webnovel

Keputusanku

Entah mengapa malam itu tidak seperti biasanya, selama di rumah Zean ia selalu tidur cepat, tetapi kali ini hingga pukul 00.00 Bara belum sama sekali tidur, ia melihat lihat jam, kemudian Bara keluar dari kamarnya, ia ingin meminum segelas susu. Yang siapa tau dapat membuatnya jadi tidur.

Saat Bara hendak turun ke bawah ia melihat Zean, dan Divan berduaan mereka sedang berciuman. Zean mencium bibir Davin, Bara melototkan matanya ia seperti bermimpi melihat keduanya, kemudian dengan entengnya Zean membiarkan Davin masuk ke ruangan yang pernah di gunakan Zean untuk menghukum Bara.

"Apa apaan ini? Mengapa mereka melakukan itu," Bara berlari kembali ke kamar. Ia benar benar tidak tau harus apa, malam itu Bara menangis sampai pagi pun saat membuka mata, air mata Bara menetes keluar.

"Gawat sudah pagi," Bara turun ke bawah, ia menemukan Zean yang membawa roti, dan susu.

"Mengapa kau melihatku sesadis itu?" tanya Davin menaruh pisau.

Bara tidak menjawabnya ia membelakangi Davin, saat Davin mau pergi Bara memperhatikan ada bekas bendolan merah di leher Davin, kali ini ia tau maksut itu.

"Mereka melakukannya," dada Bara semangkin sesak setelah tau apa yang terjadi tadi malam.

Bara cepat cepat mandi, agar dirinya segera pergi dari rumah itu, akhirnya Bara selesai bergegas, dan mau berangkat ke sekolah.

"Bara tunggu!" seru Zean yang menuruni tangga, namun Bara tak menghiraukan Zean.

"Ada apa dengan dia?" tanya Zean dalam hatinya.

Saat Bara berangkat ke sekolah

Pov: Zean, dan Davin.

"Davin tadi malam seru ya, aku ingin melakukannya lagi," ujar Zean yang berbaring di pangkuan Davin.

"Aku ingin melakukannya lagi, aku ingin menciummu sekali lagi," Davin tersenyum.

"Kita bisa melakukan seks lagi, setelah malam hari, tetapi aku tidak bisa mencintaimu Davin."

"Aku, tau hal itu, aku juga memakluminya kok, kamu tenang saja," ujar Davin memainkan rambut Bara.

***

Sampai ke sekolah pun Bara benar benar merasa malas, wajahnya yang datar bercampur sedih, apa lagi mata Bara yang kelihatan sehabis nangis. Ia langsung cepat ceoat memasuki kelas.

Sampai ke bangkunya bara menutup wajahnya, ia memidurkan kepalanya di meja, agar tidak terlihat oleh teman teman sekelasnya.

"Bara!" ujar Angga yang baru sampai melihat Bara yang sudah tidak bersemangat.

"Apa?" jawab Bara, namun ia masih menutupi wajahnya.

"Kamu kenapa?"

"gak papa kok, kurang enak badan aja."

Angga langsung cepat mencek ke adaan Bara.

"Kamu sakit ya? Sakit apa?"

"Aku cuma ngantuk aja, tadi malam aku ga bisa tidur, jadi ke palaku pusing."

"Gimana kalau aku bawa kamu ke uks."

"Ga usah lah emangnya mau ngaoain, aku cuma sedikit ngantuk kok."

Setelah itu Bara tak menjawab perkataan Angga, ia benar benar tertidur.

"Aih, kamu sudah tidur ternyata?"

Angga membuka pelan pelan tangan Bara yang menutupi wajahnya itu, ia melihat wajah Bara yang sepertinya capek.

Bara pun terbangun, Angga terkejut menatap mata Bara yang seperti habis nangis.

"Bara kamu kenapa?"

"Aku ga papa," padahal hati Bara ingin menangis.

"Bara kamu bohong, aku tau kamu tidak kenapa napakan?"

"Aku ga papa Angga, aku cuma ngantuk kok."

"Dadi mata kamu ke baca, kalau kamu habis nangis. Kamu ga perlu memdam, kamu bisa nangis kok."

"Tapi aku benaran ngantuk," ucapnya sekali lagi, Bara benar benar berusaha mengelakkan apa yang ia rasakan.

"Bara kalau kamu ada apa apa kamu bisa cerita sama aku, kamu bisa berbagi sedihmu denganku," Angga memeluk Bara.

Seketika air mata Bara menetas, untung saja air matanya itu menetes di tangannya jadi Angga tidak tau kalau Bara menangis di belakangnya.

"Bara apa masalahmu?"

"Aku tidak punya masalah, aku hanya sedih masalah hubungan," ujar Bara yang mau membuka sedikit.

"Kau tidak perlu menjadi bodoh hanya karena seseorang, kau tidak perlu terlalu mencintainya. Saat kau bersamanya lihat seperti apa ia memperlakukanmu, kau pasti bisa pergi dari dia," ujar Angga memberi nasehat kepada Bara.

Bara kembali memeluk Angga.

Aku tidak pernahdi peluk Bara sekuat ini, tangan tangannya begitu bisa di artikan ada sesuatu yang lain, tetapi Bara tidak mau memberi tau, aku tidak terlalu memaksakan Bara untuk menceritakan semua yang ia rasakan.

***

Hari itu Bara pulang sore setelah ia selesai les Biologi, Bara sengaja hadir di les tersebut karen kalau di rumah nanti ia bertemu Davin.

Saat Bara memesaki rumah ia melihat, Zwan yang tiduran lagi bersama Davin, namun Bara tidak mau menegur keduanya, ia lebih baik langung ke kamar.

***

Pov kamar Bara:

"Ohh ia aku hampir lupa," Bara turun ke bawah, dirinya bertemu Zean yang sendirian di ruang tamu.

"Ehh Bara, kamu mau kemana?"

Bara bahkan hanya melirik sinis, lalu mengambil air di dapur.

"Oyy BARA!" meninggikan suaranya.

Bara berhenti, kemudian disusul oleh Zean.

Zean berdiri di hadapan Bara.

"Kenapa sekarang kau selalu mengabaikanku? Bukankah kau bilang kau rindu padaku, lalu sekarang kau tidak perduli denganku," Zean sedikit mentengklengkan kepalanya melihat Bara.

"Menyingkir dari hadapanku sekaeang!" ujar Bara dingin.

"Oke Baik."

Bara pergi dari situ, sedangkan Zean hanya melihat langkah Bara yang pergi.

Saat ingin menaiki tangga Bara, dan Devan kembali berselisih. Namun sama saja Bara tidak melakukan interaksi, bahkan melihat Devan saja ia malah.

Pada saat pas pasan, Devan memegang tangan Bara dari belakang.

Bara terheti, ia melihat pelan pelan ke arah tangan Davin.

"Aku disini sudah hampir dua hari, tetapi kau sama sekali tidak pernah mencakapiku! Aku heran denganmu," cetus Davin yang masih memengang tangan Bara.

Bara hanya memutarkan bola matanya malas mendengar ucapan Davin, ia melepas paksa tangannya dari genggaman Davin.

"Apa apaan kurang ajar!" Bara membantingkan pintu kamarnya.

"Kalau Zean menghadirkan orang baru di sini, lantas buat apa aku berada disini juga, lebih baik aku keluar dari rumah ini, agar mereka bisa berdua duaan."

Niatku semangkin kuat ingin pergi dari rumah Zean, tetapi aku tidak bisa keluar begitu saja aku harus mencari rumah kos kosan terlebih dahulu lagi, sebesar apa pun cintaku kepada Zean, kalau dia sudah mempunyai pilihan aku bakalan tetap akan kalah saing dengan pilihannya.

"Hufftt," oke aku akan membereskan baju bajuku terlebih dahulu, agar pas mau pindahan nanti tidak akan ribet.

Aku menyusuni kembali baju bajuku yang belum di masukkan ke dalam lemari ke dalam koper, lalu mengeluarkan pakaian sehari hari yang ingin di kenakan. Aku hanya mengeluarkan 4pakaian saja, sisanya sudah aku beresin ke dalam koper hanya sebagian yang belum.