webnovel

LANGIT SENJA

Queensa Almi Husein, putri bungsu dari Ali Husein dan Mira Husein, pengusaha sukses yang masuk dalam sepuluh orang terkaya di negeri ini. Kehidupan yang serba cukup bahkan bisa dikatakan mewah begitu berbanding terbalik dengan dua kisah asmaranya yang berujung perih. Qisa, nama panggilan gadis cantik yang sebentar lagi memasuki usia 25 tahun, mengalami hal yang menyakitkan saat ia sedang berusaha mencintai laki - laki yang telah merebut hatinya. Ditinggalkan dan diselingkuhi. Dua hal yang menyebabkan ia enggan terlibat hubungan serius dengan laki - laki. Perjodohonnya dengan Alfa Radinal Malik yang ternyata adalah orang dari masa lalunya, membuat hati Qisa kembali jungkir balik. Namun ia juga tidak mau mengecewakan orangtuanya yang selalu berusaha untuk mengerti segala kondisinya. Mampukah Qisa dan Alfa mengurai luka masing - masing? Bisakah mereka bertahan saat lagi - lagi badai menerpa kisah mereka?

Arra_Rahma · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
9 Chs

5

Lima hari lalu seorang laki – laki berusia sekitar 27 tahun dengan rahang tegas yang menambah kadar ketampanannya telah menjejakkan kembali kakinya di Negara ini. Kaca mata hitamnya terlihat begitu sesuai pada hidungnya yang mancung. Kaki panjangnya melangkah dengan pasti keluar dari bandara menuju mobil yang telah menunggunya.

"Arm Island, Pak" suara baritonnya menggema di dalam mobil.

"Maaf, Tuan Muda, Tuan Besar berpesan untuk membawa Tuan langsung ke rumah" jawab sopirnya.

"Kalo Pak Maman keberatan saya bisa naik taksi" ucapnya datar sambil matanya menatap layar ponsel yang dipegangnya.

"Baiklah, Tuan Muda" Pak Maman hanya bisa menuruti apa yang dikatakan tuan mudanya.

Tuan Muda itu Alfa – Alfa Radinal Malik. Putra dari Eric Malik, founder dari Malik Corp yang membidangi segala jenis usaha dan telah beranak – pinak ke berbagai Negara. Ia dinobatkan sebagai CEO muda yang terkenal dingin setelah 3 tahun yang lalu resmi menggantikan ayahnya yang mengajukan pensiun dini. Sejauh ini perkembangan perusahaannya bertambah kian pesat dan merambah ke sector yang lebih luas. Pun begitu tak banyak yang tau kehidupan pribadi laki – laki yang jarang menampakkan senyumnya di depan umum ini.

"Tuan, kita telah sampai" ucap Pak Maman. Tidak ada jawaban. Saat ia menoleh dilihatnya Tuan Muda yang sedang tidur pulas. Ada gurat lelah di wajahnya. Pun begitu tak mengurangi sedikitpun ketampanan yang dimiliknya.

Dua puluh menit berlalu. Alfa mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui kaca mobilnya. Ia keluar dari mobil sambil menenteng ranselnya.

"Pak Maman, Sampaikan ke papi saya ada urusan sebentar. Jangan kasih tau kalau saya disini" ucap Alfa sembari membuka pintu mobil. Tanpa menunggu jawaban dari Pak Maman ia keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam sebuah bangunan kecil.

"Den Alfa, kapan datang? Kok tidak mengabari saya dulu, biar saya bisa menyiapkan sesuatu untuk Aden" kata seorang wanita yang berusia separuh abad lebih.

"Barusan datang, Bi Asri. Saya mau langsung ke pulau" jawabnya, menampilkan senyum tipis.

Alfa memang bertampang dingin saat di luaran sana tapi bukan berarti ia tidak punya etika. Bi Asri dan suaminya merupakan pembantu di rumahnya semenjak ia masih kecil dan sudah ia anggap keluarganya sendiri karena dulu orang tuanya lebih sering di luar untuk bekerja. Ia di pindah kesini karena Alfa sering berkunjung ke tempat ini dan tak ingin orang baru yang melayaninya selama disana. Mereka baik dan tak ada alasan untuk sinis pada mereka.

"Baiklah, Den. Tunggu sebentar ya, Bibi akan memberitahu bapak biar alatnya disiapkan. Mau dibuatkan Jus Jeruk seperti biasanya?" Tanya Bi Asri sebelum berbalik meninggalkan Alfa yang telah memberikan jawaban dengan gelengan kepala.

Alfa duduk di sofa panjang yang ada disana selagi menunggu boatnya siap. Ia menyandarkan kepalanya yang sedikit berat. Mencoba bertahan agar tidak terlelap karena ia ingin segera tiba di seberang. Tempat favoritnya saat di Indonesia.

***

Matahari telah berangsur meninggalkan siang tatkala Alfa membuka matanya. Pendar senja menelisik masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Alfa mengerjap sepersekian detik sebelum akhirnya tersadar sepenuhnya. Ia ingat, kemarin sore begitu ia sampai Pulau Arm ia langsung masuk ke salah satu kamar khususnya yang berada di resort tersebut.

Ya, Pulau Arm ini adalah milik keluarganya. Tepatnya miliknya sendiri sebagai hadiah ulang tahun dari papinya saat ia menginjak 17 tahun. Papinya tau Alfa sangat menyukai pantai dan sunset. Semasa kecil ketika liburan telah tiba ia akan merayu kakaknya untuk diajak berlibur ke pantai saja, namun kakaknya selalu menolak karena baginya pantai terlalu sepi. Kakaknya lebih suka berlibur ke luar negeri melihat gedung – gedung pencakar langit yang megah yang disana berseliweran orang – orang keren nan hebat, karena cita – citanya adalah menjadi seorang pengusaha sukses seperti papinya. Hal itu jelas membuat Alfa begidik ngeri karena menurutnya pengusaha terlalu terikat formalitas apalagi kostum kesehariannya adalah kemeja, dasi, dan jas.

Alfa lebih suka kehidupan yang bebas. Selain pantai dan sunset, ia juga menyukai fotografi. Ia sering memenangkan kontes foto di berbagai even nasional bahkan internasional. Setiap kali ia mengunjungi sebuah pantai maka ia akan pulang dengan ratusan jepret view yang ada kemudian ditunjukkan pada kakaknya. Ia akan meminta saran kakaknya foto mana yang harus ia ikutkan kontes sekaligus merayunya dengan kalimat – kalimat provokatif agar mau ia ajak berlibur ke pantai. Usahanya selalu gagal pun begitu ia sangat bangga dengan kakaknya karena di usianya yang terbilang masih muda ia sudah sukses dengan usahanya sendiri. Namun suatu kejadian yang mengakibatkan kakaknya tiada membuat kebanggaannya sirna begitu saja.

Alfa merasakan sesak didadanya. Ia harus bergegaas bangun sebelum otaknya kembali memutar momen yang membuatnya merasakan perih di hatinya.

Setelah mandi ia menelepon room service untuk mengantar makanan ke kamarnya. Terlalu lama tidur membuat dirinya merasa sangat lapar. Kemudian ia membuka macboxnya, mengecek pekerjaan dan segera menyelesaikannya. Besok ia ingin hunting foto sepuas – puasnya sebelum menemui seseorang yang telah menjadi pilihan mami papinya, seseorang yang ia inginkan maafnya.

"Tunggu aku, Sa". Batinnya melirih meski tanpa ekspresi.

***

Mentari pagi bersinar dengan cerianya. Alfa mulai membidikkan kameranya ke berbagai spot yang ia anggap menarik. Sampai ia menemukan titik yang membuatnya harus berkali – kali mengatur focus kameranya, ralat fokusnya sendiri. Matanya menatap tajam seorang perempuan super dengan pakaian kasual, ransel dipunggung, dan kamera yang menggantung dileher. Mendadak hatinya berdebar kencang, seperti yang ia alami dulu, waktu pertama ia melihat gadis dengan binar mata ceria dan senyum manis namun terkesan cuek, Queensa!

_____

Hai semua!

Ini tulisan pertamaku. Maaf sekali jika banyak typonya. Semoga suka. Kritik dan sarannya aku tunggu ya.

Selamat menanti buka puasa bagi yang menjalankan and Happy Reading! ♥️

A.R