webnovel

PERDEBATAN MENYESAKAN

Bab 4 : Perdebatan Menyesakan.

Sesesak hati yang terbekap ciuman masa lalu, mata buta akan janji dari benih kenangan rindu.

Berjanjilah..

Seburuknya aku, tetaplah kau disisiku hingga nadiku berhenti mengaliri darah.

OooO

Dihalte penungguan bis sekolah, siswa siswi SMA tengah sibuk bermain gadget dan tertawa bercanda ria dengan teman teman sebayanya. Hanya Kenzo yang diam berusaha mengabaikan Febee yang terus merengek meminta ini itu padanya.

"Bisakah nanti kita mampir kesuatu tempat? aku ada sesuatu yang ingin ku tunjukan padamu," kata Febee bergelayut mesra dilengan Kenzo.

Orang orang yang tak sengaja melirik sedikit iri dengan Febee, gadis cantik yang memiliki segalanya tak terkecuali seseorang yang gadis itu suka.

"Hey Febee!"

Febee tidak menoleh, justru Kenzo lah yang menoleh pada orang yang memanggil nama Febee tak jauh dari tempat mereka terduduk.

"Apa?" Kenzo.

Siswa yang tadi dengan lantang memanggil Febee seketika ciut mendengar nada dingin dari Kenzo. "Ouh.. so-sorry, aku hanya ingin bicara sebentar dengan Febee," jawab siswa itu terbata.

"Kau bisa berbicara disini, aku dan Febee tidak ada banyak waktu. Jika kau ingin bicara cepatlah!" sahut Kenzo diangguki Febee.

"Iya Prexi, ada apa?" tanya Febee.

"Ak-aku.." Prexi terdiam sesaat melihat dua sejoli didepannya. "Ak-aku ingin kita balikan seperti dulu Feb, ak-aku masih menyukaimu!" ungkap siswa yang bernama Prexi itu.

"Kau gila?" tanya Kenzo berwajah sangar.

Febee sudah merekahkan hidung bangga diperebutkan kekasihnya, sedangkan Prexi sudah menunduk malu duluan. "Kenapa tidak dari dulu ha? aku sudah sangat bosan dengan gadis ini, kalau begitu ambillah!" kata Kenzo berdiri menarik Febee dan menyodorkannya pada Prexi.

Febee tersentak, tak terkecuali Prexi yang mengerutkan kening kebingungan. Apa segampang itu mengambil Febee dari Kenzo? hahh.. sepertinya Kenzo pantas dijadikan teman solidnya.

"Benarkah?" Prexi tersenyum haru.

"Tidak!" tolak Febee, Ia berjalan ke arah Kenzo dan memeluk tubuhnya. Prexi cemberut, sepertinya disini kunci masalahnya ada pada Febee sendiri.

"Aku tidak mau diberikan padanya, kau pikir aku barang yang bisa kau tukar atau jual beli apalagi diberikan secara percuma? tidak!" tegas Febee mengeratkan pelukannya.

Kenzo memutar bola matanya malas, bis sudah menepi dan Kenzo tanpa banyak bicara langsung menaikinya meski sedikit susah karena Febee terus memeluknya.

Prexi? dia mengeluh dan hanya menatap kepergian bis setelah beberapa saat, padahal dirinya sangat menginginkan Febee ada disisinya lagi. Ya, Prexi adalah kekasih Febee sebelum gadis itu berpacaran dengan Kenzo. Lebih tepatnya posisi Prexi adalah mantan, dimana dulu dirinya sering dijadikan taruhan oleh Febee sendiri.

**

Malamnya, Kenzo tengah duduk dirooftop rumahnya ditemani sang adik yaitu Juna. Melihat langit yang dihiasi bintang, bulan tampak malu malu hanya setengah memunculkan diri.

"Kak Lilan.." lirih Juna.

"Apa? Juna ngantuk? kalau begitu tidur saja dikamarmu, nanti kakak menyusul," kata Kenzo.

"Tidak mau, Juna takut cendilian kak. Juna tidul dikamal kak Lilan saja ya kak," kata Juna.

"Yasudah, tapi sebelum itu pastikan sudah cuci kaki cuci tangan ya," Kenzo, Juna mengangguk.

"Good Niht kak Lilann.." kata Juna melambai dan berlalu pergi untuk tidur.

Kenzo tersenyum, sesaat Juna sudah tidak terdengar langkah kakinya. Sekarang tinggal dia sendiri disini, keluarga Kenzo yang asli sudah tenang dialam sana. Ayah.. Ibu.. dan kakak perempuannya.

Hanya dirinya yang tinggal disini, beruntung Ia sudah memiliki rumah pribadi yang diwariskan keluarga Kenzo semasa hidup dan tabungan melimpah milik Novella, jika tidak mungkin hidup mereka kini sudah melarat.

'Drrett dreett'

Kenzo melihat layar diponselnya, terlihat kontak tak dikenal diponselnya. Meski kontak tidak dikenal, tapi Kenzo sudah tahu siapa yang menelponnya dimalam malam larut seperti ini.

"Hallo Kenzoo!"

Terdengar suara gadis perempuan diseberang telepon sana, suara bergetar seakan menahan tangis atau entah kedinginan akan cuaca malam.

"Apa kau-"

"Aku sudah berada didepan rumahmu Ken, aku harap kau mau membuka kannya untukku,"

"Tidak, kau pulang saja sana!"

'Klik'

Kenzo mematikan sambungan teleponnya sepihak, mematikan celular lalu menghembuskan napas jengah dengan sikap Febee yang keras kepala.

"Harus dengan cara apalagi aku mengusir gadis itu? sudah kuputuskan tapi tetap saja seolah aku adalah kekasihnya, apa dia tidak tahu jika aku tidak akan pernah menyukainya? secantik apapun dia, aku tetap memilih Morgan," dumel Kenzo mengusap wajahnya kasar.

**

Kenzo berjalan kearah dapur, dibukanya kulkas dengan ruangan remang cahaya. Diluar sana tengah turun hujan, dilihatnya jam dinding sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari.

'Pletarrrrr'

Kenzo sedikit tersentak mendengar petir menyambar begitu keras, sebelumnya dia sudah memastikan jika Juna sudah tertidur lelap.

"Huhh.. mengagetkan saja," gumam Kenzo lalu berjalan pergi kekamarnya dilantai atas setelah mengambil air putih.

Dibawah anak tangga Kenzo teringat sesuatu, bukan kah tadi Febee bilang sudah ada didepan rumahnya? apa dia sudah pulang?

"Apa Febee masih ada didepan?" batin Kenzo sedikit khawatir dengan cuaca malam yang dingin.

Karena tidak mau mengambil resiko masuk penjara karena membunuh gadis didepan rumahnya, Kenzo terpaksa mengecek keteras rumah untuk memastikan gadis itu sudah tidak ada didepan rumahnya.

Sesampainya diteras, Kenzo tak menemukan siapapun. "Hahh.. syukurlah dia tidak ada," gumam Kenzo.

"Akhirnya hiks.."

Kenzo terjengkit kaget mundur mengindar, suara seorang gadis mengagetkannya dari samping. "Heol.." umpat Kenzo tak sengaja.

"Ak-aku kedinginan Ken hiks.. aku menunggumu dari tadi," isak Febee memeluk tubuhnya sendiri yang basah, kedinginan.

"Kau- kau belum pulang juga Febee?" tanya Kenzo melotot kaget.

Febee menggeleng.

Tempar berpindah setelah beberapa saat lalu, kini Kenzo membiarkan Febee menenduh dirumahnya sambil mengeringkan rambut gadis itu dari belakang.

"Terimakasih bajunya, mungkin karena ini baju mu jadi kebesaran," ujar Febee tersenyum malu malu.

Kenzo berdecih, Febee tak mempermasalahkan itu. Sudah biasa dirinya diperlakukan buruk oleh Kenzo, cintanya sudah membutakan hati dan mata.

"Kau tidurlah disofa malam ini, besok pagi sebelum fajar tiba pokoknya kau harus sudah pergi," suruh Kenzo.

Baru saja Kenzo hendak berbalik pergi, tangan Febee sudah nakal menarik lengan Kenzo hingga lelaki itu jatuh tepat diatas tubuh Febee.

'Cup'

Tanpa lama lama Febee mengecup bibir Kenzo, melumatnya rakus seakan bibir Kenzo adalah eskrim paling enak.

Kenzo tersentak, apalagi saat lidah Febee menerobos paksa masuk kemulutnya. "Fuhh! hey!" teriak Kenzo berusaha menghentikan aksi Febee, tapi gadis itu justru berbalik menindihnya.

"Apa yang kau lakukan bodoh?" tanya Kenzo marah besar.

"Aku?" tunjuk Febee pada dirinya sendiri. "Aku iri dengan teman temanku yang bisa merasakan bibir kekasih mereka, apa aku.."

"Kau-"

"Ayo kita berhubungan sex Kenzo!" ajak Febee.

Mata Kenzo melotot sempurna, dia hempaskan tubuh Febee dari atasnya hingga terjungkal kelantai. Kenzo berdiri, menatap tajam dan jijik Febee.

"Kenzo, kau melukaiku.." lirih Febee.

"Aku sudah berbaik hati membarkanmu menginap disini, jika kau lancang kupastikan ku tendang kau dari sini!" tegas Kenzo.

"Apa kau tidak punya pilihan lain selain mengganggu ku? aku sudah muak dengan perlakuanmu yang seolah kita adalah pasangan kekasih romantis. Aku bukan kekasih mu lagi Febee, ingatlah jika kita sudah putus setelah kejadian dihutan aneh itu. Aku menolongmu saat itu, bukan berarti aku juga menyukaimu. Aku tegaskan mulai sekarang, kita sudah tidak ada hubungan apa apa lagi!" Kenzo.

"Tidak ken, ak-aku sungguh menyukaimu. Aku tidak mau kau menjadi milik orang lain, hiks.. apa kau tidak pernah sekalipun menganggap ketulusanku ini nyata?" isak Febee merangkak memeluk kaki Kenzo.

"Tidak pernah, bahkan sekalipun aku tidak pernah menginginkan apalagi menyukaimu. Asal kau tahu Febee, semua perlakuan baik ku padamu selama ini, hanya untuk agar bisa hidup normal seperti orang lainnya. Kadiranmu.. sama sekali tak pernah kuinginkan!" jawab Kenzo tak punya hati.

"Kenapa? kenapa kau tak bisa menyukaiku? apa kurangnya aku Ken? apa!" tanya Febee berteriak prustasi disela tangisannya yang tersedu sedu.

Hati Febee terasa teriris dengan perkataan tajam Kenzo padanya, apa tak seberguna itu Febee untuk Kenzo? bahkan dirinya rela melakukan apapun untuk Kenzo.

Kenzo memalingkan wajahnya mengusap wajahnya kasar, dibelahnya rambut akan prustasi. Sesulit ini berdebat dengan Febee, sudah sangat muak Kenzo sampai saat ini.

"Apa yang harus aku lalukan agar kau pergi dari hidupku?" tanya Kenzo dengan nada dingin.

Febee yang sudah terluka berurai air mata hanya bisa menjawab dengan lirih. "Nikmati aku.."