webnovel

Lebih Indah

Vilia jatuh cinta pada sahabatnya, Ricky. Namun cinta pertamanya itu harus patah, begitu juga dengan persahabatannya. Saat Ricky muncul kembali, hidupnya yang tenang kini mulai terusik karena kenangan. Disaat yang bersamaan muncul Dika, siswa sekolah lain yang ia temui saat berada di bus yang sama.

diindadas · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
1 Chs

1

Brukkk !

Semua mata menoleh ke arah dimana sumber suara itu berasal, dimana suara tersebut berasal dari tingkahku yang hampir terjatuh saat menaiki bus yang kutumpangi. Untungnya poseku saat ini masih dalam keadaan yang lazim dan untungnya lagi tidak ada Reporter ataupun Wartawan menaiki bus yang sama denganku lalu merekam kejadian ini untuk menayangkannya sebagai tayangan utama berita di TV sehingga aku akan menjadi bahan tertawaan semua orang.

Sial !

Semua orang di dalam bus itu memandangku dengan.. entahlah, dengan segala pandangan yang memiliki banyak arti. Entah mereka prihatin, kasihan atau apalah itu. Whatever ! Kulirik salah satu penumpang, lalu dengan sigap dia segera menutup mulutnya menggunakan kedua buah tangannya sambil tertawa cekikikan melihat My Embarrasing Action itu.

Rese bener deh tuh cewek! Pake acara ngetawain gue segala. Emangnya gue lagi ngelawak apa!?

Dengan rasa kesal aku segera duduk dan bersikap seolah tak ada apa-apa.

"Pagi-pagi udah ketiban sial nih gue! beteee!!!" aku langsung menceritakan kejadian memalukan itu pada sahabat sekaligus teman sebangkuku Anggi begitu sampai disekolah.

"hahahaha .. Udah nasib lu tuh Vil !" tawa temanku itu pecah setelah mendengarkan cerita menyebalkan itu.

Anggiani Ayu Saputri ini adalah sahabat baikku. Cewek cantik, dengan hidung yang sedikit mancung dan kulitnya yang putih ini sudah hampir 5 tahun berteman denganku. So, bisa kebayang kan gimana dekatnya aku sama dia ? Kita udah temenan dari kelas 1 SMP dan sekarang sampe kelas 2 SMA kita masih tetep akrab dan malah makin akrab. Kalau ada apa-apa kita berdua pasti langsung cerita satu sama lain.

"Ckck! Lu tuh yaa Gi, bukannya prihatin eeeh, malah ngetawain gue! " aku mencubiti lengan sahabatku ini dengan geram karena mentertawakan aku.

Dia mengelus lengannya, kesakitan. "aduuuhhh, sakit tauu Vil! Cubitan lu kan berbisa banget .."

"Anggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii !" , teriakku kecil.

" hehehe .. peace yaa Vilia Ravili Putri.. " ucapnya seraya mangacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

"iyee iyeee .. diterima deh maafnyaa ..", aku menyunggingkan senyuman kecil kepada sahabatku itu.

"tapii .. dengan satu syarat deh maafinnya .."

"apa ?"

Aku menarik lengannya, dan mengajaknya beranjak dari tempat duduk. "emhh, temenin kekantin yukk laperrr !", rengekku padanya. Anggi hanya menggelengkan kepala. Dia sudah biasa menemaniku nongkrong dikantin setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi untuk sarapan. Ya maklum, aku bukan tipe orang yang suka sarapan pagi-pagi, karena kalau sarapan pagi-pagi aku akan mendapatkan panggilan alam, hehe..

Satu, dua kelas sudah kami lewati saat akan menuju ke kantin, namun sebelum berjalan melewati kelas ke tiga.. Oh my god! There is my enemy, Mike! hidiiihhh, sok keren banget deh tuh kecoak belang !

Tanpa sengaja mata kami bertemu, dan serangan pertama dimulai ..

"Kenapa lu liat-liat gue, haa ?" Mike langsung menembakkan meriam pertamanya di pagi hari dengan muka super duper nyebelin.

"Helloooo! Geer banget sih lu jadi orang..", dengan spontan aku membalas tembakan meriam pertamanya itu.

"Aduh, udah ya Mike dan Vilia! Bisa ga si kalian tuh ga perang mulut sekali aja ?", Anggi menengahi permasalahan sebelum perang 10 detik itu berubah menjadi perang berpuluh-puluh ribu detik.

"Dia tuh Gi yang mulai duluan !". aku menatap Mike dengan pandangan sinis, begitu juga dengan Mike yang memandangku sinis. Ingin sekali rasanya aku menjambak rambutnya detik ini juga.

"Eh, lu duluan yang mulai! Ngapain tadi liat-liat gue? Naksir!?", ucapnya dengan ekspresi yang super duper menjengkelkan.

"Hahaha.. mungkin dia emang naksir lu kali Mike..", sambar Randy, "cieeeee .." disusul temen-teman mereka yang lain ikut menyorakiku secara bersamaan, ikut-ikutan menggodaku.

"Ihhh .. ga banget tau suka sama orang super duper nyebelin kayak lu !!!!!!!!!!", aku benar-benar kesal hingga aku menginjak kaki Mike.

"Awwwwww !" Mike memegangi kaki kanannya dan melompat-lompat kecil tak karuan karena kesakitan. Dia berusaha membalas, namun tidak dapat melakukannya karena Anggi sudah menarikku untuk menjauh dari kerumunan cowok-cowok rese itu lebih dulu.

"Yuk Vil ..", Anggi menarik-narik tanganku.

Sembari mengikuti Anggi aku masih mengolok-olok Mike. "Sukurin!", aku tersenyum puas. Dari kejauhan aku bisa mendengar keriuhan suara tawa teman-teman Mike yang menertawakannya karena aksi injak kaki ku itu.

Mike Kurniawan. Dia adalah musuh bebuyutanku sejak awal masuk sekolah dan dia adalah kapten basket disekolah ini. Dia sebenarnya kakak kelasku. Orangnya memang keren, punya kulit putih serta berhidung mancung, badannya juga tinggi dan dia itu B-A-I-K menurut cewek-cewek satu sekolah kecuali aku. Entahlah, kenapa dia selalu mencari masalah denganku sejak awal masuk sekolah. Memang salahku, waktu itu aku pernah menumpahkan jus ke kepalanya gara-gara tersandung kursi dan aku sudah minta maaf tapi dengan gaya sok cool-nya itu dia malah membentak-bentak aku didepan banyak orang dikantin. Dan akhirnya kita jadi perang mulut, hingga seterusnya kita jadi musuh bebuyutan. Pokoknya dia itu nyebeliiiiiiiiiiiiiiinn banget !

***

Teeeetttt !

Bunyi bel pergantian jam berbunyi. "Baiklah, kita lanjutkan pelajaran minggu depan! Selamat pagi", ucap Bu Alis yang kemudian beranjak keluar dari kelas.

"Huuhhh, akhirnya kelar juga tuh pelajarannya Bu Alis ..", aku bertopang dagu.

"Iyaa selesai, tapi sekarang pelajaran Fisika, dan kita bakal ujian bulanan..", ucap Anggi sambil menyiapkan kertas selembar untuk ulangan.

"What ???????? Ujian ???", aku melotot tak percaya.

"Pasti lu lupa lagi kan ?", Anggi menggelengkan kepalanya.

Aku menepuk keningku, "iyaaa nih ! aduuhhhh, mampus gue !", aku jadi gelagapan karena tidak mempersiapkan diri untuk ujian hari ini.

"Hahaha .. santai Vil, nyontek dibuku aja lagian Bu Hana kan kalo ujian ga suka jalan-jalan.. "

"Hmm, betul juga tuh Mit !", aku merasa sedikit lega setelah Mitta teman sekelasku itu mengeluarkan suaranya.

"Haduuhh, mulai deh kalian ini penyakit nekatnya kambuh .."

"Hehehe .. yah resiko anak sekolahan Gi, daripada dapet nilai kecil ? iya kan Vil ?" Tanya Mitta minta di iyakan olehku.

"Iyaaaa ..", aku tertawa kecil.

"Eh , Bu Hana dateng tuh !", teriak ketua kelas kami, Zainal.

"Selamat pagi anak-anak..", sapa Bu Hana yang langsung dibalas oleh kami sekelas, "Keluar kan kertas kalian, kita ujian sesuai janji kita minggu kemarin .." lanjut Bu Hana yang segera duduk dimejanya lalu dengan sigap langsung memakai kacamata tebal miliknya yang tampak sedikit usang itu.

Dengan lantang Bu Hana mendiktekan soal-soal ujian, yang hamper semua jawabannya membutuhkan jawaban yang panjang.

"Nomor satu apaan Gi ?"

"hehe.. ntar ya gue buka buku duluu..", Anggi nyengir kuda.

"elehhh.. lu tuh ya lagaknya aja tadi bilangin kita buat ga nyontek, eh lu sendiri malah liat buku .."

"Hehehe .. maaf deh, yang penting kan kita bisa jawab soalnya sayanggg..", Anggi berusaha mengelak.

"iyaaaaaaa neng ..", aku menggelengkan kepala, heran.

"Nah ketemu ni jawabannya .." Anggi berbisik padaku sembari menggeserkan kertas ujiannya sambil menulis jawaban di atas kertas tersebut. Aku pun dengan sigap langsung mencontek jawaban itu.

Soal nomor 1 sudah lewat , nomor 2 juga lewat, Sekarang nomor 3.

"Sini Gi, biar gue aja yang nyari jawaban nomor tiga ..", aku nekat bertindak untuk membuka sendiri buku milikku. Ku lihat Mitta dan Yungki sudah beraksi membuka buku lebih dulu, jadi aku merasa sedikit santai untuk mencontek setelah melihat mereka berdua.

Srekk .. sreekk ..

Ku bulak balik buku itu untuk mencari jawaban soal nomor 3.

"Vil .." Anggi berbisik memberi isyarat. Saat aku melihat kedepan Bu Hana sedang berjalan menuju barisan kami. Dengan secepat kilat aku, Mitta, dan Yungki serta teman-teman di barisan lain secara serempak memasukkan buku ke dalam laci meja masing-masing, lalu bersikap seolah-olah sedang memikirkan jawaban dengan mulut komat-kamit seperti membaca mantra.

Tap .. tap .. tap ..

Bunyi langkah kaki Bu Hana terhenti tepat disaat dia berdiri di samping tempat dudukku. Aku hanya memandangi lembar jawaban itu, dengan mulut yang komat-kamit berpura-pura sedang mengingat-ingat sesuatu untuk menjawab soal ujian. Tiba-tiba dia menyodorkan tangan kanannya di depan wajahku yang tengah menunduk itu.

"Manaaaa buku yang kamu sembunyikan tadi ?"

Aku menyunggingkan senyum kecil merasa tak enak hati saat beliau menanyakan buku yang ku buka tadi. Ku lirik sebentar wajahnya, namun ekspresi wajahnya tak dapat kubaca. Lalu dengan rasa bersalah aku mengeluarkan bukuku, lalu memberikan buku itu padanya. Saat memberikan buku aku masih tertunduk, tak berani menatap dan melihat wajah Bu Hana saat ini. Mampus gue!.

"sini .. berikan buku yang kalian sembunyikan juga di dalam laci meja ?" , sekarang Bu Hana juga meminta buku yang di sembunyikan oleh Mitta, serta Yungki. Kami hanya tertunduk malu. Lalu Bu Hana berjalan kebarisan yang lain, dan melakukan hal yang sama kepada beberapa murid yang lain. Aku, Anggi, Mitta, dan Yungki hanya tertunduk. Nyengir.

"Ahhh! Betapa sialnya gue hari iniiiiiiii !!", aku berteriak geram menghadapi kejadian hari ini saat berkumpul bersama teman-temanku diteras kelas setelah bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu.

"iyaa nih, sial bener deh kayaknyaa harii inii.. ", sambung Yungki sambil mencomot wafer yang sedang dia pegang.

"hmmmm .." kami menghela nafas tak sengaja secara bersamaan.

"ada-ada aja nih nasib sial hari ini ..", Anggi menyambung pembicaraan, sambil bertopang dagu memandang ke arah lapangan basket. Seketika aku juga ikut memandang sekilas ke arah lapangan basket dan aku mengernyitkan dahi ketika merasa ada sosok seseorang yang ku kenal sedang bermain basket dilapangan. Aku memejamkan mataku lalu membukanya kembali memastikan yang kulihat khayalan atau benar adanya. Oh my god! Itu..

***