webnovel

34

Irham menderek koper nya memasuki rumah yang Citra tempati di daerah Kuningan, seperti janji nya dengan sang mertua sebelum menikah. Irham harus berkorban untuk tinggal bersama keluarga istri nya jika sudah sah menjadi pasangan suami istri.

Resepsi Irham dan Citra sudah berlalu 3 hari yang lalu dan kondisi Irham juga sudah pulih. Ada-ada saja, mau menikah malah demam.

"Welcome home adik ipar !" sambut Atta dengan suara nyaring. Kedua lelaki dewasa itu lalu tertawa konyol. "Geli nggak sih lo sekarang jadi adik ipar gue."

"Hahaha. Geli-geli gimana gitu."

Keduanya berpelukan singkat lalu Atta membantu menderek koper Irham sampai tangga.

"Senang gue, lo yang jadi suami nya adek gue. Mungkin kalau bukan lo, gue nggak bakal lepasin adek gue dengan mudah buat orang lain. Lo nggak akan nyakitin dia kan Ham?" tanya Atta serius.

Selama ini, Atta menjaga Citra susah payah dan selalu berusaha membuat adik nya itu bahagia dan tidak ada yang bisa menyakitinya. Maka dari itu, saat kini Citra berpindah tanggung jawab, Ia jadi was-was sendiri. Atta menyayangi Citra, sangat.

"Nggak. Lo boleh pukul gue kalau gue ngelakuin itu." jawab Irham tak kalah serius.

Atta mengangguk kan kepala nya dan menepuk bahu Irham singkat, "Jadi tenang gue."

"Ngapain ngomong di tangga sih, yuk naik." Interupsi Citra yang baru saja masuk ke rumah. Tadi nya Ia sedang mengangkat telepon di luar dan masuk setelah selesai. Citra menerek koper mini nya yang berisi baju salin nya selama 3 hari, setelah acara pernikahan mereka kemarin Ia harus menginap di tempat mertuanya beberapa malam.

"Nggak, gue mau jemput Kak Ida. Assamulaikum." Tolak Atta lalu berpamit pergi menjemput istrinya.

"Hayu naik Kak." Ajak Citra.

[***]

Irham berbaring di atas ranjang milik Citra, kamar istri nya itu menenangkan. Aroma parfume Citra menguar kuat seruangan, Irham jadi berasa sedang dipeluk sang istri. Citra sedang menata baju-baju Irham masuk ke dalam lemari.

"Mau Honey moon kemana kita, Sayang?"

"Aaah…" Citra meringis mendengar pertanyaan dari suami nya, "Honey moon ya? Harus ya?"

"Iya dooong…" Sahut Irham kelewatan semangat. "Kamu emang nggak mau honey moon?"

"Mau tapi malu." Jawab Citra dengan suara kecil.

"Jeeehh… apa maluu?" Irham tergelak keras mendengar jawaban Citra. "Nggak usah malu-malu kucing gitu deh, kemarin malam perasaan kamu agresif banget deh."

"Iiiihh… mana ada."

"Halaahh… yang mau ronde kedua bukan aku ya Cit, kamuu…."

Pipi Citra merah dengan sempurna, "Nggak usah di bahas !!!" pekik Citra dengan suara kecang. Bisa-bisa nya suaminya itu berbicara tak senonoh begitu, duh harga diri Citra sudah merosot ke dasar bumi.

"Ya makanya nggak usah malu-malu kucing gitu deh." Cibir Irham kemudian disusul dengan suara gelak nya karena Citra memalingkan wajahnya cepat-cepat. Irham tahu pasti pipi istrinya itu sudah seperti tomat, merah merona.

"Oh ya," kata Irham baru teringat sesuatu, Ia bangkit dari ranjang dan menuju tas ransel yang dibawa dari rumah. "Aku ada hadiah buat kamu. Aku beli online beberapa minggu yang lalu." Kata Irham lalu menyerahkan satu box kecil, paket kiriman dari luar negeri agaknya.

"Apaan nih?"

"Alat perang kamu di ranjang." Sahut Irham santai. Citra tersendak ludah nya sendiri mendengar jawaban Irham. Bisa gitu mulut Irham astaga. "Bentuk nya lucu, jadi aku beliin buat kamu."

Citra menatap horror kearah Irham, tangan nya dengan tak sabar membuka box kecil itu dan mulutnya sukses terbuka lebar setelah mengetahui isi nya. Benar-benar alat perang.

Lingerie cantik berwana pink dengan motif bintang-bintang berwarna salem pudar, benar seperti kata Irham. Bentuk nya lucu. "Nanti kita honey moon, kamu pakai itu ya Sayang? Pleasee !!" rayunya dengan mata ngerjab lucu. Bukan nya bikin gemas, malah bikin geli. Dengan brewokan penuh di wajahnya, Irham nggak cocok kalau berpose sok imut.

"Citra baru tahu kakak gini, seriusan. Mesum juga." Ujar nya sambil menggeleng-geleng tak percaya.

"Heeeh… tolong biasakan diri ya Nyonya Irham Setiawan." Balas Irham kalem.

Benar-benar.

[***]

"Ikut !" kata Irhas, mendengar rencana kakak dan sang istri mau honey moon ke Tahiland, Irhas jadi ingin ikut. "Janji, nggak ganggu. Kita pisah hotel deh." Rayu Irhas sambil rangkul tangan kakak sulung nya manja.

Kepala Irhas sukses digeplak oleh Irham setelah nya, "Nggak, apa sih. Orang mau honey moon lo mau ngitilin."

"Boleh yaaaa, capek kuliah terus. Final adek selesai minggu ini." Rengek nya. Citra tersenyum lucu melihat Irhas yang manja pada kakak nya itu. Irsyad bergabung dengan mereka dan duduk disebelahan dengan Irhas. Mereka saat ini sedang berada di kafe milik Irsyad.

"Ngah, kita ikut Mas Honey moon yuk? Nanti kita pisah hotel." Alih Irhas memeluk lengan Irsyad manja. Sama siapa lagi Ia bisa merengek menjijikan seperti ini kalau bukan dengan kedua kakak nya itu.

Irsyad menggeleng sebagai jawaban nya, "Kapan mau berangkat Mas?" tanya Irsyad pada Irham.

"Sore minggu ini."

"Kita ke UK aja, mau?" tanya Irsyad pada adik semata wayang nya. Irsyad punya project di negeri pangeran Charles itu dan tak salah kalau mengajak adiknya itu ikut serta. Hitung-hitung pereda stress untuk Irhas yang sudah susah payah berjuang selama 1 semester ini di kuliah nya. Lagian, kalau mau ikut rencana Irhas bakal 100% ngaco. Ikut kakak nya honey moon, bukan nice idea dude.

"Maaauu.. sayang Angah." Pekik Irhas bahagia, "Selamat honey moon Mas dan kakak, aku nggak jadi ikut. Hehehe. Aku mau honey moon sama Angah."

"Seru ya kalau punya adik." Seru Citra sambil tersenyum melihat Irhas dan Irsyad yang akrab, saling bercanda dan juga mengejek satu sama lain.

"Iya, makanya kita harus program banyak anak juga Cit, biar anak kita nggak kesepian nggak ada adik-kakak."

Kepala Citra mengangguk setuju, "Benar." Sahut Citra pelan, "Jadi anak tunggal kayak aku, cukup kenyang dengan kesepian."

Irham membawa Citra dalam pelukan nya, "Nggak usah ngomong gitu kenapa sih, aku sedih."

Citra mengecup dada Irham singkat, "Biasa aja."

"Aku senang banget karena kita udah halal, aku kalau meluk-meluk kamu jadi nggak kepikiran dosa lagi."

"Kenapa nggak dari dulu sih kita nikah nya? Citra jadi nyesal." Kata Citra mengungkap kan isi hati nya.

Benar seperti kata Irham, sekarang kalau mau apa-apa. Ia jadi tidak was-was dosa lagi. dia bukan orang yang suci, mereka cukup sering kontak fisik dan bermesraan dengan intim saat masih pacaran dulu. Namun dari itu, ada batasan yang mereka jaga dan ada tanggung jawab mereka dengan Tuhan saat berbuat hal-hal yang tidak dianjurkan.

Kalau saja, Ia menerima pinangan dari Irham dari kali pertama lelaki itu melamar nya. Bisa dipastikan, Citra mungkin sudah lebih lebih banyak bahagia bersama suaminya itu.

Irham Setiawan, lelaki itu datang tanpa rencana dan pertemuan mereka pun sering terjadi karena kebetulan. Tapi, dibalik itu semua pasti ada ikut campur Tuhan dalam pertemuan kedua nya.

Terimakasih kepada suaminya itu yang tidak pernah menyerah dengan dirinya. Irham, benar-benar bersabar dengan dirinya. Mungkin kalau lelaki lain akan pergi mencari wanita lain, yang bisa diajak serius dan segara mau dipinang.

[***]

Untuk hatimu ku kan bertahan

Sebentuk hati yang ku nantikan

Hanya kau dan aku yang tahu

Arti cinta yang telah kita punya.