webnovel

1

"Assalamualaikum!"terdengar suara sapaan bocah lelaki memenuhi rumah kularga besar Setiawan itu di pagi hari. Penghuni rumah pagi itu sedang menikmati sarapan bersama keluarganya tepat di meja makan.

"Waalaikum salam!" sahut mereka serentak. Seorang wanita cantik berkepala tiga mengikut langkah bocah itu dari belakang.

"Aleya mau nitip Haikal dong Onty," ujar ibu bocah tadi, Aleya.

"Ada kerja ya, Le?" tanya Cindy lalu menyambut tangan kecil Haikal yang menyalimnya. "Sini sama Oma aja."

"Iya Onty, sekalian juga mau minta Haikal buat dianterin ke dentist." Ujar wanita itu sambil meringis pelan. Rasanya segan meminta tolong orang lain untuk mengurus anaknya.

Aleya adalah ponakan Ikram yang artinya adalah sepupu bagi Irham bersaudara. Aleya adalah perempuan berwarga negara Malaysia, kemudian hari menikah dengan suami yang berasal dari Indonesia, tepat orang Bandung.

Setelah menikah Aleya dan keluarga kecilnya memilih tinggal di Jakarta. Maka dari itu, setiap Aleya dan suami sibuk, wanita itu akan menitipkan anak nya ke rumah pamannya yang juga berada di Jakarta. Tidak memungkin untuk Aleya menitipkan anaknya pada mertua atau ibunya sendiri karena mereka tinggal berjauhan.

"What happen young man?" tanya Irham pada Haikal yang mendekatinya lalu menempatkan bocah itu dalam pangkuan. Irham mencium pipi Haikal gemas. Bocah lelaki berkulit putih itu juga membalas mengecup pipi Irham.

"Mau cabut gigi, Uncle." Sahut Haikal riang lalu membuka mulut lebar dan menunjukkan gigi nya yang bergoyang.

"Ok." Jawab Irham singkat setelah melihatnya, "Dia seharian disini atau gimana Kak?" tanya Irham pada Aleya, Ibu Haikal.

"About 2 weeks I think," Aleya menunjukkan tas bawaan yang berisi pakaian dan keperluan Haikal selama 2 minggu sambil tercengir tidak enak.

"Kakak ada project dengan Haikal's daddy. You know lah."

"Ok busy mom. Just go and I will take care of your son." seloroh Irham memutar maatanya. ada-ada saja kakak sepupunya itu, selalu saja begitu. Menjadi perempuan karir yang menyebalkan karena harus sering meninggalkan anaknya di rumah. Bukan keluarga Irham keberatan, tidak sama sekali. Tapi dimasa-masa pertumbuhan seperti saat ini, anak-anak akan lebih baik jika selalu didampingi oleh orangtuanya.

"Thanks, Irham!" Aleya memberikan senyum terbaiknya untuk sang sepupu. "Uncle, Onty, Aleya titip Haikal ya." Aleya memberitahu orangtua Irham juga.

"It's ok." Balas Cindy mengiyakan.

Setelah bercupika-cupiki dan berpamitan dengan Haikal, Aleya meninggalkan rumah mereka.

"Siapa yang hantarkan Haikal pegi Dentist?" tanya Ikram – Irham's Father – pada orang-orang yang kini berkumpul di meja makan.

Ada tiga orang putranya disana yang mungkin hari ini punya waktu kosong dan mau menemani Haikal. Cindy – Ikram's wife – jelas tidak bisa menemani bocah kecil itu karena ada kelas pagi ini. Cindy juga seorang wanita karir, profesinya adalah seorang dosen di univertas negeri terbaik di Jakarta.

"Kak Ngah deh, Bi!" jawab Irhas sambil melirik kakak keduanya, Irsyad. Lelaki itu sangat dingin, irit berbicara dan tidak begitu suka anak kecil, risih ceunah.

Irsyad mendelikkan mata kearah Irhas yang sengaja menunjuknya. "Ogah." Jawab Irsyad malas.

Haikal ikut nimbung dalam pembicaraan, "I don't want Uncle Angah."

"Why? Angah kan comel !" sahut Irhas lagi sengaja mengoda.

"Comel apa? I don't like him." Sahut Haikal mengumbar aura permusuhan dengan Irsyad. "He never even talked long with me, tak seronok lah."

"Hahaha," Irsyad merespon nya dengan suara tawa sarkas yang sangat dipaksakan dan bahkan tidak nampak ikhlas sama sekali, wajah nya senantiasa datar dan tidak berubah.

"It's not funny, Irsyad !" ucap Cindy jengah.

Cindy punya tiga orang putra yang punya sifat berbeda. Irham sang anak sulung yang sangat cerewet, posesif dan easy going. Lalu Irsyad si anak tengah yang sangat sulit ditebak, Ia adalah anak yang penyendiri, irit bicara dan sedikit mudah emosian kalau sesuatu menganggu nya. Dan terakhir Irhas, sosok anak yang menyebalkan, selalu berbuat jahil dan paling nakal namun otaknya sangat encer bahkan bisa dikatakan jenius.

"Haikal mau sama Uncle Irham aja." Cetus Haikal lalu mengalungkan tangannya dileher Irham.

"Dia mulu lu." Sunggut Irhas, Cindy mengeplak kepala Irhas yang suka ngomong ngasal. No lo-gue didepan anak-anak, that's rule.

"Rasain." Cibir Irsyad senang saat melihat Irhas yang sengsara lalu tertawa kecil. Irham memberikan tatapan malasnya kepada kedua adiknya yang selalu saling ledek.

"Bentar ya, Uncle buat janji dulu dengan teman Uncle."

"OK, take your time uncle." Sahut bocah 7 tahun itu santai.

Hari ini adalah hari Sabtu dimana karyawan perusahaan seperti Irham libur, Ia punya banyak waktu luang untuk berhaha-hihi bersama sang ponakan. Intinya adalah Santuy day. Dan hari minggu sebagai Rebahan day. Weekend is heaven untuk Irham.

Sebelum Irham memboyong Haikal ke klinik gigi Atta, ada baiknya Ia menghubungi kawan nya yang berprofesi sebagai dokter gigi itu terlebih dahulu. Takutnya, karena weekend, lelaki itu tidak membuka tempat praktiknya.

"Jadi, gimana?" tanya Ikram pada Irham setelah melihat anak nya itu kembali bergabung ke meja makan.

"Buka kok, Bi!" sahut Irham, "Bentaran lagi kita gas ya, Boy. Uncle mau ngopi dulu."

"Ngopi mulu." Sunggut Haikal jenuh. Ia mengunyah buah anggur di tangan nya dengan geram.

"Fine, gerak sekarang !" Mengalah.

Dasar bocah, nggak sabaran amat. Cibir Irham dalam hati.

Ia tak akan kuasa menolak permintaan Haikal. Ia sangat menyukai ponakan kecilnya itu. Bocah itu mengingatkan dirinya saat kecil dulu yang cerewet minta ampun.

Dirumah, saat Haikal di tinggal oleh orangtuanya bekerja, Haikal akan tidur dengannya. Menghabiskan banyak waktu dengan nya seperti untuk berenang, main game, main futsal bahkan bersepeda di hari minggu. Pokoknya, saat bersama mereka akan seperti anak kembar yang kemana-kemana sering bersama atau malah seperti bapak dan anak yang tidak bisa dipisahkan.

Irham jatuh cinta pada setiap anak kecil. Ia menyukai mereka. Yah, anak kecil menggemaskan, lucu, dan bagaikan malaikat yang punya hati bersih.

[***]

Penampilan boleh seperti badboy namun hati nya hello kitty, some people said. Ya, Irham mengikuti jejak Abi nya – Ikram Setiawan – sewaktu muda dulu yang memanjangi rambut sampai ke bahu, mencepol nya kecil di belakang, menumbuhkan bulu-bulu halus di sekitar wajah nya dan berpakaian santai kemanapun dan dimana pun kecuali ke kantor.

Walau sebagai engineer mereka bebas berpakaian, namun bukan juga berpenampilan bebas lepas seperti mau nongkrong di warung kopi.

Tampilan nya lebih terkesan seperti badboy nganggur dari pada karyawan kantoran yang rapi, tapi Irham menikmati nya dan tentu saja banyak perempuan yang jatuh hati dengan penampilan urakan nya. wajahnya yang tampan mendukung penampilan nya, katanya khul-khul gitu.

Jaket kulit hitam berserta kaos putih, celana jeans yang ada garis sobekan di lutut dan sandal bertali-tali ala anak gunung sebagai alas nya.

Irham memakaikan helm kecil pada kepala Haikal dan menempatkan bocah kecil itu di jok depan dan bersiap berkendara dengan sepeda motor kesayangan nya, motor Bit keluaran 2010.

Jangan lihat motor nya ok, lihat saja penampilan nya saat jalan kaki atau dimanapun yang tidak ada motor Bit nya itu. Ia jadi tidak nampak maksimal macho nya kalau pakai Bit hitam nya yang kini sudah buluk dan tempel sticker-sticker lucu kerjaan ponakan nya. Ck, bahkan pacar nya yang sudah Ia pacari 8 bulan ogah-ogahan menaiki Bit nya itu. kalau bukan karena terpaksa, pacarnya memilih naik taksi kalau mereka jalan.

"Uncle, kenapa nggak naik mobil aja sik? Panas gini malah naik motor !" keluh bocah yang punya rambut hitam lebat itu. Ia menyenderkan kepala nya pada dada Irham, lelah karena kepanasan di jalan.

See, bocah songong di depan nya juga ogah-ogahan dibonceng dengan motor Bit kesayangan nya ini. Haikal sang bocah cerewet itu punya tiga pekerjaan utama, pertama makan, ke dua tidur dan ke tiga mengeluh.

"Protes mulu lo, Kal !" Sahut Irham lalu menghentikan laju motornya karena lampu merah.

"Ya kan nanti Haikal jadi item kayak Uncle Jack, ih males banget." Gerutu nya lagi.

Jack adalah anak kedua dari adik Ayah Irham, Adun Akbar. Ia sendiri yang berbeda dari seper-sepupuan dengan Irham. Rata-rata kulit mereka putih atau kuning langsat, namun Jack punya kulit yang cenderung coklat eksotis yang bagus. Perbedaan nya agak sedikit mencolok menjadikan Jack kadang-kadang bahan olokan, namun Jack tidak akan mengambil pusing dengan hal itu karena kulit eksotisnya mampu menarik banyak perempuan dalam pangkuannya.

"Hih, kan kalau cowok keren kali Kal kulitnya item-item gitu."

"Iyyuuuuh. . . I don't like it, kayak Kang Kebon." Balas Haikal geli.

"hhahaha. . ." Irham tertawa lebar mendengar jawaban dari Haikal yang asal aja nyeplos. "Mulut nya sembarangan banget."

"Benar kan, tengok aja tuh Kang Ayi di rumah, item gitu." Ia memberi contoh sang tukang kebun yang bekerja di rumah nya. Fine, bocah ini memang luar biasa.

"Nggak boleh gitu ah, Uncle nggak suka kalau Haikal ngomong gitu, dosa tau ngejekin orang." Tegur Irham. Haikal ini tidak bisa dibiarkan berbicara sesuka hati, nanti malah tercetus yang bukan-bukan.

"Fine, sorry." Haikal berucap malas dan memutas matanya keatas, ikhlas tidak ikhlas.

Dasar bocah.

[***]

"Haikal Bagastya." Nama Haikal dipanggil oleh perawat lelaki yang keluar dari ruang gigi. Mungkin adalah asisten dokter.

"Iya," sahut Haikal riang sambil mengangkat tinggi tangan nya.

Haikal mengandeng tangan Irham untuk masuk ke ruang gigi tersebut. Ia sangat antusias karena sebentar lagi gigi nya akan dicabut dan Ia akan mendapatkan hadiah setelahnya.

"Hai adik kecil." Sapa lelaki bername tag drg. Attala Muhadits setelah kedua lelaki beda genarasi itu masuk ke dalam.

"Halo dokter." Balas Haikal ramah lalu menyalim tangan Atta.

"Udah gedek aja anak lo, bro !" ujar Atta pada Irham yang berada di belakang tubuh Haikal.

"Ponakan gue, tolong ! Anak gua masih sedang dalam proses cetakan." Sahut Irham ngasal.

"Hahaha. . ."

Mereka bersalaman ala lelaki kemudian sambil terkekeh pelan. Berbasa-basi sedikit karena sudah lama tidak berjumpa. Mereka tidak bertemu lagi karena jarak dan waktu yang memisahkan.

Dulu, Irham pernah kuliah di jurusan yang sama dengan Atta, Kedokteran Gigi dan disana lah Ia bisa bersahabatan dengan dokter muda itu. Namun, nama nya juga bukan passion, Irham akhir nya keluar dan mengambil kuliah keluar negeri sesuai bidang nya. Paman nya melanjutkan sekolah doktor nya di Jerman, maka dari itu Ia juga ikut dan melanjutkan pendidikan di bagian passion nya disana, Teknik Mesin.

"Ok, ini yang mau dicabut gigi nya yang mana?" tanya Atta pada Haikal.

Bocah lelaki itu membuka mulutnya lalu menunjukkan gigi taringnya yang berada di bawah.

"Dokter cek dulu ya."

Atta meminta Haikal duduk di kursi kecil disana dan dirinya merendahkan tubuhnya untuk memeriksa nya.

Saat Atta mengecek gigi Haikal yang bergoyang, tiba saja pintu kamar mandi yang ada di dalam ruang klinik itu terbuka dan keluar lah perempuan cantik dari sana.

Semua perhatian teralihkan kesana.

Cantik.

Perempuan itu tampaknya adalah dokter gigi juga, dilihat dari jas putihnya dan juga nama tag nya yang bergalarkan drg.

"Hello Miss Dentist !" sapa Haikal riang saat perempuan itu mendekat.

"Hai boy." Citra tersenyum lebar pada Haikal namun hati Irham lah yang meleleh.

Sial.

"May I know your name?" tanya Haikal genit lalu mengedipkan sebelah matanya.

Aishh anak kecil.

"Of course, call me Citra. You?" tanya perempuan itu. Nama nya Citra rupanya. Cantik seperti orangnya.

"Haikal." Sahut Haikal malu-malu.

Bocah kecil itu langsung bangkit dari posisi duduknya lalu mendekati Citra lalu memeluk kaki nya.

"Uncle, Haikal mau cabut gigi sama dokter cantik aja."

Hell yah. Bocah itu sukses membuat Irham malu. Bagaimana bisa bocah kecil itu bertingkah genit seperti itu dengan perempuan cantik itu, uh bisa-bisa Irham dinilai jelek oleh perempuan itu karena mnengajarkan bocah itu menjadi genit.

Fine, Citra memang sangat cantik. Tubuhnya tinggi semampai, kulitnya putih bersih dan punya protuding chin yang indah, kepala nya dibalut dengan jilbab berwarna oranye dan senyumnya sangat menawan.

Ok, jangan jadi lelaki brengsek, Irham. Kamu masih punya pacar.

Tapi, Citra adalah punya segala keindahan seorang wanita dan Irham sulit menolaknya.

"OK boy," pasrah Atta lalu terkekeh geli melihat antusias Haikal pada Citra.

Atta mengenalkan Citra pada Irham dan mereka saling berjabat tangan.

Uh, tangan yang saling bersentuhan namun hati Irham yang ketar-ketir.

Citra dan Haikal berpindah posisi dan bersiap melakukan operasi kecil pada gigi Haikal.

Atta dan Irham terlibat chit-chat kawan lama sambil menunggu Citra selesai dengan Haikal.

"Citra itu sepupu gua, udah beres koas tuh jadi sambil nunggu-nunggu dia juga kerja di klinik gua, biar cekatan." Cerita Haikal.

"Oh sepupu lo," beo Irham sambil menganggukkan kepala kecil. "Cantik."

"Hehehe. . ." Atta terkekeh singkat mendengar pujian Irham untuk Citra, "Hampir semua orang yang melihat Citra bilang kalau adik gua itu cantik. Tapi cantik gitu masih aja sendiri."

Ah single ternyata.

Damn, stop being a jerk, Irham. Dia masih punya pacar dan berniat serius dengan pacarnya itu, tidak boleh lirik sana-sini.

"Hehehe. . ." balas Irham tercengir singkat. Irham mengalihkan pandangan dari Cintra lalu terfokus kembali ke Atta.

No, matanya nggak boleh jelalatan.

[***]