webnovel

Gambling and More Gambling

Eideth mulai menjelaskan rencananya dengan rekan-rekan barunya. Untuk itu Ia harus memiliki semua informasi yang ada untuk memaksimalkan potensi keberhasilan mereka. Ia meminta Mereka semua untuk menjelaskan kemampuan mereka, serta kelebihan dan kekurangan. "Tunggu, Kamu tidak meminta Kami melanggar tabu bukan" tanya Alban.

"Tentu saja tidak" jelas Eideth, "Aku butuh banyak informasi agar Aku bisa menggunakan Talentku." 

"Apa?" Mereka jelas kaget mengetahui informasi itu, "apakah semengejutkan itu" Vista yang daritadi sudah bergabung untuk berunding, merasa aneh mereka dengan reaksi mereka. "Ehem… Aku mengerti hal ini aneh untuk Tuan Vista, Talent adalah sihir khusus yang dimiliki seorang individu, orang-orang yang memilikinya, biasanya berkumpul membentuk komunitas masing-masing, sederhananya mereka jarang keluar dari Kota mereka" jelas Alban.

Eideth menambahkan untuk menambah wawasan mereka, "karena Talent adalah berkah dari dewi setelah Perang besar ratusan tahun lalu, pengetahuan untuk mengembangkan mereka tidaklah sama dengan sihir umum, Mantra dan Teknik sihir adalah ciptaan dari pahlawan kuno untuk semua orang, meskipun begitu cara kerja mereka berdua tetap sama, mengetahui informasi mengenai kemampuan sihir orang lain akan mendapat ketahanan ataupun kekebalan terhadap sihir itu dan pemiliknya akan mendapat pinalti" jelas Eideth.

"Hanya ada 3 mengurangi resiko itu, cara pertama adalah dengan membatasi informasi yang dibagikan seminimal ataupun seambigu mungkin, cara kedua untuk mengembangkan kemampuan sihir, dengan begitu informasi awal jadi tidak valid, menghilangkan pinalti pemilik sihirnya, dan cara terakhir …" Eideth berhenti.

"Cara terakhir itu …" tanya mereka dengan penasaran, "dengan membunuh mereka yang memegang kelemahanmu, saat mereka berubah menjadi musuh, saat itulah Kamu harus berdarah dingin dan melakukannya" tegas Eideth. Vista kini tau sifat sejati dari sihir dan mengapa mereka begitu merahasiakannya. Tak hanya Vista yang mendapat pengetahuan baru, Alban, Yan, dan Mei, menerima pengetahuan itu dengan baik.

"Terima kasih Eideth karena sudah berbagi ilmu pengetahuanmu pada Kami" ungkap Alban, Lin Yan dan Lin Mei mengangguk bersama dengannya. Eideth lupa dengan identitas mereka, pemuja Sphyx, Dewi pengetahuan, tak siap dengan balasan itu. "Tidak apa-apa, pengetahuan ini penting untuk kita semua, Aku melakukan ini agar Aku bisa menggunakan Talent ku" umbar Eideth.

Mereka terkejut Eideth hendak mengorbankan dirinya untuk kenyamanan mereka semua, mereka coba menolak gagasan itu tapi Eideth mengatakan Ia tak punya rencana yang lebih meyakinkan dari ini. "Talentku … sederhananya, Kalian harus setuju untuk bermain denganku," Eideth memberi sebuah contoh dan menjabat tangan Vista, walaupun merasa jijik Eideth harus memperagakannya dengan serius. 

"Maukah Kamu bermain denganku Vista", "ya" jawabnya santai. Tidak terlihat ada perubahan apapun tapi Eideth meyakinkan mereka Talentnya sudah bekerja. Eideth mengajak semua orang, dan mereka bisa merasakan perbedaan tapi tak bisa menunjuknya, tak lupa Stevan juga diajak.

Eideth berbicara dengan pelan memanggil Stevan yang tengah beristirahat, "Stevan … apa Kamu bisa mendengarku, berkedip sekali kalau iya" pintanya. Stevan berkedip sekali, Eideth menyebarkan pengaruh Talentnya, "Stevan, dengarkan Aku, Aku perlu Kamu menjawab iya, maukah Kau bermain denganku" Stevan berkedip, setelah itu Eideth memberinya beberapa kata penyemangat dan pergi meninggalkannya. 

"Apa Kau yakin rencanamu ini akan berhasil" tanya Vista ketika Eideth keluar dari kereta. Entah kenapa dalam hati Ia kesal tapi Ia melihat wajah Vista dan tersadar sesuatu, Ia hampir saja hendak mengucapkan hal yang Ia akan sesali dan bersyukur sempat tersadar. Eideth tersenyum dan meyakinkan Vista, "ayolah, percaya padaku" Ia berjanji.

Setelah menyebarkan Talentnya, Eideth meminta mereka semua untuk beristirahat, Eideth dan Vista akan menjaga mereka sambil membawa kereta sedekat mungkin dengan Kota. Mereka masuk ke dalam kereta kuda beristirahat sebaik yang mereka bisa, mencoba menghilangkan letih setelah bertaruh. Eideth dan Vista masih dalam keadaan baik karena mereka baru saja selesai melakukan istirahat panjang dan HP mereka masih penuh.

Eideth memasuki kereta barang yang penuh dengan buku-buku, Ia mencari sebuah buku yang dapat membantu rencananya. Ia tidak tahu jelas tingkat kelangkaan buku itu, tapi buku-buku yang Ia cari adalah buku yang berkaitan dengan bahasa sihir, sihir ruang, dan sihir pemanggilan. Eideth tidak mencari buku mantra melainkan buku konsep dan prinsip dasar sihir, yang bisa Ia gunakan untuk merangkai mantranya.

Eideth, [14, 11, 18] dengan guliran yang bagus, berhasil menemukan ketiga buku yang Ia cari. "Kau akan membaca ketiga buku itu…" Vista melihat betapa tebalnya buku-buku itu tak bisa menahan pikiran pesimisnya. "Tentu saja tidak, Aku akan mencari hal yang kubutuhkan saja di buku ini" Eideth sadar Ia tidak punya waktu untuk membaca semuanya jadi Ia memakai teknik riset yang Ia biasa gunakan untuk ujian di dunia lamanya.

Eideth mulai dari merangkai skema dasar dari sihir tersebut, tipe Mantranya, kemungkinan komponen yang dibutuhkan, formula sihir. Berkat pengalaman bersama Irena, Eideth sudah terbiasa dengan apa yang harus Ia lakukan. Walau berbekal semua pengetahuan dan pengalaman itu, Eideth menghabiskan waktu 2 jam membuat mantra itu, dan 4 jam lagi mengujinya. 

Setiap kegagalan mematahkan semangatnya, namun dalam hatinya bara semangat itu membakar lagi dan lagi. Ia jadi mengingat ingatannya di dunia lama, bagaimana Ia mulai belajar coding dan terjebak dalam siklus putus asa. Setiap kali programnya gagal, Ia memeriksanya kembali, menulis ulang atau memperbaiki kesalahan, dan mengujinya lagi. Perasaan itu seraya kembali dan mendorongnya untuk tidak menyerah menyelesaikan Mantra yang Ia kerjakan.

Setelah percobaan kesekian kalinya Ia berhasil, Mantra itu selesai. Eideth melompat dengan gembira, hampir terjatuh dan membuat buku-buku di kereta itu berantakan. "Hampir saja, Aku akan malu jika sesuatu terjadi, terutama ketika mereka melihat" ujar Eideth melihat ke atas, tahu para gm mengawasinya.

"Saatnya melakukan ini, kalian siap" tanya Eideth, [GM menganggukkan kepala mereka] tulisnya. Eideth masih tidak yakin, jika Ia memanggil dewa dunia lain untuk membuat kontrak. Jika Ia hanya mendapat enam calon, maka kecurigaannya tentang Deith benar. 

"Ini dia, kita mulai" Eideth mulai membacakan mantranya, mantra yang sudah berjam-jam Ia buat. Sebenarnya Ia jadi tidak yakin melakukan pemanggilan ini karena Deith begitu tenang. Ia berpikir Deith akan jadi gelisah atau reaksi semacamnya yang Ia harapkan. 'tolong, tunjukkan padaku, tolong tunjukkan padaku, tolong tunjukkan padaku' ujarnya dalam hati.

[Mencari calon kontraktor pendukung…]

[7 Hasil ditemukan:

The Promised Destruction,

The Absolute Sovereign,

The Eternal Mother,

The Chaos Plotter,

The Blank Writer,

The Richest Dawn,

The Flickering Star.

Silahkan pilih calon sponsor Anda.]

Ketakutan Eideth menjadi nyata, hal yang Ia tidak tahu benar-benar menjadi nyata. 'Sesuatu berubah' kesalnya dalam hati. Eideth sudah diperingati ini oleh para kontraktor dunia lain, jika pengaruh keberadaannya dapat memicu perubahan yang tidak bisa diprediksi. 

Yang Ia dapat sekarang adalah skenario terburuk, Ia tahu ada enam dewa dunia lain yang menjajah Artleya, tapi sekarang ada 7 eksistensi asing. Ia tidak tahu apakah pendatang baru itu teman atau lawan. 'Fokus Eideth, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan ini' Eideth menampar wajahnya sendiri, mengingatkan daruratnya situasi saat ini.

'Ayo ingat… siapa saja yang Vista ceritakan' Eideth mencoba mengingat petunjuk dari Vista. Eideth mulai menunjuk-nunjuk sambil mengingat deskripsi yang Vista ceritakan. 'Destruction bukan … Sovereign, Mother, dan Writer bukan … oh iya Dawn juga bukan' ucap Eideth dalam menandai mereka, Ia bisa mengenali nama panggilan mereka, namun kedua nama terakhir yang membuatnya ragu.

Eideth tidak bisa mengingat cerita Vista seluruhnya, namun Ia harus tetap membuat pilihan. Eideth menggunakan semua informasi yang Ia punya memeriksa pilihan itu kembali, dan Ia mengenalinya, nama panggilan Deith. Satu-satunya eksistensi yang Ia tidak ketahui dan tidak diceritakan Vista.

"Aku memilih Flickering Star sebagai tuan baruku" ujarnya memutuskan pilihannya. Eideth merasakan sensasi aneh dari tombol pada layar itu, sesuatu memasuki dan menandai dirinya. Setelah perasaan itu hilang, Eideth melihat layar penawaran itu masih tersedia. 

Eideth teringat kompilasi karakter lucu saat Ia menjelajah internet. Seorang Warlock yang memiliki 3-5 Tuan, dan Ia harus menyeimbangkan pekerjaannya agar salah satu dewa tidak mengklaim kepemilikan atasnya. Itu ide yang lucu dan hampir membuatnya tertarik dan cerita yang menarik, tapi Ia sadar hidupnya bukanlah permainan. Eideth terpaksa menolak.

"Terima kasih semuanya karena sudah meluangkan waktu kalian kemari, semoga jalan kita berseberangan dan pertemuan kita lebih baik lagi kedepannya" Eideth menundukkan kepalanya memberi hormat dan menutup layar itu. Eideth memastikan kepalanya masih normal, pikirannya seperti mau pecah, terlalu banyak berpikir, Ia harus meluruskan pikirannya agar Ia bisa melanjutkan rencananya.

Ini adalah perilaku yang wajar untuknya, Ia mudah overthinking saat sesuatu yang tidak terduga terjadi. Skeptis dengan semua hal yang Ia tahu, mencoba membedakan mana yang benar dan salah. Sebuah guncangan menyadarkannya, menggoyangkan kereta barang yang Ia naiki, hampir menghancurkan tumpukan buku yang rapi.

Jalan berbatu itu juga mengguncang, tak hanya kereta yang Ia naiki, juga kereta penumpang. Alban dan Paladin ikut terbangun, Alban menjulurkan kepalanya keluar jendela dan bertanya apa yang terjadi. Eideth berkata semuanya baik-baik saja, tidak terjadi apa-apa, "kembali lah istirahat, sihirku belum selesai bekerja" suruhnya. Alban masuk kembali ke dalam, menenangkan yang lain bersamanya.

Eideth duduk dan membuka layar pesan, memanggil para gm, Deith terutama. "Deith, nama panggilanmu Flickering Star bukan" tanya Eideth, [Ya … tunggu sebentar] tulis Deith. Eideth merasa lega, pilihannya tidak salah tapi semua tak berjalan sesuai rencana seperti biasa. Suasana menjadi canggung dengan cepat, karena Deith diam tak memberi balasan apapun. "D-Deith, Kamu disana" tanya Eideth memastikan, [um… Aku tidak tahu bagaimana ini bekerja] balasnya.

Eideth diam, berpikir sejenak mencoba mencerna yang baru saja di bacanya. "APA…" itulah yang Eideth coba teriakkan tapi Ia menahan suaranya. Ia menjulurkan kepalanya keluar kereta, berharap sesuatu memukul wajahnya, menyadarkannya ini cuma mimpi, 'tolong, ranting, binatang malam, apa saja, sadarkan Aku ini cuma mimpi' pintanya dalam hati.

Para Game Master melihat dirinya dengan kasihan, [Eideth masukkan kepalamu, itu berbahaya] minta Zatharna. Luluh oleh bujukan itu, Eideth masuk ke dalam kereta dan "mencoba" mendengarkan penjelasan Deith. "Aku mendengarkan" ujarnya dengan sinis. […] Deith dengan hati-hati mencoba merangkai kata-katanya.

Sebelumnya, saat pengangkatan GM baru. Deith berkomplot dengan Eideth demi mendapat kepercayaannya, Ia menyarankan untuk Eideth mengambil kelas baru "Warlock" agar Ia dapat menyalurkan kekuatannya untuk membantu Eideth. Jelas Ia langsung skeptis dengan maksud tersebut dan memerasnya lebih. Alhasil, Ia harus mengikuti permintaan Eideth dari waktu ke waktu dan juga kekuatan yang Ia janjikan.

[Ini ambillah, Aku juga tidak punya petunjuk menggunakan ini, Aku mendapatkannya belum lama ini, Kamu yang pertama mencobanya] ujar Deith. Kekuatan aneh masuk ke tubuh Eideth seketika itu juga, menggunakan Mana di sekitar, Ia mulai memanifestasikan bentuknya. 

Sebuah cahaya(?) mengambil bentuk wajik yang cukup lancip, aura aneh keluar darinya selagi Eideth memegangnya dengan kedua tangannya. "Apa ini…" Eideth mencoba menganalisa benda apa itu tapi tak membuahkan hasil, benda itu tidak panas, tak memiliki berat, mengeluarkan kilau redup tapi tak menerangi sekitarnya. Eideth mendapat pemberitahuan dari layar aneh yang muncul.

[Selamat. Anda mendapat Talent Baru. Sebuah entitas misterius menghadiahkan ini pada Anda.]

[Stasis

… / …] 

Eideth tak bisa berkata-kata, karena tak ada satupun informasi yang bisa Ia dapat dari situ. Sebuah Talent, tapi Ia tak memiliki penjelasan satupun. Kegunaan, deskripsi, hanya nama Talent yang tertulis di layar itu, "Statis" Eideth hanya tahu itu adalah istilah kedokteran, tapi apa maksudnya.

Eideth membuka ponselnya dan mencari di internet, "stasis, blah blah blah, kata kerja dalam kalimat ini hanya "terhenti" itu saja" bacanya. "Ini harusnya dapat membantuku melakukan itu" tanya Eideth pada Deith di sebalik layar. Deith hanya membalas dengan emoji mengangguk tanpa penjelasan tambahan, "bagaimana Aku harus menggunakan ini, *Bzzt, woah" Eideth tak sengaja menancapkan Stasis itu ke tempat duduknya.

Kereta kuda mengeluarkan suara yang Ia kenal dengan jelas, suara gangguan, seperti glitch. Realita seakan rusak ketika Stasis itu menusuk bagian kecil dari kereta kuda, menyebar ke semua tempat. Eideth bisa melihatnya, layar Talent berubah seperti Eideth mengambil izin administrator. 

[(Kereta) (Kuda)

Berat: …

…]

Eideth bisa mengubah informasi dari layar itu namun segera merubahnya kembali ke semula, takut terjadi apa-apa, terutama saat Ia berada di dalamnya. Ketika Ia mencoba mengutak-atik layar itu, Ia bisa merasakan kereta itu mulai berubah. Ide cemerlang dilumuri harapan masuk dalam kepalanya. "Zatharna, bisakah Aku melakukan ini" tanya Eideth.

TTRPG adalah permainan dimana GM dan Pemain bekerja sama, bersenang-senang, membuat sebuah cerita yang paling seru, lucu, dan keren yang pernah ada. Untuk itu, komunikasi antara keduanya sangat penting. Eideth menghargai Zatharna walau Ia selalu mencoba mengeksploitasi kepolosannya dalam menjalankan permainan, tapi Ia selalu sadar dengan kewajibannya sebagai pemain yang baik. 

Pemain bisa melakukan hal-hal gila, menggunakan mekanisme rahasia, strategi tidak terpikirkan sebelumnya. Namun mereka wajib membicarakan hal itu pada GM terlebih dahulu. Ini mungkin berlawanan dengan pemikirannya hingga sekarang, tapi itulah cara bermain TTRPG. Ini bukan tentang menjatuhkan ataupun melawan ketidakadilan GM, atau sebaliknya. Semuanya ingin bersenang-senang dalam bermain. Dengan begini, Pemain dapat melakukan ide gila mereka dan GM dapat membuat permainan lebih seru. 

[Aku percaya padamu Eideth, lakukanlah, ini tidak melanggar peraturan, semoga beruntung] Zatharna mendukung rencana itu dengan segenap hatinya. Ia senang mendapat bendera hijau untuk rencananya, semuanya terlihat sedikit lebih cerah. Eideth tak sabar menggunakan [Stasis] ini, Ia akan mengeluarkan semua kemampuannya. "Zatharna, Aku akan menunjukkan padamu, TTRPG, yang lebih seru dari yang Kamu jalankan saat ini, semoga Kamu menikmati pertunjukkannya" sahutnya dengan yakin.

Eideth keluar dari kereta, melompat menaiki atap agar Ia bisa menuju ke tempat kusir. "Hey, terima kasih sudah berkendara untuk kami, Kau butuh istirahat" tanya Eideth pada Vista. Ia hanya mengangkat bahunya menjawab bukan masalah. Eideth bersantai sedikit setelah menaiki rollercoster emosi selama 6 jam penuh.

"Jadi, bagaimana" tanya Vista penasaran, tanpa Eideth sadar Vista juga memperhatikan rencana ini lebih dalam dari yang Ia kira. Vista yang biasanya acuh tak acuh, ikut perhatian seperti ini adalah fenomena yang langka. Eideth tak ingin niat baik pertama Vista rusak, menahan diri untuk meledeknya. "Tenang saja, Aku berhasil, kondisi menang kita sudah terlihat, yang harus Kita lakukan hanyalah memainkan kartu as Kita dengan baik" balasnya.

Seketika suasana jadi canggung karena Eideth dan Vista berhenti berbicara. Itu tidak bisa dihindari, ketegangan sedang tinggi, mereka sedang dikejar dan rencana mereka bisa gagal karena kesalahan kecil. "Jadi… apa Kamu sudah mendapat jawabanmu" tanya Eideth, "ayolah, jangan memulai pembicaraan ini, Aku tahu apa yang akan Kau lakukan" lanjut Vista kesal. 

"Apa… Aku hanya bilang, haah… Aku hanya penasaran apa Kau sudah menemukan jawaban dari pertanyaanmu, yah… bisa dibilang Aku sedikit khawatir Kau akan langsung pergi setelah semua ini selesai, hampir sudah tidak ada lagi yang bisa kuajarkan padamu" jelas Eideth. "Jadi karena itu Kau lama sekali mengajariku cara menunggangi kuda, dasar," Vista memukul lengan Eideth, "Aku sudah mendapat petunjuk tentang jawaban itu, santai saja, Aku akan mengantarmu sampai akademi mu itu atau apalah" lanjutnya.

"Makanya jangan mati saat Aku pergi" kata Vista dengan keren, Eideth sangat kesal melihat itu dalam hatinya. Sebelumnya mereka masih diteduhi pepohonan, namun seketika cahaya bulan menerangi wajahnya dan angin bertiup mengipaskan rambutnya. Eideth tidak habis pikir kenapa semua orang di sekitarnya dengan mudah mendapat momen keren seperti itu. Tak mau kalah Ia juga melakukannya.

"Kau bercanda, Aku disini yang mengkhawatirkanmu tahu" Eideth mengacungkan jempolnya menunjuk diri sendiri, mencoba senyum keren sebaik yang Ia bisa. Cahaya bulan sempat menyorotinya sedikit tapi itu cukup buatnya, setidaknya Ia sudah membuat satu impresi keren. Eideth membuka peta mencoba memperkirakan lokasi mereka, menggunakan perhitungan dan objek alam disekitar sebagai acuan, mereka sudah dekat dengan titik utama rencana mereka.

Sebelum Eideth mulai membuat mantra, Ia menjelaskan rencananya pada teman-teman barunya itu. Rencana yang beresiko besar dengan sebuah jaminan kejutan yang sudah Ia persiapkan. Ia mengeluarkan peta dan memperlihatkannya pada semua orang, "baiklah, semuanya dengar sini, Aku hanya akan menjelaskan ini satu kali, kita tidak tahu apa ada yang memata-matai kita, lihat titik ini, di persimpangan ini Kita akan berpisah menjadi dua dengan pembagian seperti ini, Aku tahu ini gila tapi dengan begini mereka akan kesulitan mengejar kita, ada pertanyaan" tanya Eideth.

Lin Yan mengangkat tangannya dan bertanya "Apa tidak apa-apa dengan tim seperti ini, bagaimana jika mereka menyadarinya", "itu tidak mustahil tapi mereka akan percaya, karena Aku akan menggunakan sihirku, percaya padaku ini jalan teraman" jawab Eideth. Jujur saja, Eideth tidak membantah sebagian besar rencana ini berpegang pada "percaya padaku Bro", dan itu tidak cukup meyakinkan. "Aku tidak meragukan kemampuan siapapun, Aku meletakkan Vista di kelompok sebelah karena Ia adalah orang terkuat diantara Kita semua" Eideth mulai membesar-besarkan kemampuan Vista.

Tidak ada yang membantah rencana itu dan semua setuju rencana itu adalah yang terbaik. Satu-satunya kesempatan mereka untuk berhasil adalah mendukung rencana itu sebaik mungkin. "Untuk itu, Kalian semua harus istirahat sekarang, butuh waktu agar sihirku bekerja pada kalian, cepat tidur..." perintah Eideth. Mereka agak tidak enak membiarkan penolong mereka melakukan semua pekerjaan tapi Eideth memaksa, mereka harus dalam kondisi terbaik untuk membantunya.

Seperti yang Eideth duga, seseorang sudah diutus oleh pemimpin bandit itu untuk mengintai mereka. Ia yakin dengan kemampuan menyelinap, juga ditingkatkan oleh sihir miliknya, membuat tak seorangpun dapat menyadari kehadirannya. Namun mata seorang Pemuda di kelompok itu bertemu dengannya, "apa… barusan dia melihatku, tapi itu tidak mungkin" Ia meningkatkan kewaspadaannya dan menjaga jarak. Berpikir itu hanya kebetulan dan melihat respon dari Pemuda itu yang tidak bertindak waspada setelahnya.

Kelompok bandit itu sudah menyiapkan penyerangan ini cukup lama, jika tidak ada gangguan dari kedua pengacau itu, mereka sudah selesai malam ini. Dalam pengawasannya, Pemuda itu mengajak yang lain berdiskusi, entah kenapa suara percakapan mereka tak bisa terdengar olehnya. Setelah itu mereka kembali bergerak melanjutkan perjalanan mereka, semuanya diperintahkan oleh Pemuda itu untuk beristirahat didalam kereta penumpang. 

Ia mengikat kedua didepan bersama dengan kuda miliknya sendiri untuk menarik dua kereta dibelakangnya. Zombie itu diperintahkan untuk berkendara sementara Ia menaiki kereta barang penuh buku dibelakang, kemungkinan besar mengawasi punggung mereka. Pengintai itu terus mengikuti mereka dari kejauhan dan menyampaikan kabar kepada pemimpinnya dengan sebuah burung hantu pengantar, pilihan yang baik sebagai pengantar pesan saat malam yang tak bersuara.

Pengintai itu tak yakin apa yang pemuda itu lakukan di dalam sana, menutup bagian belakang kereta dengan tirai. Waspada Ia tak berani berbuat gegabah karena Pemuda itu sebuah celah kecil, takut Pemuda itu diam-diam mengawasinya balik. Ia mengikuti kereta itu sampai berjam-jam akhirnya pemuda itu keluar dari kereta barang, memanjat ke atap dan melompat ke depan rombongan kereta. 

Ia tidak bisa memikirkan apa yang direncanakan pemuda itu, meninggalkan posnya, Ia masih ragu-ragu apakah penyelinapannya sudah ketahuan atau tidak. Ia coba memperkecil jarak tapi rombongan kereta itu malah berhenti. Itu adalah malah paling menggelisahkan pengintai itu, tingkah kelompok itu menjadi lebih aneh ditambah dengan pendatang baru yang ikut campur dan menggagalkan rencana mereka.

Pemuda itu melepaskan kuda mereka kembali dan memisahkan rombongan menjadi dua kereta terpisah, Pemuda itu mengambil beberapa buku dan membawa mereka masuk ke dalam kereta penumpang, Ia mencoba berbisik namun kali ini pengintai itu dapat mendengarnya, "Ini buku yang Kamu jaga itu bukan, Kita akan menyelamatkan semua buku sebanyak yang kita bisa dan menggunakan kereta yang satu itu untuk memancing mereka dengan buku-buku tidak berguna, semuanya ayo bergerak cepat" ujarnya.

"Ternyata itu yang kamu rencanakan, sayangnya ada Aku disini" ujar Pengintai itu. Ia melihat Pemuda itu mengorbankan teman Zombie nya pergi menarik kereta palsu itu sebagai pengecoh, membawa kereta barang itu. Kereta umpan itu dibawa mengikuti jalur kanan yang tercepat menuju Kota agar terlihat lebih meyakinkan. Pemuda itu bersama kelompok barunya pergi ke jalur kiri mengambil perjalanan memutar. Setelah mereka berpisah, Pengintai itu segera kembali untuk melaporkan informasi baru yang Ia dapatkan.

Setelah kembali dengan kelompok banditnya, Pengintai itu segera menceritakan kejadian itu pada pemimpinnya. "Hahahaha… Jadi itu rencana mereka, lupakan kereta buku itu, Kita akan mengejar kereta yang mereka naiki" Pemimpin bandit tertawa terbahak-bahak. Ia tak sabar untuk membalas Pemuda yang mengganggu serangan mereka itu, membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri. "Aku tidak setuju Ketua, bagaimana jika itu rencana mereka" ujar seseorang dibelakang Pemimpin bandit.

"Ah… Kau sudah kembali, kukira Kamu takkan bergabung dengan Kami malam ini, senjata rahasia kita, Wakil" ujarnya, "niatnya begitu kalau Kalian tidak gagal tadi" balas Wakil pemimpin bandit. "Apa maksudmu tadi kalau itu rencana mereka" tanya Pemimpin bandit, "bukankah pesan pertama yang dikirim pengintai kita bahwa Pemuda itu seperti menyadari mereka diikuti, kurasa ini usulan dari Ksatria Sphyx itu, dari informasi Pelanggan kita, Ksatria itu penganut yang taat, kemungkinan besar akan menyelesaikan misinya dengan cara apapun" jelasnya.

"Kau benar, itu tidak mustahil, Buku itu memang penting, jadi maksudmu," Pemimpin bandit menyadari sesuatu, "benar, mereka mencoba mengantar buku itu terlebih dahulu secepat mungkin dan menarik perhatian kita darinya" tambahnya. "Tapi…" Wakil pemimpin menambahkan, "mengingat permintaan tambahan yang Ketua ambil untuk mengeliminasi orang asing itu… kita tidak bisa membiarkan mereka masuk dengan selamat ke dalam kota, mereka akan dalam perlindungan pemerintah didalam sana dan Kita takkan bisa mengejar mereka lagi setelahnya" Pemimpin bandit tidak suka mendengar itu. "Aduh… saat-saat kita mendapat pekerjaan ganda… kukira Kita bisa mendapat dua imbalan dari kedua permintaan ini… Aku harus bagaimana…" Pemimpin bandit mencoba berpikir membuat pilihan.

"Baiklah, Kita…" Pemimpin bandit melihat kepada Wakilnya, pandangan matanya itu masih tak bisa melepaskan salah satu uang di kedua tangannya, "Haah… Ketua, Aku punya saran" potong Wakil pemimpin. "Oh, apa saranmu itu" tanya Pemimpin ketua menyengir tahu Ia bisa mengandalkan Wakil miliknya. "Kita akan…" jelas Wakil.

"Aku suka rencana itu, kalian dengar anak-anak, pergi melakukan bagian Kalian masing-masing, semuanya bubar" ujar Pemimpin bandit membawa sebagian besar anak buahnya mengejar rombongan itu, "lagi-lagi Ketua seperti ini, Aku juga harus mengerjakan bagianku deh, ayo brodi, kalian ikut Aku" ajak Wakil pemimpin. 

Eideth tak tahu apa yang terjadi disisi lain tapi Ia tak punya waktu untuk khawatir, Ia hanya bisa mempercayakan Vista melakukan bagiannya dengan baik, dan fokus dengan permasalahan di depannya. "Sial… Aku takut ini bakal gagal pula sedikit, Alban katakan sesuatu, hibur Aku" pinta Eideth. "Semoga Sphyx menjaga kita" Alban mengucapkan doanya, yang sedikit menaikan moral mereka, bukan yang Eideth inginkan tapi Ia tetap berterima kasih. "Yah, ini akan jadi seru" ujar Eideth dengan yakin mempersiapkan diri melawan bandit.