webnovel

Zean Bara

Setelah parkiran sunyi barulah keduanya keluar dari kelas.

***

"Heyy, apa yang kau pikirkan sekarang Bara naiklah," Angga telah memutarkan sepeda motornya.

Namun Bara hanya diam saja menatap Angga.

"Kenapa?"

"Aku seperti tidak yakin denganmu, kamu pasti membawa motor kencang- kencang lagikan?"

"Bagaimana kamu bisa ber asumsi seperti itu? Jelas jelas aku tidak akan melakukan hal yang serupa seperti semalam," ujar Angga membujuk.

"Ya sudah," sebenarnya aku tidak terlalu percaya dengan apa yang di ucapkan Angga. Tapi ya sudahlah.

Ia mulai membawa motornya kali ini sesuai dengan jalan seperti yang kulalui, tidak seperti semalam

Ternyata dugaan salah tentang Angga, aku telah menuduhnya yang bukan bukan.

"Angga terimakasih ya," ucapku sambil melepas helm.

"Ini helmnya," aku menyodorkan kepadanya namun, ia tak mengambil, Angga hanya tersenyum saja.

"Ada apa?" menanyakan ragu.

"Oh tidak," Angga baru mengambil helm yang masih berada di tanganku.

"Angga terimakasih sekali lagi, aku deluan ya kalau begitu," ucapku langsung pergi.

"Aneh," ujarku saat mebuka pintu.

Aku tak ingin memikirkan hal lain aku langsung masuk kedalam kamar, dan meletakkan tubuhku yang mungil ini ke kasur.

Aku terlihat seperri orang yang tidak punya kegiatan saat itu, memang benar, setelah usai sekolah aku hanya tiduran di kasurku sembari menonton anime.

Oh ia aku hampir lupa aku hari ini ada jadwal penting yaitu menonton anime kesukaanku yaitu Super lovers.

***

Vop bara, dan Zean

"Ehh ehh tunggu," aku memberhentikan langkahku karena aku melihat laki laki yang pernah aku senggol waktu itu," aku mengingat ingatnya kembali. Ternyata ia memang orang nya.

Ehhh... tunggu tunggu aku mengejarnya dengan cepat, untung ia mendengar teriakanku sehingga ia menoleh.

"Ada apa?" tanyanya setelah aku sampai.

"Loh kamu orang yang semalamkan?" Zean kembali menanya memastikan bahwa ia tak salah orang.

"Hehehe," aku hanya tersenyum di hadapan lelaki yang tinggi itu.

Orang itu melihat jam yang berada di tangannya sembari berkata, "sudah hampir mau jam 08.00, harusnya kau kesekolahkan?"

"Hah!" astaga aku baru sadar bahwa les pertama adalah Mtk.

"I... ia," ujarku panikan.

"Kalau ada waktu nanti kita bertemu di tempat ini, sekarang pergilah."

Selesai ia berbicara aku benar benar baru akan meninggalkannya.

***

"Huffttt..." menarik nafas lega karena aku sampai tepat waktu di sekolah, jadi tidak ada hukuman.

Saat berjalan hendak ke kelas aku melihat Angga yang berada masih di loker, Bara pun menghampiri.

"Angga," cetusnya yang membuat Angga sedikit terkejut.

"Woilah,ngapa elu ngagetin."

"Hehehe," aku hanya ketawa sambil menggaruk kepala di bagian belakang.

"Ehh Angga, kamu ngapain?"

"Engga kok cuma ngambil beberapa buku aja udah ayo ke kelas," aku segera mencabut kunci  lemari lokerku.

Saat Bara berjalan di depanku entah mengapa tanganku rasanya ingin sekali merangkul bahunya, akhirnya aku menyusul langkahnya menyesuaikan dengannya. Berdiri di samping Bara seperti suatu getaran dahsyat, tanganku ragu ragu untuk merangkulnya. Namun aku memberanikan diri memegang bahu Bara.

"Emmm," melihat tangan Angga yang memegang bahuku, aku membulatkan sedikit mataku melihat itu.

***

Sesuai yang ia bilang aku kembali datang ke tempat yang telah di janjikan orang yang ku temui tadi pagi, di tempat itu aku menunggu kurang lebih hampir setengah jam lah, demi apa pun aku hampir lelah menunggunya namun ia tak kunjung datang.

Kemudian beberapa saat setelah aku hampir pergi dari situ aku melihatnya datang berjalan menghampiriku.

"Sory aku telat," menyodorkan sebotol air mineral.

Aku hanya melihati air yang ia beri, lalu melihat wajahnya yang datar.

"Kenapa tidak diambil?"

Yasudah aku pelan pelan mengambil air yang ia berikan itu.

"Sorry for making you wait so long, apa kamu bosan?"

"Oh tidak kok," aku tersenyum menutupi kebohonganku. Bagaimana pun aku harus terlihat ramah padanya.

"Kamu baru pulang sekolah?"

"Ia."

"Kamu pasti laparkan, mau ikut makan denganku?"

"Tidak usah," tolakku malu malu.

"Baiklah," ia duduk di sampingku.

Aku kira orang ini akan memaksa, atau merayuku agar aku mau makan dengannya sialnya itu semua tidak sesuai dengan dugaanku.

"Ehh ia apa kamu juga baru pulang sekolah?

Ia terdiam, sama sekali tak menjawab pertanyaanku.

"Kenapa diam."

Entah merasa risih dengan pertanyaan ku itu, ia bangkit dari tempat duduknya tadi.

"Aku tidak sekolah."

Cutasnya selesai sampai disitu.

Lelaki itu berdiri membelakangi Bara, karena merasa tak di anggap Bara melontarkan kalimat yang keluar dari mulut nya yaitu: "Aku masih disini, lawan bicaramu yang kau belakangi," cutasnya kesal.

Mendengar itu Zean membalik badannya menghadap Bara. Aku menaikkan alisku mengisyaratkan supaya ia langsung berbicara.

"Kamu seperti bajingan yang hilang dari jalannya, selagi masih remaja kenapa tidak mengejar pendidikan."

"Udah?" ucapku menaikkan alis.

"Ga usah soksoan mau jadi motivator dihidup aku," aku menggulung tangan bajuku.

"Bukannya mau menjadi motivator, aku hanya memberi saran, seharusnyakan kamu sekolah," ujar Bara sedikit tidak enak.

"Aku? Sekolah?" ia terdiam tak melanjutkan ucapannya.

"Kalau aku bilang aku di keluarkan dari Sma gara gara kasus pelecehan bagaimana?" Zean berkata pelan sambil menunduk meniup santai leher bara.

"Pe... pelecehan?" tanya Bara sepertinya ia tidak yakin dengan orang yang ada di depannya saat ini, apalagi dengan ekspresi senyum Zean yang hanya smirk.

"Yapps, tapi tenang, korban yang aku buat bukan cwek kok," jawabnya santai.

"Maksud kamu?" wajah Bara terlihat bingung dan seperti tak mengerti perkataan Zean.

"Maksut kamu?" tanyaku ulangi.

"Mungkin dari perkataanku tadi kamu bisa mencerna dengan baik apa artinya," selesai berbicara aku langsung melangkahkan kakiku beberapa langkah namun aku berhenti lagi.

"Ohh ia namaku Zean, kamu bisa memanggil itu," ucapku yang hanya membelakanginya kemudian melanjut

kan langkahku.

"Ouhhh..."

"Ehh Zean Zean," teriakku memanggil namanya tapi ia hanya terus berjalan dan menaikkan tangan kanannya ke atas.

"Aneh," ujarku pun seraya pergi.

***

Demi apa pun ini seperti terasa sia sia bahkan aku dan Zean hanya mengobrol sebatas gitu doang.

"Aghhh," mengacak ngacak meja belajarku.

"Aku sudah menunggu dia lama, tetapi dia malah memperlakukan seperti itu" sedih campur emosi bergabung dalam perasaanku.

Aku bahkan belum mendapatkan nomor Hp nya.

"Harusnya tadi aku meminta nomor teleponnua bukan malah mengijinkan nya pergi "aghhh," aku kembali mengacak ngacak meja belajarku.

Aku membiarkan meja itu berantakan, namun bukannya merapikan barang yang jatuh aku malah rebahan di tempat tidurku.

"Tunggu dulu," ujarku kembali bangkit.

Aku teringat sesuatu.

Bara bangkit dari tempat tidur, dan mengambil tas sekolahnya. Ia seperti mencariin sesuatu di dalam tas itu.

"Nah ini dia," ujar Bara mengangkat botol air mineral yang di berikan Zean tadi.

"Akhirnya aku menemukannya," aku tersenyum lalu pergi ke tempat tidur lagi.

Walau pun Bara hanya memilili botol kemasan air mineral itu tetapi ia sangat menyayangi botol yang di berikan Zean kepadanya.