webnovel

NIKMATI AKU

Chapter 5 : Nikmati Aku..

Kenzo menatap tajam pada sosok gadis keras kepala di depannya, dengan berani dia mengatakan seperti itu didepan laki laki.

"Gila ditambah Gila sama dengan  Rumah sakit jiwa, sepertinya itu pantas untuk mu ku berikan sebagai julukan," cemooh Kenzo tertawa renyah.

Febee menunduk, dirinya melipat bibirnya sendiri karena terlalu polos mengungkapkan isi hatinya. Sekarang dia baru tersadar, kesalahannya fatal. Ia ingin pergi dari sini, menutupi kegugupan dan kemaluannya. Tapi untuk melangkah saja sepertinya sulit, lututnya serasa kaku dan linu mengangkat.

Febee yakin jika dia pergi pun Kenzo tetap akan mencoreng wajahnya dari akte list idaman, heol Febee merutuk dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol kalimat saat emosi.

"Maap Ken-"

"Kau serius dengan kalimatmu?" Tanya Kenzo yang sudah berada tepat di depan Febee.

Febee gugup, jarak sedekat ini bisa membuat bibir mereka tak semgaja bertabrakan. Febee hendak melangkah mundur, tapi tangan Kenzo sudah lebih dulu melingkar dipinggang gadis itu dan menariknya merapat.

"Kenzo-"

"Jika aku melakukannya.. apa kau berjanji mau menjauh dariku?" Tanya Kenzo dengan raut wajah serius.

Febee menggeleng.

"Kenapa? Bukannya ini yang kau inginkan saat pertama kali melihatku? Merasakan momend dimana kau mendesahkan namaku di bawahku, iya?" Bisik Kenzo membuat bulu kuduk Febee seketika meremang.

Tangan Kenzo sudah nakal menyusuri bukong Febee, merematnya hingga gadis itu hanya bisa memejam malu didada Kenzo.

"Ahkk- Kenzo hentikan!" Sentak Febee saat jari Kenzo malah melesak masuk keselangkangan belakangnya.

"Shutt.. kau tutup matamu dan nikmati. Aku juga penasaran bagaimana kekasihku dulu melakukannya padaku." Bisik Kenzo.

"Ke-kasih?"

Tak pernah menyangka jika Kenzo sudah melakukan ini dengan Mantan kekasihnya dulu. "Kekasihmu kan aku Ken.." Cicit Febee menatap kesal Kenzo.

"Kau mau ini kan? Kurasa kau tidak perlu banyak protes, nikmati dan pejamkan matamu!" Suruh Kenzo menarik Febee hingga dirinya menindih gadis itu dari atas.

Ouh lupakan, apa diusia mereka yang menginjak 18 tahun ini harus melakukan hubungan intim? Bahkan kini Febee yang tadinya meminta seketika menciut. Ia tidak bisa membayangkan dirinya hamil saat beberapa bulan lagi akan lulus.

"Kau sungguh mau melakukannya dengan ku?" Tanya Febee sedikit ragu.

"Kenapa?"

"Bukannya kau tidak mencintai ku?" Febee.

"Melakukan bukan berarti saling cinta, kita lihat saja sampai berapa lama kau menahan serangan ku," ujar Kenzo.

Febee tegang, kalimat Kenzo sudah lebih dulu terngiang dibenaknya. "Ak-aku takut, Ken.. ini pertama kalinya bagi ku.." lirih Febee.

"Dan ini pertama kalinya aku melakukan hubungan intim dengan wanita," batin Kenzo.

Kenzo meraba wajah Febee. Membayangkan jika dia adalah Morgan. Tapi percuma, dia tidak pandai dalam mengontrol pikiran. Di depannya kini terlihat ekspresi wajah Febee yang samar dengan cahaya malam. Lampu tak dinyalakan dan hanya ada satu lampu yaitu pelita dari lilin lilin diatas meja.

"Ahh.."

Febee kelepasan, dirinya mendesah tatkala tangan kekar Kenzo mengusik kedamaian gunung kembarnya.

Kenzo menatap gunung gunung di depannya dari balik pakaian gadis itu, ia iri karena sekarang dadanya sudah rata.

"Dulu aku bahkan memiliki buah dada lebih besar dari ini, rasanya aku sangat iri," batin Kenzo.

Pindahnya atensi kenzo pada lekuk leher Febee yang putih berkilau seperti cahaya lampu tidur dan mulus. Kenzo tersenyum tipis menatap ekspresi wajah Febee yang malu malu menatapnya.

"Jujur.. aku sebenarnya tidak mau melakukan ini, tapi jika tidak aku tidak akan terbiasa dengan tubuh baruku." Kata Kenzo.

Febee mengernyit. "Maksudmu?" tanyanya bingung.

Kenzo menayap gadis dibawahnya, atensinya terpokus pada buah bibir Febee yang terlihat kenyal dan ranum. Kenzo mendekatkan wajahnya kearah wajah Febee.

'Cup'

Bibirnya sudah menempel disana, Ia tatap gadis itu dari jarak sedekat ini. Terasa dua buah bulatan kenyal gadis itu mengeras entah karena apa. Kenzo hanya bisa tersenyum tipis disela kegiatannya.

Perlahan bibirnya melumat bibir Febee. Mencium dan menjilatnya lalu melahapnya seperti permen. Begitu dan terus terulang, awalnya Kenzo ragu dan diam sesaat tak mau melanjutkan.

Tapi melihat wajah Febee seperti menikmatinya, Kenzo sedikit merasakan detak jantungnya yang berdegup dua kali lipat.

"Apa ini? seharusnya aku tidak seperti ini," Batin Kenzo.

Febee menatap lelaki diatasnya heran, karena gairahnya yang memuncak gadis itu menarik tengkuk Kenzo hingga bibirnya yang berganti melahap bibir lelaki diatasnya.

Kenzo diam tak bergeming, membiarkan gadis itu melakukannya sesaat. "Apa ini.." Batin Kenzo masih belum sadar.

Sadar atau tidak Kenzo sudah seperti bukan dirinya, dia mulai membalas ciuman Febee padanya. Awalnya hanya sebatas kecupan biasa hingga lama kelamaan menjadi ciuman yang bergairah dan saling menuntut.

Dalam hati Kenzo bergumam. "Hanya malam ini saja, hanya untuk malam ini saja.."

Tangan Kenzo sudah mulai nakal, Ia melepas kancing baju Febee satu persatu. Ciuman terlepas, kini Ia terududuk melihat pemandangan didepannya.

Febee malu, dari awal dirinya mengganti baju dengan baju Kenzo Ia sudah tidak memakai bra atau pakaian dalam lainnya. Sengaja? sepertinya iya, terlihat dari Febee yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sendiri.

"Sial.." Umpat Kenzo tak sadar.

Didepannya kini terpampang gunung kembar tanpa sangkar tengah melotot kearahnya. Bulat dan padat, hampi mirip dengan gunung kembarnya dulu. Entah sejak kapan pakaian gadis itu terlepas, di depannya kini hanya ada pemandangan kulit yang putih dan mulus.

Kenzo mendekat, Ia tanpa basa basi melahap salah satu dari buah semangka didepannya. Menjilat dan menciumi serta menggigit gigit kecil ujungnya.

"Ahh Kenzo.."

Febee mendesah, gadis itu meremat rambut Kenzo dengan kepala mendongak.

"Euhhhh ahhhh sshh ahh.."

"Hahh hhhh sshh eummpp-"

Febee tak memberi batasan untuk bibirnya, Ia terus mendesah dengan tubuh menggelinjang. Kenzo masih setia menyusu di dada Febee, tangan satunya tak tinggal diam meremas buah dada satunya dan tangannya yang lain perlahan meraba kebagian bawah celana pendek gadis itu.

Tangan Kenzo satunya yang dibawah sudah sampai di pantat sintal gadisnya, dirabanya dan diremat sesuka hati.

"Ken ohh.."

"Kenzo jangan yang itu ahh.."

Kenzo beralih meraba bagian depan bawah Febee, dimana disana titik sensitif gadis itu berada. Jari tengahnya perlahan menelusuk kebagian dalam yang sudah becek di area sana, Kenzo tersenyum tipis disela Ia menyusu seperti bayi.

"Ahhk!"

Febee meremat tengkuk Kenzo dan menariknya semakin erat, jari Kenzo kini sudah setengahnya berada dilubang surgawi Febee.

Kenzo menciumi sekitaran bahu Febee dan terus naik hingga berhenti dipipi gadis itu. Ia menatap Febee yang setengah sadar menatapnya dengan terengah tengah.

"Untuk permulaan saja belum ku mulai Febee. Kau yakin ingin melanjutkannya? Masih ada kesempatan untuk mengakhiri, milik mu juga.." Kenzo menggantung kalimatnya.

"Masih rapat." Lanjut Kenzo melirik sekilas kebawah sana.

Febee menggeleng, ia menagkup wajah Kenzo dan mendekatkan kearahnya. "Tidak, aku sudah menunggu momend ini Ken. Aku sudah merawat tubuh ku, aku sudah menjaga kesucian ku untuk mu. Malam ini aku ingin kau merenggut semuanya dari ku, aku ingin milik mu berada didalam ku. Aku ingin kau mendesahkan nama ku disamarnya hujan yang lebat. Aku ingin suatu saat nanti jika kau ingin kau pulang pada ku, itu saja." Ungkap Febee lalu mengecup singkat bibir Kenzo.

Kenzo tak membalas dan mendiamkan diri sesaat, meski dia diam tapi tidak dengan satu jari tengahnya di bawah sana. Febee menggelinjang, membusungkan dada saat sesuatu melesak masuk semakin dalam di lubang kewanitaannya seenak jidat.

"Ken ohh.."

Febee mendesah saat jari Kenzo keluar masuk di miliknya, sedangkan Kenzo masih diam dengan jarinya yang mengacak ngacak lubang gadisnya dibawah sana.

"Ahh hahh hahh hahh.."

"Kenzo hahh.."

"Ken apa hhhh hhhh aku terlalu naif? Ahh ahh aku ingin lebih dari ini Ken, aku ingin milik mu dan bukan jari mu." Febee disela desahannya.

Kenzo tersenyum, Ia memeluk Febee dan menempatkan bibirnya di depan daun telinga Febee yang dingin. "Nikmati dulu jari ku sayang, jika setelah ini kau masih sadar.. kau bisa langsung merasakannya nanti." Bisik Kenzo.

Febee menggila, ia semakin terpancing gairah saat Kenzo memanggilnya Sayang. Jarinya masih bermain main di bawah sana, menari nari keluar masuk dan memuat seakan mencari sesuatu yang berharga.

"Ken ohh ak-aku hhhh pelan Ken ahh.."

"Kenzo.."

"Ahh ahh.." Desah Febee.

'Pletarrrr'

Bahkan suara sambaran petir pun rasanya memberi kesan erotis bagi kegiatan panas mereka, sepertinya susuatu yang tak biasa akan merubah jiwa Kenzo sebentar lagi.

"Ken cium aku ohh.."

Kenzo hanya tertawa kecil, ia menggigit dan menyesap dagu Febee dan sekitar leher gadis itu untuk membuat Kissmark.

"Kau menyukainya?"

Febee mengangguk. "Iya Ken. Tapi.. ini-"

Kenzo menghentikan kegiatannya dibawah sana dan menarik jarinya keluar. Dirinya beranjak bangun, berdiri lalu menatap gadis itu datar.

"Ikuti aku! Tidak baik jika adikku melihat tubuh telanjang mu besok pagi," kata Kenzo setelah itu berjalan pergi.

Febee yang dijeda pelepasan hanya bisa menatap kekasihnya itu sesaat, ia masih ragu. Tapi dalam hati juga menginginkannya. "Hahh.. apa perbuatan ku ini benar?" gumam Febee.