webnovel

Minta maaf 21+

"Nih kopinya," Angga memberikan kopi dingin yang ia pesan untuk Bara.

"Wih apani?"

"Nih kopi, buat kamu."

"Widih perhatian amat, ehh buat kamu mana?"

"Udah adani."

"Kamu tau aja apa yang aku suka Angga," Bara tersenyum, namun wajahnya masih kelihatan sedih.

"Jadi bagaimana? Jadi pindahannya?"

"Sejujurnya aku juga masih bingung, bakalan keluar dari situ atau tidak."

"Tergantung denganmu saja, bagaimana kata hatimu ikutilah."

"Aku benar benar tidak bisa, aku bingung hatiku juga tidak berpihak kemana pun," ujar Bara pasrah dengan keadaannya pada saat ini.

"Kau pasti bisa menentukan pilihanmu sendiri, kau hanya perlu beberapa waktu, okelah kalau begitu aku deluan ya."

"Hmm..."

Angga meninggalkan Bara yang masih duduk di bangku luar cafe, ia masih memikirkan apa selanjutnya, meski pun Davin telah kuar dari rumah itu. Tetap saja rasa sakit itu masih ada baginya.

***

"Tunggu."

"Apa lagi," ujar Bara menghindari kontak mata dengan Zean.

"Kau sekarang sudah semaumu ya."

"Memangnya kenapa? Jika kau bisa aku juga bisa dong."

"A- anu itu, maaf ya Bara atas kemarin."

"Ga oerlu meminta maaf."

Saat Bara hendak pergi meningglkan Zean, kakinya tersandung kaki kursu, unrung saja ada Zean yang dengan cepat siaga menangkap tubuh Bara.

Zean terua terusan masih memegangin tubuh Bara yang ia sandarkan di dekat lemari.

Mata mereka berdua saling bertatap tatapan.

Saat Zean ingin mencium Bara, namun Bara menulak kecil Zean.

"Ada apa?"

"Lepas! Aku masih marah denganmu."

"Karena Davin ya?"

"Entah," jawab Bara singkat.

Aku heran dengan Zean mengapa, ia selalu saja tidak mengerahui kesalahan nya. Padahal sudah jelas ia melakukannya, namun Zean seperti orang yang hilang ingatan.

"Hey Bara."

Bara masih terdiam melihati wajah laki laki yang berada di sampingnya itu.

"Ckk... mengapa kau masih disini?"

"Lalu kemana aku harus pergi Bar, beritahu aku."

"Itu bukan urusanku," jawab Bara dingin.

Zean memejamkan matanya beberapa detik lalu membukanya kembali.

"Baiklah, apakah kau mau di hukum sayang?" tanya Zean mengeluarkan borgol.

Bara memutarkan matamya ke atas.

"Ckkk, sialan! Kau bajingan."

"Kenapa? Im not for cing you, im just asking, sisanya terserah padamu Bara," cetus Zean yang ingin pergi.

"Aku mau."

Langkah Zean kembali mundur ke belakang ia mendekat dengan Bara.

"Kau serius?"

"Ya aku serius bajingan."

"Kalaj begitu ayolah, aku sudah tidak sabar ingin menghukummu, kau peria mungilku yang nakal ya," ujar Zean menggendong Bara terbalik.

"Aah sialan kau, lepaskan aku."

"Ga akan, tenanglah peria kecilku."

Sampainya Zean di ruangan itu, ia langsung menaruh tubuh Bara di tempat tidur.

Lalu Zean mengambil Borgol untuk tangannya, dan rantai untuk mengikat kaki Bara.

"Kau akan mencambukku lagi, seperti dulu?"

"Tidak baby, kau hanya membangunkan junior kecilku yang tertidur," Zean naik ke atas tempat tidur ia berdiri membuka celananya di hadapan Bara.

Bara hanya tersenyum tipis melihat aksi Zean kepada dirinya nanti.

Zean langsung mencium bibir Bara yang terletak di tempat tidur, dan tangannya meremas dada Bara hingga memerah.

"Zean hentikan, saya kesakitan," ujar Bara yang ingin memberontak.

"Tidak bisa Bara, aku tidak bisa menahannya."

Zean kembali menyerang tubuh Bara. Dengan mulut yang saling beradu, lalu Zean mendudukkan Bara memangku tubuh Bara di atas kasur.

Zean menurunkan ciumannya ke dada Bara dan meninggalkan kissmark di leher Bara.

"Aghh Zean," desah Bara. Karena ia merasa sakit, dan juga nimat tersendiri.

"Bara apakah kau ingin mengendalikan hukuman ini?"

"Apa maksutmu?" tanya Bara

"Jangan menanyakan yang kau sudah jelas," aghh...

Zean mendesah, kemudian ia melepaskan borgol Bara.

Kini gantian Zean yang memggantikan Bara tidur.

Ia menyerahkan tangannya buat di Borgol, dengan ikhlas.

"Ouhh Baiklah sayang. Mari kita mulai permain," Kemudian Bara memborgol tangan Zean.

"Faster baby, Faster," dengan suara sedikit tertahan.

"Kau tidak sabar ya," Bara mempercepat gerakannya. Dan akhirnya tangan Zean klimaks untuk pertama kalinya.

"Baby aghh..."

Tangan Barandi penuhi dengan sperma putih milik Zean. Bara smirk menjilat sperma itu.

"Ahh," aksinya itu tidak di lihat Zean, karena Zean sendiri sedang menikmati permainan dari Bara.

"Ayo, angkat bokongmu Zean," ujar Bara.

Zean yang sudah ahli dalam itu, menuruti perintah uke kesayangannya, ia pun mengangkat bokongnya.

Lalu bara mengoleskan sedikit lube ke kedua jarinya, dan memasukkan satu persatu kedalam hole Zean.

"Apa ini baby? Sakit sekali. Bisakah kau tidak seberutal ini?" tanya Zean sembari berdesah.

***

"Sialan," saat pagi itu Zean terbangun lebih awal melihat Bara, dan dirinya berada diruang khus, dengan tangan yang di borgol. Untung saja Zean menemukan kuncinya di atas tempat tidur, langsung saja Zean membuka borgol yang ada di tangannya itu.

"Bar, Bara bangunlah," namun Bara tidak bangun. Ia sangat tertidur nyenyak.

"Anjir," Zean baru menyadari dirinya, dan bara telanjang bulat.

"Apakah yang tadi malam benar benar terjadi, aku mengira aku hanya berhayal, hoiiy Bara bangunlah," tetap saja Bara tertidur. Ia bahkan tidur melebihi simulasi orang mati.

"Aghh sialan, kau harus sekolah. Tetapi ke adaanmu seperti ini," Zean mengambil hp Bara ia mengirimkan pesan ke pada Angga orang yang dekat dengan Bara, selain dirinya.

Bara: "Angga aku tidak masuk hari ini, karena aku dsakit," ujar Zean mengirim ke Angga.

Angga: "Kau sakit apa Bar?"

Bara: "Entahlah, badanku hanya demam. Sepertinya aku harus istirahat."

Angga: "Kalau begitu, aku akan menjegukmu nanti."

Bara: "Tidak perlu, aku tidak kenapa napa kok," Zean langsung mematikan ponsel Bara.

"Oiiy Bara kau kelelahan kah?"

Tetap saja Bara tidak merespon Zean.

"Ahh sudahalh," Zean memakai bajunya, setelah ia selesai, ia memakaikan Baju Bara lalu menyelimutinya.

Tak berapa lama Zean keluar, mata Bara perlahan terbuka.

Ia melihat sekitarnya, lalu melihat tubuhnya yang terbaring di ranjang, ruangan hukuman itu.

"Kenapa ini?" tanya Bara yang masih mengantuk.

Bara menggaruk garuk lehernya ke bingungan, di tambah lagi nyawanya yang entah masih dimana, belum terkumpul penuh.

"Aku tidak tau apa yang terjadi, aku juga tidak mengetahui mengapa aku disini, tetapi mataku masih mengantuk," ujar Bara, selesaia itu ia kembali tertidur pulas.

***

"Ehh Bara," ujar Angga yang mengerjakan tugas di kantin sambil sarapan.

"Kau sudah sembuh?"

Bara terdiam melihati mata Angga serius.

"Kenapa?"

"Semalam kau bilang kau sakitkan."

"Oh ia- ia...," jawab Bara yang sebenarnya tak mengerti.

Bara kemudian mengambil hp yang berada di sakunya, ia mencek pesan.

"Pasti ini ulah Zean, apa lagi yang di kirim Zean ya," ucap Bara dalam hatinya.

"Ohh ia," sebuah ide muncul dari otak Bara, ia langsung mengerjakannya.

"Angga boleh aku minjam hpmu?" tanya Bara ragu.

"Buat apa memangnya?"

"Aku hanya ingin mengirim beberapa pdf prentasi kami kok, aku ingin menghapus data dulu di hpku."

"Baiklah," Angga memberikan hpnya tanpa ragu sedikit pun terhadap Bara.

"Terimakasih," Bara mencek isi pesan mereka, ternyata sama apa yang di kirim Zean ke Angga.