webnovel

LAWANG AGUNG

ย้อนยุค
Ongoing · 7.8K Views
  • 3 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Seorang Mahani, hidup bahagia dengan kecukupan materi, sanjungan, dan cinta dari kekasihnya. Rencana pernikahannya berjalan dengan baik hingga suatu ketika serangan tentara Belanda mengancam keutuhan keluarganya. Dia dihadapkan pada dua pilihan sulit, di saat usianya masih sembilan tahun. - Historical setting, 1930.

Tags
4 tags
Chapter 1Mahani Muda

Mahani adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Kakak tertuanya Armadi, berusia hampir dua puluh lima tahun. Dia memiliki total lima saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Bapaknya keturunan Indonesia asli dan ibunya murni keturunan Belanda. Mahani lebih mirip siapa? Tentu saja lebih mirip sang ibu. Dia sangat cantik, di masa mudanya.

Usia Mahani masih sembilan tahun saat itu. Dia bersekolah di Sekolah Rakyat Lawang Agung. Hanya anak dari kalangan berada dan keturunan Belanda yang diperbolehkan untuk bersekolah. Saat itu, tahun berapa, Mahani tak mengingatnya. Yang jelas, Indonesia belum merdeka. Jepang saja belum datang.

Menggunakan kebaya dan bawahan jarik, dia memeluk sebuah buku dan sebuah sabak. Waktu itu bolpoin hanya digunakan di kalangan birokrat, kantor, dan hanya untuk orang dewasa. Anak-anak sekolah hanya memakai pensil atau potongan rotan. Sabak, tahu gak? Dia mirip buku, tapi hanya selembar. Kalo sudah penuh, ya dibuka helai lembarannya, dan catatan yang ditorehkan niscaya hilang. Ya memang sangat tidak efektif, tapi jaman itu memang pendidikan belum terlalu penting.

Untuk menuju sekolah, dia ditemani kelima kakaknya yang juga bersekolah di tempat sama, berjalan kaki dengan menggunakan selop. Saat itu masih belum ada yang namanya jalan beraspal. Hanya jalan setapak berbatu. Kanan kiri masih terlihat hijau dengan pohon yang tinggi dan tanaman rumahan milik warga. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar satu kilometer. Terbilang dekat, karena memang orang jaman dulu gemar berjalan kaki tak peduli berapapun jaraknya.

Keluarga Mahani punya mobil? Tentu saja. Bapaknya seorang tuan takur, juga merangkap sebagai carik desa. Luas pekarangan rumahnya saja hampir satu hektar. Sawah dan ladang juga banyak. Intinya Mahani adalah anak sultan, untuk sebutan jaman sekarang.

Banyak yang Mahani pelajari di usia sekolahnya. Membaca, mendikte, mengenal angka, bahkan dia mahir beberapa bahasa asing lainnya seperti bahasa Spanyol dan Portugis. Tentu saja, Bahasa Indonesia-nya sangat lancar. Oiya, dia juga fasih berbahasa Jawa kromo inggil.

Semua kemampuan berbahasanya diperoleh dari pergaulannya dengan lingkungan sekitar. Ibunya setiap hari juga berbicara dengan bahasa Jawa, sesekali berbahasa Indonesia diselingi istilah Portugis juga. Bagaimanapun, pekerjaan Bapaknya sebagai among masyarakat mengharuskan keluarganya untuk lebih akrab dengan bahasa negerinya.

Lantas, kenapa Mahani dan kakak-kakaknya hanya berjalan kaki? Karena mobil milik bapaknya hanya digunakan untuk kepentingan acara tertentu. Selain itu, bapaknya adalah tipikal orang yang berwatak keras namun sederhana. Dia ingin anak-anaknya lebih merakyat daripada harus merasa kaya.

***

Sebuah kereta kuda berhenti di depan rumah Mahani, rumah yang tidak terlalu besar, namun memiliki halaman yang sangat luas dengan pohon pinus di sekitarnya. Kalau jaman sekarang, mungkin kita menyebutnya dengan sebutan andong atau dokar. Tapi jaman itu, kereta kuda itu lebih mirip kereta kuda milik cinderella. Dengan penutup yang berukir, dan ada pembatas antara penumpang dan kusirnya.

Seorang laki-laki berusia dua puluhan turun menenteng koper kecil. Usianya sebaya Armadi, lebih muda satu atau dua tahun. Parasnya sangat tampan dan percaya diri. Dia menggunakan setelan jas hitam melangkah memasuki halaman rumah Mahani.

Iskandar, seorang pengusaha muda. Dia memiliki tanah yang berhektar-hektar luasnya, warisan dari almarhum sang ayah. Dia keturunan Indo campur Timur Tengah. Nah, kebayang kan muka ganteng khas timur tengah itu seperti apa.

Usahanya bergerak di bidang pengolahan besi tua. Selain itu Iskandar juga mewarisi usaha transportasi moda darat. Itu baru dua usaha besarnya, yang usaha kecil-kecilan tak terhitung jumlahnya.

Iskandar dan Mahani telah lama saling jatuh hati. Keduanya berasal dari karesidenan yang sama namun beda kota. Jarak kediaman mereka sekitar dua jam dengan kereta kuda. Kalau naik mobil, mungkin bisa ditempuh sekitar satu jam.

Mahani usia sembilan tahun, jatuh hati pada Iskandar yang usianya terpaut jauh. Iya, itu sudah sering terjadi. Orang jaman dulu memang sering nikah muda. Begitu anak perempuan mendapatkan menstruasi pertama, pasti langsung dicarikan jodoh oleh orang tuanya.

Keduanya bertemu secara tak sengaja di lapangan Lawang Agung di suatu malam. Ada pagelaran layar tancap disana. Mahani dan kakak-kakaknya sedang duduk di tikar, dan tiba-tiba saja Iskandar melintas di hadapannya. Iskandar menoleh karena menyadari ada seseorang yang terus menatapnya. Sejak itu, dia mengajak Mahani berkenalan.

Mahani berambut ikal panjang nan lebat. Hanya saat bersekolah saja dia menggulung rambutnya. Dalam keseharian, dia lebih senang menggerai rambutnya dan dibubuhkan sunggar kupu-kupu di sisi kanan atasnya.

"Assalamualaikum.." seru Iskandar dari beranda rumah Mahani.

"Waalaikumsalam warohmah."

Ibu muda berkulit putih, berhidung mancung dengan ceruk mata yang dalam, menyambutnya. Dia menerima uluran tangan Iskandar dan membiarkan laki-laki itu mencium punggung tangannya. Ibu itu bernama Alysa van Leanders, namun lebih baik memanggilnya dengan panggilan Ibu Siti Aminah.

"Sehat, bu?"

"Yah, beginilah. Sedikit suntuk karena banyak pekerjaan Bapak yang harus saya handle."

Sebenarnya percakapan beliau-beliau ini terjalin dalam bahasa Jawa kromo inggil. Namun, akan lebih mudah dipahami bila langsung menerjemahkannya dalam Bahasa Indonesia, bukan.

"Masuk, Le.."

"Inggih, Bu. Matur suwun."

Iskandar dipersilahkan duduk di kursi teras rumah itu. Lalu Bu Aminah masuk menyiapkan minuman dan beberapa cemilan untuk tamu jauhnya. Sebenarnya bisa saja Bu Aminah meminta bantuan para pembantunya, namun itu tidak ia lakukan.

"Kok tumbenan pagi sudah tiba di sini?" tanya Bu Aminah lagi.

"Mau kirim barang, Bu. Mampir sebentar."

"Mahani ya masih sekolah, Le. Belum pulang."

"Iya, tidak mengapa, Bu. Saya titip salam saja."

Hubungan keduanya memang telah diketahui dan mendapat restu dari orang tua Mahani. Namun untuk menikah, sebaiknya menunggu dia lulus sekolah dulu, kata Ibunya. Sedikit visioner ya ternyata, Ibu Aminah ini.

"Bu, saya ada sesuatu. Tolong sampaikan pada Mahani. Ini untuk dia, dari saya."

Iskandar mengeluarkan bungkusan kotak yang dilapisi kertas coklat dari dalam kopernya. Lalu dia menyerahkan hadiah itu pada Ibu Aminah. Sejenak menyeruput kopi hitam, kemudian dia pamit.

"Salam dateng Bapak Hamid," ucapnya sambil membungkuk.

"Hati-hati di jalan. Kalau tidak sibuk, mampirlah lagi. Mahani pasti akan senang."

"Nggih, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Begitulah, gaya berpacaran orang jaman dulu. Masih lugu dan alami. Beruntung keduanya dengan mudah mendapat restu orang tua. Sehingga juga tidak perlu main belakang.

Iskandar kembali menaiki kereta kudanya, lalu memberi tanda pada kusir agar segera berangkat. Dia menganggukkan kepalanya dari kejauhan, memberi salam pada sang calon ibu mertua. Tatapan matanya kemudian mengarah ke depan.

Sekitar dua jam berlalu, Mahani dan kakak-kakaknya telah pulang ke rumah. Dia masuk ke kamar dan mendapati sebuah kotak di meja riasnya. Dia membolak-balik bungkusan itu. Tak ada tulisan apapun yang dapat dia baca.

"Dari Iskandar, nduk. Tadi dia mampir."

Tiba-tiba saja Ibunya sudah berdiri di ambang pintu kamar Mahani. Dia berjalan mendekati putrinya dan berbisik pelan, "Semakin tampan saja." Lalu ibunya berlalu meninggalkan Mahani yang tersenyum sendiri dengan pikirannya.

Sebuah selendang sutra bermotif burung merak, teraba begitu halus. Warnanya hijau keemasan dengan rumbai di pinggirannya. Mahani mengalungkan selendang itu di lehernya yang jenjang. Dia mematutkan diri di depan cermin kamarnya. Berputar-putar pelan dengan mengayunkan selendang itu bak gerakan penari handal. Dia sangat menyukai pemberian kekasihnya.

***

Aku, Mikaila. Aku cucu dari Mahani. Aku berani jamin, hanya aku satu-satunya cucu Mahani yang paling bandel dan bebal. Tapi justru aku yang paling disayang diantara cucu lainnya. Parasku sangat mirip dengan Mahani muda. Tapi tidak dengan nasibku, tentunya.

***

You May Also Like

I'M STOP HERE

Alex mengguyur Naura dengan air putih yang ada di tangannya. “Lo itu cuman cewek murahan yang sama sekali ngak ada harga dirinya Naura. Lo sadar ngak sih kalau lo ini cewek?” Tanya Alex yang masih berdiri tegak di hadapan Naura. “Gue sadar kok kalau gue cewek.” Balas Naura santai, sambil berusaha menahan air matanya. “Kalau lo sadar, harusnya lo punya otak buat ngak ngelakuin ini bego. Lo itu cewek murahan yang dengan sok jagoannya lo, lo berani ngejar ngejar gue. Lo pikir dong, pantes ngak seorang cewek ngejar ngejar cowok? Apalagi cewek yang modelnya kayak lo gini, pantes ngak ngejar cowok kayak gue? Mikir ngak sih lo hah?” “Oh gue sampe lupa, gue denger denger nyokap lo udah meninggal dan bokap lo nikah lagi, kasian banget sih hidup lo. Pantes lo kayak cewek ngak punya didikan. Pantes sikap lo kayak P-E-LA-C-U-R.” Ucap Alex sambil menekan kata pelacur. Plak.... Naura menampar Alex. Cukup. Hati Naura terlalu sakit saat mendengar perkataan Alex. “Lo bisa ngehina gue sepuasnya, lo bisa nyebut gue sebagai cewek murahan tapi jangan pernah bahas mengenai orang tua gue, apalagi ngomong hal hal yang ngak pantas tentang mereka. Walaupun gue suka sama lo, bukan berarti lo bisa ngomong sesuka hati lo. Gue ngak akan biarin siapapun ngomong hal yang ngak pantas tentang orang tua gue, termasuk lo Lex.” Naura menangis sesenggukan, dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapanya. “Dan ya, lo bener Lex. Selamat lo bener karena bilang gue sebagai cewek murahan. Gue emang murahan, dan hari ini gue bakal janji sama lo, kalau cewek yang lo sebut dengan cewek murahan ini, ngak akan ngejar ngejar lo lagi, gue ngak akan ganggu hidup lo lagi lex. I’M STOP HERE.” Ucap Naura dan langsung berlari meninggalkan Alex. “Lo bener bener ngak punya otak ya Lex. Gue pastiin lo bakal nyesel karena udah ngelakuin ini sama Naura.” Ucap Icha lalu berlari menyusul Naura.

Mega_Sari_Purba · ย้อนยุค
5.0
168 Chs

Seluruh Desa Makmur Setelah Mengadopsi Seorang Gadis Keberuntungan

Peluncuran buku baru! "Harta Karun Kecil Beruntung dari Keluarga Petani: Melampaui Batas". Semua investor diundang! Deskripsi Singkat: (Kelahiran Kembali+ Bertani+Gua Ajaib+Menghina Orang Menjijikkan+Menjadi Kaya) Jiang Sanlang menemukan bayi perempuan di bukit, dan membesarkannya sebagai putri kandungnya. Tak lama setelah itu, istrinya yang mandul hamil anak kembar. Kemudian, keluarga Jiang dibanjiri keberuntungan, bertahap memulai jalan menuju kekayaan dari keadaan tanpa uang sepeser pun. Semua warga desa iri dengan keberuntungan keluarga Jiang dan ingin mendapatkan bagian dari keberuntungan si Anak Peri kecil. Yingbao melambaikan tangannya yang mungil: Ayo semua, mari kita tanam emas dan Xue'er. Saya jamin kalian akan memiliki cukup makanan untuk satu tahun, menjadi kaya dalam dua tahun, dan mencapai puncak hidup dalam tiga tahun. Pada akhirnya, semua warga desa memang menjadi kaya, sangat membuat iri desa-desa lainnya. Lalu suatu hari, keluarga yang meninggalkan bayi perempuan itu datang ke keluarga Jiang untuk menuntut anak mereka kembali. Seluruh desa marah, tinju siap di depan pintu: Bah! Orang-orang tak tahu malu berani mencuri anak, seharusnya mereka mencicipi pukulan dulu. Yingbao meninggal, lalu bereinkarnasi. Dia tak pernah membayangkan bahwa dia sebenarnya adalah 'karakter buangan' dari sebuah cerita, dan semua pengalamannya dikondisikan untuk mendorong alur cerita. Dalam kehidupan ini, Yingbao bertekad untuk menjauhi tokoh utama wanita dan karakter pendukung, menghindari semua drama alur cerita. Dia bercita-cita membawa orang tua angkatnya dan saudara-saudaranya ke kehidupan yang baik, membangun rumah yang makmur.

For a long time · ย้อนยุค
Not enough ratings
369 Chs

Gadis Peternakan yang Beruntung

Setelah meninggal secara tak terduga, dia dilahirkan kembali sebagai seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun di keluarga petani kuno, dengan hanya beberapa ruangan di rumahnya dan lebih sedikit lagi lahan, belum lagi rumah tangga yang dipenuhi oleh orang tua, lemah, sakit, dan cacat. Untungnya, para tetua di keluarga itu baik dan jujur, saudara-saudaranya penyayang dan berbudi luhur, dan tetangga-tetangga hidup rukun dan ramah. Bagi Yang Mengchen, yang telah menderita siksaan dari kerabatnya dan bertahan dari berbagai ejekan dan omelan sejak kecil, ini sungguh merupakan berkah dari surga. Untuk mendukung keluarga yang ia cintai, ia dengan tegas mengambil tanggung jawab berat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika dia, seorang CEO korporasi modern yang pernah mendominasi dunia bisnis, tidak dapat memberi makan sebuah keluarga, lantas siapa lagi? Resep farmasi, membangun rumah kaca, membuka toko-toko... Tidak hanya keluarganya mulai hidup nyaman dan sejahtera, tapi dia juga memimpin desa-desa di sekitarnya dalam menciptakan pemandangan pastoral yang megah! Dengan uang dan ketenaran, saat dia tumbuh dewasa, Yang Mengchen memutuskan sudah waktunya untuk memilih suami, dan dengan demikian, pemuda-pemuda berbakat dari seluruh dunia mulai berdatangan kepadanya. Siapa yang tahu dewa kematian bermuka masam akan memblokade pintu masuk rumah Keluarga Yang? "Kamu terlalu tinggi, kamu terlalu pendek, kamu terlalu gemuk, kamu terlalu kurus, kamu terlalu gelap, kamu terlalu pucat, kamu tidak berpendidikan, kamu licik dan penuh tipu muslihat... Semua gugur!" Dalam sekejap, pintu masuk menjadi kosong, dan Yang Mengchen langsung marah, "Pangeran, kau telah mengusir semua orang. Bagaimana aku seharusnya memilih suami sekarang?" "Saya ingin melihat siapa yang berani menikahi Anda. Saya tidak keberatan mengirimnya ke Dunia Bawah sebagai pengantin pria!" Yang Mengchen... Seorang Pangeran tertentu menghitung kelebihannya dengan jari-jarinya: "Saya memiliki kekuasaan, prestise, dan substansi, tidak memiliki selir, tidak ada cinta rahasia, tidak berkeliaran— Saya mewakili standar tiga ketaatan dan empat kebajikan suami... Singkatnya, hanya saya, pria baik yang tak tertandingi, yang layak untuk Anda!" Pengawal: Oh Pangeran yang bijak dan gagah berani, apakah benar-benar bagus untuk begitu kurang dalam peran Anda sebagai suami?

Lan Shao · ย้อนยุค
Not enough ratings
369 Chs

Not a Classic Wedding

Adult Romance (21+) _____________________ Series Wedding #1 [Not a Classic Wedding] Kalvian dan Kalebriena melakukan perjodohan tanpa drama, kontrak, atau syarat apapun. Menurut mereka, menolak perjodohan hanya akan membuang waktu mereka. Pernikahan tetap terjadi, mereka tinggal menjalaninya. Namun, siapa yang menyangka bahwa mereka telah mengenal jauh sebelum perjodohan ini berlangsung. Bukan hanya mereka berdua, tapi juga melibatkan sepasang hati yang lain. Tapi hal itu hanya masalalu mereka, individualis seperti briena dan vian tidak akan pernah membiarkan masa lalu merusak masa depan mereka. Sekalipun harus menyakiti hati oranglain, bahkan juga hati mereka sendiri. Tidak perlu ada drama yang memuakkan. This is not a classic wedding _________________________________________ Series Wedding #2 [CEO Scandal's : Married with Benefit] "Menikahlah denganku," ujar pria itu masih dengan nada dinginnya. "Apa?" Lona begitu terkejut dengan ucapan pria itu. Perempuan itu berusaha menormalkan degub jantungnya yang tiba tiba menggila. "Oke, tenang, Lona. Mungkin saat ini kau masih terjebak ke dalam skenario yang kau ciptakan sendiri," ujarnya dalam hati. "Sadarlah!" "Menikahlah denganku, Nona Hilona Anpuanra." Pria itu samakin menajamkan pandangannya dan Hilona nyaris tenggelam karenanya. "Kenapa? Kenapa aku harus menikah denganmu?" tanya Hilona setelah tersadar jika lamaran yang di utarakan pria itu bukan dialog dalam skripsi imajinasinya. "Karena saat ini, kau sudah terlibat ke dalam skenario hidupku dan mau tidak mau kau harus menerimanya." Salah satu alis tebal milik pria itu terangkat ke atas. Ada senyum yang tertarik dalam sudut bibirnya yang penuh. "Tunggu! Apa maksudmu aku harus menerimanya?" tanya Hilona masih tak mengerti dengan skenario yang tiba tiba saja terjadi. "Anggap saja, pertemuan kita kemarin malam adalah skenario Tuhan untuk mempertemukan kita. Aku akan menjelaskan lebih lanjut setelah kita resmi menikah." Setelah mengatakan hal tersebut, pria itu pergi meningalkan Lona begitu saja. Gila! Ini benar benar skenario yang gila! Bagaimana bisa tiba tiba ada seorang pria melamar Hilona? Menyatakan seolah tidak ada skenario lain selain menikah. Wait! Pria itu mengatakan tentang pertemuan kemarin malam? Pertemuan apa? Hilona berusaha untuk menggali ingatannya tentang pertemuan yang di maksud pria itu. Ia sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi. Dia sedang menceritakan kisah kelamnya dan tiba tiba saja salah satu skenario yang ia bayangkan terjadi di hidupnya. Perempuan itu menoleh ke samping, ia baru tersadar jika saat ini tidak sedang berada di apartemen lusuhnya. Semua perabotan di ruangan ini terlihat mahal dan berkelas. Hilona menatap pantulan dirinya yang terlihat sama, ia kemudian menatap ke arah satu titik. Ke arah kalung yang saat ini ia pakai. Perempuan itu tak ingat pernah memiliki kalung ini sebelumnya. Lalu tiba tiba sekelebat ingatan muncul di ingatanya. Tentang kejadian malam itu. Kejadian yang membuatnya terjebak dengan pria yang baru saja melamarnya. Pria rupawan dengan jabatan tinggi dan sangat terpandang. "Sial! Aku benar benar harus menikah dengan Kalan Arusha Adhyasta!" Hilona mengusap rambutnya frustasi.

seinseinaa · ย้อนยุค
4.8
323 Chs

SUPPORT

empty img

coming soon