webnovel

23

Weekend kembali datang menyapa dan menciptakan hari-hari sendu episode ke-2 untuk Citra. Ini sudah 2 minggu dari kekasih nya itu tidak memberikan kabar kepadanya. Ucapan Ares minggu lalu yang mengatakan bahwa Irham akan kembali dalam kurun waktu 1-2 hari itu hanya bullshit semata. Ternyata sampai hari ini lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya.

Apa jangan-jangan, Irham diam-diam sudah pulang ke Jakarta namun memang tidak ada niatan bertemu dengannya memperjelas apapun.

Ronal, Rere dan Qaira bertandang ke rumah Citra hari ini, menemani perempuan galau itu sambil mengerjakan tugas. Otak encer Citra harus dimanfaatkan untuk kelancaran tugas kuliah Ronal dan Qaira. Sedangkan Rere hanya datang untuk menemani saja.

"Dok, lo nggak ikutan ujian STR?" tanya Qaira tiba-tiba. Ia ingat akan tetangga kos nya yang sedang sibuk mempersiapkan diri mengikuti uji kompetensi agar mendapatkan sertifikasi kompetensi bagi tenaga kesehatan.

"Ada." Sahut Citra lalu menaruh hairdryer nya di meja riasnya, "Tuh buku, lagi ngulang materi gue."

Rere melihat tumpukan buku Citra yang menggunung serta punya ketebalan yang mencengangkan, "Untung gue nggak mendaftkan diri menjadi dokter. Bisa gila sebelum tamat gue kalau mesti baca buku segitu banyaknya." Gerutunya panjang, "Kuliah gue alhamdulillah, lebih santai."

Citra hanya terkekeh mendengar ucapan Rere, padahal kuliah bisnis yang sedang Rere tempuh juga bukan nya mudah untuk dijalani, "IP nya berapa Re?"

Gadis itu meringis saat Citra malah bertanya IP nya, "3,72 alhamdulillah. IP semester 4 kemarin menurun." Lirihnya.

"Kebiasaan dapat IP 4,0 dia kak, heran gue." Sebenarnya otak Rere cukup encer, namun gadis itu saa pemalas nya dengan Citra. mau santai-santai saja.

"Lo berapaan Ronal?" tanya Citra pada satu-satunya lelaki di kamar itu, "Hehehe, nggak banyak kok. 3,64 Cuma."

"Ckk, jangan sok ngerendah lo, anjir !" sunggut Qaira.

"Lo berapa Kai?" tanya Rere penasaran.

"3, 56. Alhamdulillah."

"Dikit banget sih IP kalian. Astaga." Ejek Citra pada pada rekan kerjanya itu.

"Ish sok gaya lo," sunggut Ronal, "IP lo Cuma 3,3 ya Dok. Jangan ngeremehin kita-kita."

Mereka saling melemper ejekan tentang IP yang mereka dapat di bangku kuliah, niatnya mau ngerjain tugas malah asik becanda. Mood Citra jadi sedikit membaik setelah berbincang dan bercanda dengan Rere, Qaira dan Ronal.

Entah kenapa, tiba-tiba Citra jadi mengingat cerita dari Rere. Saat malam resepsi Atta kemarin di Bali, setelah mengantar mereka ke kamar, Ronal dkk tidak berada dikamar. Dan sebagai orang yang sangat peka saat tidur nya, Rere sadar saat pagi jam 4 subuh Ronal masuk ke kamar mengendap-endap.

Dan sampai hari ini, Rere belum mendapatkan jawaban pasti kemana The boys malam itu. rasanya Citra harus bertanya yang jelas kemana para lelai itu malam itu.

"Ron !" panggil Citra pada Ronal yang kini sedang rebahan di kasur Citra, ada Qaira di sampingnya yang sedang sibuk dengan video musik di ponselnya, "Kenapa kak?" tanya Ronal.

Pintu kamar mandi terbuka dan Rere masih berdiri di pintu sambil mengelap tanganya dengan tisu.

"Jujur sama gue, malam terakhir lo di Bali, kalian kemana?"

Ronal yang sedang merebahkan tubuhnya reflek bangkit dengan wajah tidak santai. Rere tersenyum jahat melihat Ronal yang sedang kegelalapan itu, "Lo tau kan Ron, gue sayang banget sama lo, sama Qaira juga. Kalian adalah saudara gue, bukan sekedar rekan kerja di klinik."

"Kita baikan tanpa jawaban jujur dari lo, Ron. Karena gue terlalu sayang sama lo, gue nggak bisa marah lama-lama sama lo." Tambah Rere kemudian.

Ronal sukses dibuat diam tak berkutik setelah diserang oleh Rere dan juga Citra. apalagi mereka juga mencurahkan rasa sayangnya kepada Ronal, membuat lelaki itu jedar-jeder sendiri. antara mau terus menutupi hal yang sebenarnya atau malah menceritakan semuanya.

Sebenarnya, nggak ada yang begitu wah malam itu. Ronal yakin tidak akan menimbulkan konflik apa-apa. Mereka hanya berenang malam itu, berenang biasa. Namun, pemandangan saat berenang kali itu sedikit berbeda, wanita-wanita sexy memenuhi isi kolam. Mereka berenang serta bercengkrama dengan wanita sexy yang ada disana.

Dan syukur alhamdulillah, hanya Evan yang sedikit liar. Wajar saja, lelaki itu tidak punya pasangan. Evan sempat grepe-grepe dikit. Sedangkan Ronal dan Irham, murni berenang.

"Kita nggak kemana-mana sumpah." Jawab Ronal mencoba menetralkan air mukanya. Baik Citra dan Rere tidak berkata apapun namun kedua pasang mata wanita itu tepat menghunus kea rah matanya nya dengan tajam. Membuat Ronals edikit merinding.

Qaira yang masih rebahan berceletuk santai, "Akting lo jelek, Ron.��� Ejeknya.

"Gue pikir, kalau hubungan kita nggak saling terbuka, mungkin udah bisa mulai buat jalan sendiri-sendiri dulu, Ron. Gue nggak terlalu suka dibohongi." Kata Rere tegas, rahang nya mengetatkan saat mengatakan itu. Hatinya pedih saat pasangan tidak terbuka padanya.

Ronal menggelengka kepalanya tidak setuju, "NGGAK !" tolak Ronal dengan nada keras, "Fine, gue jujur. Tapi lo janji, lo nggak boleh marah sama gue."

"Berarti lo emang macam-macam kan dibelakang gue?"

"Dengarin dulu," pinta Ronal mencoba menengahi ketegangan yang terjadi. "Malam itu, gue yang nyaranin Bang Irham sama Pak Bos ide. Semua nya itu gue yang atur strategi, mereka Cuma ikut aja."

"Kalian kemana, Ron?" tanya Citra tak sabaran.

"Midnight pool."

"Midnight pool?" beo Citra, "Terus?"

"Ya nggak ada terus nya kali kak." Elak Ronal, Ia tidak akan bercerita detail deh.

"RONAL YUDISTIRA !" Geram Citra pada lelaki itu, kesabaran nya sudah habis. Ia kesal dengan lelaki itu. Masih saja mencoba membohonginya.

"Kita pada berenang aja sumpah. Ya Cuma ada cewek-cewek nya kak. Pada sexy-sexy gitu."

"Gue udah tebak, kalian nakalin cewek-cewek itu?" tanya Rere galak pada Ronal.

Ronal reflek menggelengkan kepalanya, "Nggak ada, sumpah demi tuhan. Kita Cuma ngobrol doang. Sumpah. Cuma kak Evan ada grepe-grepe, ya kan dia nggak ada pacar. Gue sama Bang Irham masih Ingat rumah kali."

"Rumah?"

"Iya rumah, Rere lo tuh rumah bagi gue, mau senakal apa gue dibelakang, geu tetap berpulang sama lo. Paham?"

"Ya terus kenapa nggak ajak kami sekalian kesana?" tanya Qaira pada Ronal, "Kita kan pengen juga berenang half naked gitu."

"NGGAK !" bentak Ronal galak, "Kalian itu yang kami jaga, bandel kalian cukup sebatas nggak kerudungan pas di dalam ruang gini sama gue. Yang lain nggak boleh."

Ronal mendekati Rere lalu memeluk gadis itu dan menggulingkan tubuh kedua nya di ranjang Citra, ada banyak hal yang perlu mereka diskusikan.

"Normal kali kak," cetus Qaira berpindah duduk di sisi Citra, "Lelaki normal kok gitu, nggak ada yang perlu dipermasalahin."

"Iya,"

Tapi mereka hanya tidak jujur. Bohong itu yang jadi masalah, Kai.

[***]

Jam menunjukkan pukul 14.32 siang, Rere, Ronal dan Qaira terlelap di ranjang Citra setelah menyelasaikan makan siang tadi. Datang untuk mengerjakan tugas hanya jadi wacana, dari tadi mereka asik berbicara ini itu serta bercanda. Tidak ada hal yang benar-benar berguna mereka lakukan hari ini.

Citra tidak bisa tidur, entah kenapa gairah tidurnya sulit kali datang akhir-akhir ini. Mungkin karena pikiran nya yang tidak tenang menyebabkan itu.

Pintu kamar di ketuk dari luar, Citra langsung bangun untuk membuka kuncian pintunya.

Sebuah boneka beruang berukuran super besar menyambutnya di depan pintu, boneka itu bahkan menutupi badan orang yang menggendongnya saking besarnya. Boneka beruang berwarna coklat susu itu langsung membuat Citra jatuh cinta. Pekikan tertahan di tenggorokan Citra.

"Hello Miss Dentist." Lengan boneka itu bergerak melambai pada Citra diikuti suara seorang lelaki dibelakang nya.

Kepala Irham muncul dari balik tubuh bonek besar itu sambil menampilan cengiran lebar nya, "Missing you so bad, miss dentist."

Jantung Citra rasa nya sudah tercecer di lantai saat orang yang begitu Ia khawatirkan dan nantikan kehadiran nya muncul di hadapan nya saat ini. Ia menutup mulut nya dengan tangan, tiak tahu harus bereaksi bagaimana.

Ia ingin memaki Irham, ingin memarahi lelaki itu karena telah menghilang 2 mingguan ini. Lelaki itu jahat, menggantungkan nya tanpa berita apapun.

"Biarin aku masuk dulu dong, Cit. berat nih." Katanya Irham sambil meringis pela.

Citra menyingkirkan tubuhnya dari hadapan pintu dan membiarkan Irham masuk ke kamarnya. Irham menggelengkan kepala nya saat melihat ada tiga tapir yang tidur di kasur kekasihnya. Ck.

Irham menaruh boneka besar itu sofa yang ada da keluar kamar Citra untuk mengambil beberapa oleh-oleh permintamaafan nya. Ia membawa 2 box besar berisi coklat dan snack, satu buket bungat mawar, dua paper bag berisi berudung dan juga mukenah yang Ia beli saat di Semarang dan ada box kecil berisi periasan, sebuah gelang beriaskan intan.

Irham berdiri di hadapan Citra yang kini menatap nya dengan mata berkaca-kaca. "Kangen banget sama kamu," kata Irham sambil menarik sebelah pipi Citra, "Maaf ya, nggak ngehubungin kamu 2 minggu ini."

Citra mundur dua langkah dan menggelengkan kepalanya, "Kakak jahat." Katanya sambil menumpahkan airmatanya. "Aku khawatir sama kakak tapi kakak sama sekali tidak peduli.���

Irham mencoba mendekat ke arah Citra namun gadis yang sedang bersedih itu memberikan aba-aba jangan mendekat, "Citra marah sama kakak, tapi kakak nggak ngebujukin Citra. Citra nggak suka digituin."

"Citra nggak suka kalau Kakak tiba-tiba ngilang nggak kasih Citra kabar, Citra nggak suka kalau kakak berenang sama cewek-cewek sexy, Citra nggak suka kalau kakak nggak ngirimin Citra pesan apapun, Citra marah sama kakak !" Citra menumpahkan semua uneg-uneg nya sambil menangis.

Puas dan lega.

Irham merutuki kebodohan nya selama 2 minggu ini, "Iya astaghfirullah sayang, nggak lagi gitu. Sumpah aku, nggak gitu lagi. Maafin aku ya." Irham menarik Citra dalam pelukan nya.

Sudah cukup Ia menahan rindunya selama 2 minggu ini, memeluk gadis itu adalah obatnya. Nyaman dan Ia sembuh dari sakit rindunya.

"Jangan nangis lagi dong, kakak udah disini nih."

Citra melepaskan diri dari pelukan Irham beralih menarik tisu di meja rias nya, membuang ingus nya yang meler kemana-mana akibat menangis. "Kakak dari kapan di Jakarta?"

"tadi Dzuhur sampe kesini."

"Udah makan?"

"Udah."

"Tapi Citra laper, pesanin makanan dulu." Pinta Citra tiba-tiba. Ia tidak lagi mengungkit apapun tentang masalah mereka.

Lelaki nya telah kembali, mood nya sudah membaik dan selera makan nya langsung meningkat.

Citra duduk pangkuan Irham di sofa, memeluk lelaki itu tanpa berkata apa-apa. Ia merindukan lelaki itu setengah mati.

Bisa-bisa nya Irham mempermainkan nya. baru juga 2 hari jadian, lelaki itu sudah menorah luka, sakit dan juga perasaan campur aduk lain nya pada Citra.

"Maaf, kakak beneran minta maaf." Kata itu kembali terucap di mulut Irham setelah Ia selesai dengan memesan makanan di ponselnya. "Nggak bakal bego lagi kayak gini sumpah."

"Ngapain di Semarang?" tanya Citra kemudian.

"Bengkel yang disana sedang ada masalah gitu, makanya aku harus ada disana. Syukurlah, cepat kelar masalah nya."

"Kakak sekarang fix jadi tukang bengkel ya?" tanya Citra pada Irham, Ia duduk berhadapan dengan Irham kini, tangan nya menari-nari diatas kulit wajah Irham. Merasakan lelaki itu lebih dekat dengan nya.

"Iya, nggak apa-apa Bu Dokter?" Citra menggelengkan kepalanya mantap. "Bu dokter yang ini mau nya tukang bengkel yang ini aja, nggak mau yang lain." Katanya sambil tersenyum lebar.

Hidung dan matanya masih sedikit sembab dan merah namun tidak sama sekali mengurangi kadar kecantikan gadis itu, menangis tidak membuatnya menjadi berantakan. Walau berantakan pun, Irham tidak akan menolaknya. Dia menyukai dokter gigi manja itu.

"Btw, boneka itu buat Citra kan?" tunjuk Citra pada boneka beruang berwarna coklat susu itu, Irham mengangguk mantap. "And I love it, itu semua nya buat Citra juga kan?"

"Iyaaaa… nyogok cewek yang lagi ngambek butuh modal besar, untung punya duit." Kata Irham becanda.

"Uuuhh…sayang banget deh, makasih ya." Citra turun dari pangkuan Irham lalu dengan girang membuka semua hadiah dari Irham.

Favoritnya adalah boneka beruang itu dan buket mawar merah itu. Uh, semua perasaan gundah gulana nya sudah dibayar lunas oleh lelaki itu.

"Terimakasih udah masih mau nerima aku yang gini, Cit."

"Awas aja kalau masih ngilang-ngilang gitu !" ancam perempuan itu. Bagai sapi yang tercucuk hidungnya, Irham langsung menggelengkan kepalanya dan menurut pada Citra.

Citra is the best part di tahun ini.

[***]