Ciuman yang lembut ini segera mengisi hati Viona dengan kehangatan.
Setelah setengah menit mereka berciuman, wajah Viona sudah benar-benar merah.
Menatap perempuan yang dicintainya di hadapannya ini, Randika membulatkan tekadnya. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan melepaskan Viona meskipun nyawa adalah taruhannya.
Pada saat ini, pintu ruang tamu terbuka.
Dalam sekejap Viona langsung menjadi panik. "Ran…"
"Sudah tenang saja, serahkan masalah ini padaku."
Randika lalu menggandeng Viona turun tetapi sesampainya mereka di tangga, Randika melepaskan tangannya.
"Ran, aku pulang." Inggrid masuk ke ruang tamu dan terkejut ketika melihat sosok Viona.
"Sore bu Inggrid." Viona benar-benar tidak tahu harus berekspresi seperti apa khususnya setelah dia mengetahui hubungan Inggrid dengan Randika.
Wajah merah dan napas yang terengah-engah, Inggrid sebagai perempuan yang berpengalaman tentu tahu kenapa Viona bisa berpenampilan seperti itu.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com