webnovel

14

Merindukan Irham setelah hampir 2 bulan mengakhiri hubungan berpacaran, membuat Bella bertekad untuk bertemu dengan lelaki itu untuk menembus rasa itu. Seperti yang Ia tahu selama ini, mantan tampannya itu bekerja di bengkel otomotif saat weekend datang dan Bella memutuskan mendatangi lelaki itu kesana.

"Irhamnya sakit mbak yu." Sahut lelaki bermata sipit dan kulit putih itu.

"Oh boleh tahu alamat rumah atau kosannya nggak ?" tanya Bella pada lelaki itu.

Beruntungnya adalah lelaki yang seperti nya seorang mekanik itu tidak mempersulit Bella, Ia langsung memberikan alamat rumah Irham yang tertulis di secarik kertas.

"Perasaan ini komplek kelas atas deh ." Gumam Bella pada dirinya sendiri sambil membaca alamat Irham. Ia sudah ada di jalan dan prediksinya 30 menit dari sekarang dirinya akan sampai ke tujuan.

Selama Bella dan Irham menjalin asmara, memang lelaki tidak pernah mengajaknya untuk mampir ke rumah atau kosannya dan seingatnya lelaki itu bukan perantauan.

Mereka lebih memilih dating di apartemen milik Bella yang ada di Tanggerang atau jalan-jalan menghabiskan waktu di mall dan taman bermain.

Sampainya Bella di depan rumah yang Ia tuju, Bella yakin kalau alamat rumah yang diberikan oleh mekanik sipit tadi salah. Namun, nggak mungkin dong mantan pacarnya yang sangat terendus kemiskinannya itu tinggal di rumah ini. Rumah mewah yang punya halaman cukup luas buat bermain bola anak-anak serta ada beberapa mobil terparkir di sana.

Oh, positif thinking aja. Mungkin ada alasan yang lain yang Ia tidak tahu.

Bertanya pada satpam tentang penghuni rumah ini, Bella langsung di perbolehkan masuk begitu menyebutkan nama Irham dan berniat menjenguknya di rumah.

Pintu kayu besar penghubung utama rumah besar itu terbuka, tampaklah wanita paruh baya dengan daster kebesaran nya berwana merah jambu, "Tamu nya Mas Irham ya, Non ?" tanya wanita itu yang ternyata adalah ART rumah tersebut.

"Iya, Irham nya ada ?"

"Ada non, masuk dulu. Mas Irham nya lagi mandi."

Bella masuk ke rumah itu setelah di persilahkan. Matanya menyisir setiap jengkal dari rumah mewah itu. Ada banyak foto lelaki yang terpajang di dinding dan tertata di nakas-nakas kecil sepanjang kaki nya melangkah.

Satu foto yang paling menarik perhatian nya adalah seorang lelaki dengan pakaian toga di peluk oleh Ibu dan Ayah nya dan ada dua lelaki lain nya berpose jongkok di depan lutut lelaki bertoga itu. Mata Bella memincing dan menyadari siapa gerangan lelaki bertoga itu. Irham Setiawan, mantan kekasih nya.

Jadi ini benaran rumah Irham gitu ?

"Siapa ya ?" lalu seorang wanita paru baya lagi datang menegurnya. Wanita itu tampak masih cantik walau sudah berumur, beliau sederhana dengan daster batik warna hitamnya, rambutnya yang sudah hitam yang bercampur putih setata rapi di belakang kepalanya. Dan satu hal lagi, Ia pasti bukan ART disini. Terlihat pekat dari aura yang dipancarkan, bau-bau nyonya rumah begitu terlihat.

"Halo tante, saya Bella. Mau jenguk Irham." Kata Bella sopan lalu menyalim tangan wanita tersebut.

"Ooooooh. . ." wanita itu ber-oh-ria panjang, "Ini toh Bella. Mantan pacar nya Irham ya ?" tanya wanita itu sambil tersenyum tipis, "Duduk, duduk dulu yuk." Wanita itu menyeret Bella hingga ke ruang tengah rumahnya yang ada sofa lingkar dan televisi menyala disana.

Dan ruang tengah itu tidak kosong. Ruang itu terisi oleh beberapa orang lelaki muda yang bersantai, ada yang sedang memangku toples keripik, ada yang bermain lego, dan dua orang lelaki shirtless yang sedang bermain PS.

"Zen, Len, pakai baju dulu nak. Ada tamu ini." Tegur wanita itu pada kedua lelaki yang bertelanjang dada itu. Semua pasang mata disitu langsung mengarahkan matanya pada Bella yang datang bersama wanita berdaster batik itu saat kata tamu keluar dari mulut nya.

Tidak ada dari mereka satu pun membuka mulutnya, hanya memindai Bella dari ujung kepala hingga ke ujung kaki sekian detik lalu kemudian langsung kembali membuang pandangan mereka dan tidak lagi memperdulikan Bella yang berada di tengah-tengah mereka. Bahkan kedua lelaki yang tampak adalah kembaran yang sedang bermain PS itu tidak mengindahkan perintah wanita itu.

"Tsk. . tsk." Decak wanita paruh baya itu sebal, "Maaf ya, ini anak-anak emang gini." Ujar nya lalu mempersilahkan Bella duduk, "Saya Cindy. Ibunya Irham." Kata wanita memperkenalkan diri.

Ibunya Irham ?

"Pernah diajak Irham main kesini ya ?" tanya Cindy lalu menempatkan diri di sisi Bella, menemani mantan pacar anak nya ngobrol.

"Nggak pernah tante." Sahut Bella sambil menggelengkan kepalanya, "Tadi saya mampir ke bengkel tempat Irham kerja, minta alamat nya."

"Oooh, kirain. Hehehe. ." kekeh Cindy ramah dan berbaur. Wanita itu tampak ceria dan mudah tersenyum. "Gimana udah dapat pacar baru ?" Tanya Cindy santai. Bella menyengir tak enak menjawab pertanyaan Cindy.

"Belum tante, sibuk kerja." Jawab Bella kikuk. Dalam hati dia bertanya, ini ibu-ibu di depannya kok bisa sesantai itu nanya.

"Aduh anak muda sekarang ya, Cinta nomor berapa dah itu, karir nomor satu. . .bagus, bagus !" Seloroh nya gemas.

Sekian menit kemudian berbincang hangat dengan Cindy, lelaki yang Ia cari dan rindukan itu menampakkan batang hidung nya, dengan kaki yang sedikit pincang, muka terdapat beberapa bekas luka dan tampak memar yang sudah membaik di tulung pipinya, Irham tampak benar-benar seperti orang sakit dan kecelakaan pasti penyebabnya.

"Bella," sapa nya tersenyum singkat dan duduk di sofa yang kosong. "Kok bisa disini ?"

"Tadi aku minta alamat kamu di bengkel. Katanya kamu sakit." Sahut Bella jujur. Irham menganggukkan kepala dan tidak menyahut apapun setelahnya. Euphoria nya jauh berbeda sekarang, mereka tidak lagi berbincang dengan hangat, tidak lagi berlomba-lomba mencari bahan bicara dan bahkan Bella lupa tujuan nya kesini untuk apa saat menyadari bahwa semua nya tidak sama lagi.

Ada yang berubah. Hubungan mereka tak lagi hangat seperti dulu dan itu wajar terjadi. Namun hati Bella tercubit karena hambarnya komunikasi mereka saat ini.

"Ini rumah kamu ? I mean kamu tinggal disini ?" tanya Bella hati-hati, Cindy yang katanya adalah Ibu Irham sudah pamit masuk kamar setelah Irham datang. Ibu Irham sangat paham bahwa kedua anak muda itu butuh waktu untuk bicara.

Tidak ada suara hanya anggukan kepala Irham mengutarakan jawaban nya, "Kamu bisa ya jadi orang paling miskin di dunia ini dan mengorbankan hubungan kita ?" tanya Bella tak percaya saat tahu Irham tidak semiskin yang selama ini Ia pikirkan, "Kenapa sih Ham kamu nggak bilang kamu punya rumah mewah gini, bukan orang yang pantas dihina-hina dengan memandang harta ?"

Hubungan mereka kandas satu-satu nya penyebab adalah Irham yang kere, dipandang tidak mampu membahagiakan Bella.

Dalam hati, Irham agak malas menanggapi perkataan Bella. Apa sih ? kenapa emang nya kalau miskin benaran ? atau apa sih hebatnya tinggal di rumah mewah yang Abi nya bangun ? bukan milik dia juga kan. Cewek-cewek sekarang emang suka aneh-aneh. Be rich dulu baru diterima dengan lapang dada.

"Aku nggak miskin, Bell." Kata Irham retoris, "Aku kerja kok pas aku sama kamu, aku punya penghasilan. Mama kamu aja yang mempersulit hubungan kita." Kata Irham menyalahkan ibu Bella walau padahal kayak nya emang salah Irham, Ia selalu menutupi jatidirinya lalu berakhir dengan hubungan yang kandas di tengah jalan. Ya tapi bukan mau menutupi juga gimana, semua yang Ia nikmati saat ini bukan miliknya. Rumah mewah, mobil mahalnya, serta harta lainnya tidak murni miliknya. Lalu apa yang harus Ia pamerkan atau akui di depan orang lain.

"Tapi kamu bisa bilang kan kalau kamu anak orang kaya ?" balas Bella. Irham tak tahan untuk mendengus saat pertanyaan itu keluar dari mulut Bella. Ini cewek kenapa sik ?

"Then what ? Harta semua ini adalah milik orangtua aku Bella, yang aku punya Cuma gaji UMR perbulan nya dan gaji sebagai tukang bengkel, itu kekayaan aku." Jelas Irham panjang lebar.

Lagian Irham sendiri juga malas berhadapan dengan orang yang hanya memandang seseorang dari harta dan kekayaan nya saja.

Beberapa lelaki yang tidak Bella tahu siapa itu langsung menghentikan kegiatan mereka saat Irham dan Bella mulai adu mulut, mereka menatap Bella sinis seakan menyuruh wanita dress floral selutut itu untuk pulang. Tidak terima jika saudara di serang oleh mulut Bella. Mereka sengaja memusuhi Bella karena mereka tahu bagaimana cerita dibalik kandasnya hubungan keduanya.

Benar seperti kata Irham, yang Irham punya hanya kekayaan yang Ia punya saat hari gajian datang. "Kenapa sih Ham ? Aku nggak ikhlas diginiin, kamu sengaja kan ?" tanya Bella dengan suara serak, "Aku masih sayang sama kamu makanya aku cari kamu lagi."

Irham menghembuskan nafas nya berat, "Semua udah lewat, Bella." sahut Irham, "aku udah berlabuh kelain hati, Bell. Aku nggak akan kembali sama mantan pacar ku, itu peraturan nya." Tegasnya memberi ultimatum. Bagi Irham, tidak ada waktu untuk bertele-tele dijalan yang sama dalam waktu yang lama.

Bella menganggukkan kepala nya tanda paham, percuma kan kalau Bella menuntut ini itu. Toh ternyata hanya dirinya disini yang mengharapkan lelaki itu, tidak sebaliknya. Hati kecilnya berkata untuk tidak secepat itu menyerah namun Ia juga sadar bahwa hubungan mereka sudah sepakat selesai baik-baik beberapa bulan yang lalu.

"Kita bisa temanan kan Ham ?" Irham mengangguk kan kepala nya mantap dan mengulurkan tangan pada Bella, meraih tangan kecil Bella dan meremas nya pelan.

"Bisa, gue sayang sama lo Bell, tapi bukan sebagai cewek gue lagi. Cuma sebagai teman gue." Ungkap Irham. Jujur nggak jujur sih. Tapi saat inj Irham sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan Bella dan itu sudah end of discussion.

"Iya makasih." Sahut Bella mencoba ikhlas.

Mbak Desi datang lagi membawa tamu di belakang nya. Yang pertama masuk adalah Widya, tunangan nya Arkan, lalu ikutin oleh Arkan yang masih dengan seragam militer nya, ada Jack dan Ares datang bersama Ibu nya, Malsa Saverino.

"Rame bat dah." Celetuk Irhas girang saat tamu yang lain masuk dan melihat Malsa ikut datang, "Nda, ada bawa pesanan adek'kan ?" Malsa mengangguk dan mengusap kepala Irhas sayang, Cik Anda punya usaha toko bakery yang cukup besar namanya di Jakarta. Sama seperti Irham, Irhas juga pecinta cake keju dan selalu meminta dibawakan salah satu cake buatan tantenya itu jika berkunjung.

Bella memperhatikan tamu-tamu yang datang, mereka tidak langsung duduk bersama namun berlalu ke lantai atas sana kecuali perempuan muda pakai jilbab maroon dan wanita cantik yang keibuan dan dipanggil 'Nda' tadi itu. Bella jadi sangsi, ini sebenarnya rumah hunian keluarga atau kosan, rame banget orang nya dan dominan nya adalah lelaki, apalagi tampaknya mereka hampir seumuran semua.

Satu rombongan lagi datang di belakang nya, Bella mengenal lelaki dan salah satu perempuan yang datang itu, teman nya Irham yang pernah makan bersama di Mall.

"Wess broooo. . ." sapa Irham ramah saat Atta masuk, "Udah seminggu gua sakit, baru sekarang datang lo ya."

"Heheheh. . .wajar lah pengantin baru. Ini bini gue, Khalida." Sahut Atta lalu memperkanalkan istrinya yang imut pada Irham juga pada semua orang yang berkumpul di ruang tengah.

Ruang tengah yang tadi nya lempeng kini sudah penuh oleh lautan manusia, apalagi di tambah oleh Jack, Ares dan Arkan yang turun dari lantai atas usai bergantai pakaian dengan yang lebih kasual.

"Cantiiikkk. . . ." Panggil Irham pada Citra yang berdiri tak jauh dari posisi Atta, Irham mengibaskan tangan nya meminta perempuan berjilbab hitam motif mendekat. "Sini dong, aku sakit nih." Adu nya manja pada Citra, Atta dan Ares yang ikut menyaksikan aksi manja Irham dibuat gemas ingin menimpuk kepala lelaki. Cih, nggak cocok sama sekali.

Citra tersenyum malu lalu mendekati Irham yang duduk di sofa, menepukkan telapak tangan nya dengan tangan Ikram menyambut tos tangan lelaki itu. "Kakak udah mendingan ya, Alhamdulillah."

"Iya, Alhamdulilah. Sini deh, duduk." Irham menepuk sisi kanan sofa yang kosong, "Mau melepas rindu."

"Haih anak ini teh," Malsa menoyor kepala ponakan nya itu, "Kamu jangan genit atuh, Mas. Belum mahram." tegurnya. walau begitu, Irham sama sekali tidak mengindah teguran Malsa, Ia malah menggenggam tangan Citra dan mengelus punggung nya. Sengaja membuat Tante nya itu tambah mengomel.

"Sama cewek sendiri kok nggak boleh," kilah Irham, serangan bantal terbang diterima Irham setelah nya. Jawaban nya mengundang kegemasan yang hakiki dari saudara nya yang lain.

"Kok bisa ya cewek Mas cantik begitu." Celetuk Jack polos sambil memandang Citra penuh kagum. Dimata Jack, Citra sangat cantik. Putih, mulus, pakai kerudung pula.

"Bukan cewek dia Bang, ngaku-ngaku aja dia tuh." Balas Irhas jahil. "I swear to God, mereka bukan pasangan. Percaya Irhas ya semua nya." seru Irhas dengan nada suara keras.

"Adik kampreeett !" maki Irham sebal dan sukses membuatnya terusik. Ya, benar, dirinya dan Citra bukan nya pasangan tapi soon to be OK, calm dong.

Tidak pernah sekali pun Citra saat bertemu dengan Irham tidak dibuat blushing oleh lelaki bernama lengkap Irham Setiawan itu. bahkan keluarga nya pun begitu kompak membuat pipi nya merona dengan kata-kata unyu yang menggoda.

Saking ramai nya orang di ruangan itu, Citra baru menyadari bahwa ada mantan pacarnya Irham yang ikut ngumpul di ruang tengah itu setelah sekian menit berhaha-hihi dengan mereka semua. Ia tidak salah lihat , sang mantan kekasih Irham dalam beberapa minggu terakhir.

Citra dengan refleknya merapatkan ke tubuh nya ke Irham dan merangkul lengan lelaki itu dan berbisik pelan, "Kok Mbak Bella ada di sini, Kak ?" tanya Citra. Ia jadi was-was, jangan bilang kalau sebenarnya mereka udah balikan lagi dan selama ini godaan untuk Citra hanya sebatas gombalan kosong yang tidak ada arti apa-apa.

Irham mendekati mulutnya ke telinga Citra, "Cemburu ya, Sayang ?" tanya Irham jahil. Wajah Citra langsung berubah datar dan malas. Walau hati nya langsung ketar-ketir saat kata 'sayang' keluar dengan mulus nya di bibir lelaki itu.

"Ih jawab dulu." Paksa nya, "Jangan balik nanya."

"Hahaha. . ." Irham tertawa puas melihat ekpresi sebal Citra, "Mau jenguk aku sakit dia, Cit." jelas Irham sambil mengusap kepala Citra pelan, "Aku kan sekarang mau jadi milik kamu, jadi jangan mikir macam-macam, OK ?!"

Citra tersenyum lebar dengan wajah merah merona, mungkin ini bukan ajakan untuk berpacaran, berkomitmen atau sebagainya namun cukup melegakan hati saat Irham menjawab demikian.

Cik Anda meletakkan satu piring besar yang sudah terisi oleh kue bolu keju dan juga brownies coklat yang telah terpotong, "Nyemil dulu nih, Anda yang buatin tadi. Hot from oven."

"Tengok tuh Res, Adik kamu udah pada punya pacar, kamu kok belum laku-laku sih." Celetuk Malsa pada Ares sang anak sulung dan juga yang paling tua, bulan depan umurnya akan pas 31th. Malsa menunjuk Irham dan Citra yang duduk mesra di sofa, Widya dan Arkan yang saling berangkulan dan Atta dan Ida yang sedang suap-suapan kue.

"I don't know, mom." Sahut Ares sebal. Selalu saja disinggungkan dengan masalah mencari pasangan. Ares sudah punya pacar kemarin itu tapi sudah di srobot orang, mau gimana lagi.

"Masya Allah, rame amat nih." Celetuk Cindy yang baru keluar dari kamar nya, Ia menyapa Atta dan Khalida sang pengantin baru dan mengucapkan selamat. Dan mata nya langsung berbinar saat melihat ada Citra yang duduk bersama anak sulungnya, Irham. Calon pacar anaknya dan insyaallah didoakan menjadi menantunya pula.

"Apa kabar sayang ?" sapa Cindy lalu bercupika-cupiki dengan Citra, hal itu tak luput dari pandangan mata Bella yang mengamati gerak gerik Irham dan Citra dari tadi.

Jujur saja, Bella rasa nya tidak nyaman berada di ruang ini. Mereka semua tampak hangat, ceria dan sangat saling menyayangi satu sama lain namun melihat Irham dan Citra yang mepet terus membuat nya panas dikit. Apa itu perempuan yang Irham bilang ? kalau Hati lelaki itu sudah berlabuh ke hati dokter cantik itu. tapi, seperti yang di katakan Irhas tadi mereka bahkan bukan pasangan, berarti Bella masih punya kesempatan kan ? mana tahu kalau mereka berjodoh dan Tuhan menghendaki, Irham akan melanggar peraturan nya yang tidak akan balikan dengan mantan itu.

"Baik tante, alhamdulillah. Tante sehat kan ?"

"Kok tante sih sayang, panggil Ibu dong. Kan bentar lagi jadi mantu Ibu. Bulan depan Irham masuk meminang, iya kan Mas ?" Kata Cindy lalu tersenyum lebar pada dokter gigi cantik itu, Ia mengerling jahil ada anak sulung nya.

"Iya dong. Ta, restuin aku yo ?!" lanjut Irham pada Atta yang kini berdecak kecil. Candaan Cindy disambut gembira oleh Irham. syukur-syukur benar terjadi. Irham sih ok-ok saja kalau harus meminang Citra dalam waktu dekat. Siapa takut!!!

"Bu, Nggak usah lamaran segala, kalau bisa langsung akad ya Bu, Irham suka batal lamaran soalnya. Belum juga apa-apa, udah ditolak calon mertua, Bu." Celetuk Atta asal dan mengundang kegaduhan suara sorakan dari saudara-saudara Irham. Mereka tertawa puas meledek Irham. ejekan Atta benar-benar pas kena sasaran. Bisa gitu ya.

Perkataan Atta tidak bisa dielakkan barang secuil pun, setiapkan kali mau lamaran pasti ada saja halangan melintang hingga membuat lamaran batal.

Irham melirik Bella sekilas, orang-orang disana tidak begitu memperdulikan model cantik itu saat ini, mereka asik dalam candaan dan tawa nya sendiri tanpa memikirkan raut wajah Bella yang sudah masam. Perkataan Atta tadi pas sekali menyinggung hubungan mereka yang kandas 2 bulan yang lalu.

Irham yang sudah sering mengalami jatuh bangun dalam hubungan asmara selalu diwawancarai teman-teman nya setelah hubungan nya kandas. Mereka mengatakan suka mendengar alasan-alasan konyol yang menyebabkan Irham putus cinta.

Bella bangkit dari duduk nya dan berpamitan pulang pada Irham, "Mbak gak usah kesini lagi ya ngejar-ngejar Mas." Pesan Irhas dengan nada jutek. Ia bersitatap dengan Bella dengan wajah masamnya.

"Deeeekkk. . . !" tegur Cindy menepuk bahu Irhas keras, bukan nya berhenti Irhas melanjutkan perkataan nya, "Terima aja kalian nggak jodoh, kalau nggak bisa nerima kekurangan orang lain, then you don't even deserve someone else." Tanpa perlu kreditan dan juga sedikit rem dimulut Irhas, kata-kata itu mengalir begitu saja.

"Iya, terimakasih nasehatnya." Ujar Bella dengan suara bergetar. Ia merasa malu dan juga gimana ya, nggak enak lah dikatain begitu dihadapan banyak orang. Apalagi mengingat punca kandasnya hubungan mereka adalah di sebelah Bella sendiri. Orangtuanya yang terlalu pemilih.

"Bell . . Tunggu Bell." Dengan kaki sedikit pincang, Irham berusaha mengejar Bella. Ia merasa tidak enak dengan mantan kekasih nya itu, perkataan Irhas tadi tidak sepenuhnya benar.

Selama ini Bella ok-ok aja kok pacaran dengan Irham, yah walau nggak mau dibonceng pakai Bit nya. Tapi, kandas hubungan mereka bukan karena Bella yang tidak bisa menerima kekurangan nya tapi karena orangtua Bella yang belum memberikan restu, bukan belum tapi memang tidak ada kesempatan bagi Irham untuk diberi restu oleh orangtua Bella.

Cindy menahan tangan Irham dan memberi kode gelengan kepala, "Jangan kamu kejar, jangan kasih harapan sedangkan kamu tidak bisa kembali." Kata Cindy tegas.

benar. Jika Irham berniat membenarkan salah paham dan juga tuduhan tajam Irhas, Bella bisa saja berpikir yang lain. Irham tidak ingin memberi harapan kosong untuk Bella. Ia sudah bulat tekad untuk tidak lagi bersama perempuan itu. Lagi pula, Irham belum siap punya mertua seperti ibu Bella. bikin panas dingin.

Suasana ruang tidak lagi kondusif membuat semua orang lebih memilih untuk menutup mulutnya dari pada berargumen dan membuat suasana semakin tegang.

Irhas menundukkan kepalanya merasa bersalah, tidak seharusnya Ia berkata demikian pada mantan kekasih abang nya itu. Tapi juga ingin melihat perempuan itu lalu-lalang di kehidupan Irham. Kakaknya berhak mendapatkan yang seribu kali lebih baik.

***

MINTA KOMEN NYA DONG GES YANG PART INI :)

Ada kata yang kepotong. Tandain bentar ya. Kepotong kayak nanggung gitu ges 😑