar. Irham langsung ngikik kecil mendengar pertanyaan Citra. Kalau sama mantan belum pernah ke Thailand sih, Jepang, UK dan China yang pernah. Sahut Irham dalam hati.

"Ya nggak lah, kok jadi sama mantan sih." Kilah Irham. "Sama Kang Ares, rame-rame lah. Anak-anak lebih prefer Malaysia dan Thailand dari pada liburan ke Bali, makanya sering kesini." Ujarnya menimpali. Beberapa kebiasaan dari orang lain yang mau liburan dan refreshing, biasa nya memilih destinasi Bali sebagai tempatnya, namun Irham dkk hampir selalu memilih Malaysia dan Thailand sebagai tempat di wisata. Dekat, murah dan sudah akrab.

"Oh ya? Liburan pun bareng-bareng kalian?" Citra tahu Irham dan sepupu nya itu sangat dekat hingga membuat nya iri setengah mati, tapi walau begitu mereka juga punya teman-teman lain selain keluarga nya itu.

"Ya kalau nggak ada sesi liburan bareng sepupuan gitu mana seru, rugi dong kerja mati-matian selama ini." Jawab Irham memperjelas. Mereka rata-rata sudah punya penghasilan tetap dan alhamdulillah pendapatan nya punya lumayan banyak, maka dari itu mereka sedikit mengalokasikan nya untuk berfoya-foya bersama.

"Siapa yang nanggung biasa kalau liburan gitu?" tanya Citra sambil membuka pintu kamar mereka, Irham di belakang sedang menderek dua koper sekaligus.

"Dulu-dulu, pas masih di Jerman, semua nya Kang Ares bayar kadang patungan sama Si Kembar. Pas aku udah di Jakarta, kami berempat jadi nya. Yang dianggap adik, tinggal nikmati aja. Apalagi Syifa, perempuan satu-satu nya. Udah kayak anak Raja Arab aja dia, Banyak enak nya. Tinggal bilang aja mau apa, semua terpenuhi." Cerita Irham membuat Citra sedikit terkekeh.

Citra selalu suka kalau Irham bercerita tentang sepupunya itu, Ia jadi merasa lebih dekat dengan mereka. Seru, seru ditingkat yang high banget untuk Citra kalau punya sepupu akur dan sangat penyayang seperti yang Irham miliki. Selama ini, Ia tidak pernah merasakan hal itu. Kalau pun Atta sedang berkumpul dengan sepupu nya itu, Citra pasti dilupakan. Lelaki itu akan sibuk dengan sepupu nya yang lain. Kakak nya itu dekat dengan sepupu nya lain, tidak sama dengan dirinya. Di kucili sendiri, Cuma gara-gara status social yang berbeda. Disitu kadang Citra merasa sedih.

"Haaa..capek nya." cicit Irham lalu merebahkan tubuh diatas ranjang besar kamar mereka.

Citra menutup pintu kamar, menaruh tas yang Ia bawa di atas meja rias dan melepas kerudung nya lalu ikut bergabung dengan Irham, menidurkan setengah badan nya dengan kaki menggantung masih menyentuh lantai.

"Pengen berenang nggak? Ngelihat air disana kok jadi pengen basah-basahan." Tanya Irham pada sang istri. Ia mengamati Citra yang kini tidur di sebelahnya, dengan mata terpejam dan sebelah lengan menutupi wajahnya.

"Bentar dulu, pusing."

Mendengar itu, Irham langsung bangkit dari posisi nya. Mendekap tubuh Citra dengan baik dan membetulkan posisi tidurnya, menaikkan kedua kaki Citra yang menggantung di lantai serta melepas kaus kaki yang istri nya itu gunakan. Selalu, saat melihat wajah Citra yang lelah, sayu dan tidak bersemangat membuat mood Irham berantakan. Maka dari itu, Ia membiarkan beristirahat sejenak, nanti kalau sudah bangun pasti sudah fresh kembali.

Mata Citra terbuka saat merasa kan tangan Irham bernari-nari di kaki nya.

"Tidur aja dulu Cit, aku mandi bentaran. Nanti kita jalan-jalan pas kamu udah bangun." Kata Irham memberi tahu istri nya itu. Ia mengecup kening Citra dengan sayang dan mengusap kecil rambut nya.

Irham mengamati Citra tidur dari sofa kecil yang Ia tempati. Dokter gigi cantik itu sekarang sudah menjadi milik Irham sepenuhnya. Pencapaian nya setelah lebih kurang menjalani masa pacaran hampir 2 tahunan. Sebenarnya, Irham tipe yang tidak suka lama-lama pacaran. Target nya pulang ke Indonesia selain mengambil alih bisnis Abi nya yaitu segara menikah. Wara-wari kesana-kesini mencari yang cocok, hingga akhirnya jatuh pada sosok Citra dan tak mampu bangkit lagi. Di bilang nyesal karena harus pacaran selama itu hingga sah menikah, ya nggak juga. Worth it kok. Cuma ya kayak rada-rada nggak percaya aja, Irham yang ngebet nikah mau menunggu dan bersabar menghadapi Citra yang dengan tidak mudah meng-ACC proposal menikah dengan nya.

Ada perasaan lelah dirasa Irham saat harus bergonta-ganti pasangan, mencari yang pas. Alhamdulillah, rasa lelah itu sekarang sudah tidak perlu di rasakan lagi. Ia sudah menikah dan sudah menuliskan goals baru untuk hidup nya kedepan, tentu saja bersama keluarga kecil nya.

Kalau ada yang nanya kenapa Irham ingin cepat-cepat menikah, maka jawaban nya adalah Irham bosan sendiri. Ia tidak minta muluk-muluk kok. Cukup jadi istri nya dan tolong cintai dan kasihani dia, sudah cukup. Ia mau membuat wanita nya bahagia, Irham senang melakukan itu. Bagi nya, apa faidah nya kalau Ia mencari uang mati-matian, punya banyak tabungan dan investasi kalau semua nya Ia nikmati sendiri. kebahagian sekedar punya uang itu sudah pupus, kini kebahagian nya kalau uang yang Ia cari selama ini bisa dibagikan kepada istri dan anak nya. Insya Allah berkah dan berkali-kali nikmat nya.

Semoga honey moon ini berkah, pulang-pulang langsung lengket lah minimal 1, kalau dikasih kembar ya Alhamdulillah.

[***]