webnovel

Laksana

Adhinatha Laksana Bahuwirya, bukan manusia biasa, tapi bukan juga Iron Man

GwenXylona_ · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
26 Chs

Laksana | 05

•L A K S A N A•

Nana mual, nyaris muntah ditempat jika saja Haechan tak menyeretnya menjauh dari kerumunan. Disepanjang koridor pikiran Nana melayang pada kejadian beberapa tahu silam ketika dirinya melihat dengan mata kepala yang sehat bagaimana Ibunya mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di apartemen, saat itu Nana baru pulang sekolah langsung menuju apartemen karena ada buku yang tertinggal disana, Nana langsung masuk begitu saja tanpa ia kira ada orang didalamnya.

Yang Nana tahu waktu itu Ama sedang pemotretan majalah tahunan untuk promosi destinasi wisata di Bali. Dia tidak menyangka jika saat dirinya masuk tepat saat sang Ibu menarik salah satu tali itu hingga perlahan Ibunya mulai mengeluarkan darah dari mulutnya dan kembali terjatuh kelantai, lunglai tak berdaya dengan darah yang terus saja menjerumus keluar, mata Ibunya berkaca-kaca, memerah dan menakutkan dimata Nana siang itu. Seluruh pencahayaan apartemen sengaja dihilangkan oleh Ama, tirai jendela dibiarkan tertutup dan semua lampu tidak ada yang menyala.

Siang yang benderang diluar sana menjadi siang yang gelap gulita dimata Nana.

Kini Nana berhenti berjalan membuat Haechan yang sedari tadi menariknya juga ikut berhenti untuk berbalik dan bertanya "Kenapa? Mau balik kesana lagi? Aduh sorry sarapan gue yang enak itu hampir keluar lagi kalau kesana, emang lo nggak mual?"

Nana menggeleng lalu melepaskan tangannya dari genggaman Haechan "Dia bunuh diri" ujarnya.

"Hah??"

Nana mengangguk lalu menunduk kemudiam berjongkok, menenggelamkan kepalanya diantara himpitan kedua tangannya yang berada diatas kepala. Puing-puing gadis itu berjalan ketengah jalan lalu tertabrak sebuah truk yang membawa semen itu kembali terputar jelas, lalu bagaimana tubuh si gadis yang terpental jauh, wajahnya menyapu aspal hingga beberapa meter sebelum ubun-ubunnya dengan keras membentur trotoar.

Sopir truk itu tentu saja terkejut dan turun untuk melihat kondisi si gadis yang ia tabrak. Saat dibalik, wajah cantiknya lenyap, digantikan wajah penuh darah, rambut yang tergenang oleh darahnya sendiri dan bagian dalam kepalanya yang keluar adalah pemandangan yang buruk yang Nana lihat pada pagi hari pukul setengah delapan.

"Na..."

Nana masih diam, beberapa detik kemudian dia berdiri, wajahnya berubah pucat membuat Haechan terkejut sekaligus kebingungan. Sementara Nana, cowok itu berjalan mendahului Haechan menuju kelas, tidak neko-neko sebab dirinya kini sudah tak menjadi bahan omongan orang lain yang awalnya masih banyak yang membullynya, naas. Kini bahan ghibah seantero sekolah adalah gadis bernama Caera Beril Tanishka, gadis kelas 12 yang bunuh diri pagi ini dengan cara menabrakkan diri didepan truk pembawa semen didepan gerbang sekolah.

Dari kelasnya yang berada dilantai 4, Nana dapat melihat bagaimana ambulance dan polisi mulai berdatangan untuk evakuasi, namun mata elang Nana justru tertuju pada sebuah mobil hitam yang Nana tahu itu milik Renda, sebab dikaca mobil sebelah kiri atas ada putih-putihnya yang Nana yakin itu stiker Moomin yang Renda tempelkan. Mobil itu berhenti dipinggir jalan diperempatan dekat gedung sekolah. Tak lama kemudian seseorang turun dari dalamnya, seorang gadis yang sangat Nana kenali sebab sweater hijau neon yang dikenakannya.

Itu Laksa...

•••••

Sekolah terpaksa ditunda hari ini karena kejadian bunuh diri yang menggemparkan jagat maya, bahkan sampai banyak mobil-mobil berlogo televisi nasional yang berdatangan hanya untuk mencari saksi mata untuk mencari uang. Semua siswa dipulangkan lebih cepat bahkan hanya sesaat setelah bell jam pertama dimulai. Nana yang memang seorang model yang dulu pernah mampir diberbagai chanel televisi dibuat kelimpungan oleh desakan para wartawan yang ingin dirinya berhenti sejenak untuk buka suara, namun Nana terlampau pusing untuk menjawab semua pertanyaan itu. Dia terus berjalan mencari celah supaya bisa secepat mungkin tiba dimobilnya.

"Mas tolong sedikit saja, Mas."

"Tadi kata siswa lain Mas juga ada ditempat ketika kejadian"

"Setidaknya jawab itu bunuh diri atau murni kecelakaan, Mas?"

"Itu teman satu kelasnya Mas bukan?"

"Mas sedikit saja kejadiannya bagaimana?"

Nana sedikit tersenyum ketika pintu mobil sudah ia pegang, hanya tinggal tarik dan masuk, namun sebelumnya dia berbalik menghadapa puluhan kamera "Terimakasih ya Mas sama Mbak semua udah ngawal saya dari kelas sampai sini" ujarnya lalu masuk kedalam dan mulai menyalakan mesin.

Para wartawan itu dibuat mendengus berjamaah oleh Nana, beberapa ada yang dulu pernah mewawancarai Nana juga yang waktu itupun Nana juga menjawabnya dengan candaan, banyak wartawan yang tahu jika Nana ini anak cowok yang tidak bisa serius dengan wartawan. Sementara Nana didalam mobil tersenyum penuh kemenangan, pikirnya hanya bagaimana bisa dia menjawab pertanyaan wartawan yang kalau nanya udah kayak diintrogasi polisi.

Semuanya ditanyain, Nana malas berurusan dengan wartawan, setiap kali wawancara pasti jawabannya nyeleneh semua.

Saat berhenti dilampu merah, Nana dipanggil seseorang dari samping kanannya, mobil sebelah "Woy monyet"

Nana menoleh membuat sipemanggil tergelak "Dipanggil monyet noleh lo Tong"

Nana mendengus "Ngapain sih manggil-manggil, kangen"

Renda manyun seketika "Jeksi sama Haechan dilampu merah"

Nana kemudian menatap atas dimana lampu merah itu berada, diatas sana tidak ada siapa-siapa seperti yang Renda katakan "Mana? Ngadi-adi lu, roboh duluan tiangnya pas disentuh Haechan"

"Lampu merah dekat lapangan tembak, bege"

"Bakso?"

Renda mengangguk "Susulin kaga?"

"Susulin, tapi gue mampir beli pizza sama ayam dulu"

"Mc-flurry sekalian, Mas"

Nana mengangguk "Duluan aja" tepat lampunya berubah kuning lalu hijau.

¹³

"Ini bola disumpelin di tete kalian?"

Semuanya mengangguk, sementara Jeksi sibuk tahan tawa.

"Buat apaan?" tanya Haechan lagi kepada para cewek jadi-jadian didepannya yang duduk berjejer.

"Buat totalitas" Jeksi yang menjawab.

Haechan geleng-geleng kepala "Gila, tapi kalian kok nggak liar sama Jeksi?"

"Ya nggak lah, Jeksi ini kan sohib kita" jawab salah satu dari mereka, ekhem---para banci ini berkelakuan seperti laki-laki pada umumnya didepan Jeksi dan dua lainnya. Tadi sebelum Jeksi mengenalkan Haechan sebagai temannya, ada yang godain Haechan.

"Lo sohiban sama penyamun kayak mereka, Jek?"

Jeksi mengangguk "Ya kayak lo temenan sama almarhum Pajero, nggak pandang gender, ras, maupun jenis. Lagian mereka juga manusia, sama kayak kita. Berbeda kalau lo sama almarhum Pajero"

"Jangan sebut-sebut Pajero!!"

Jeksi terkekeh lalu pandangannya tepat pada sebuah mobil tanpa atap milik Renda yang mendekat. Tak lama sang empu juga keluar "Hai sahabat, mari kita ngrumpi sahabat"

"Lo kok sendiri? Nana mana, katanya barengan?"

"Nana terjebak sama wartawan"

"Terus kenapa lo tinggal, bego??!" Jeksi ikutan ngegas bareng Haechan.

"Kayak nggak tahu Nana aja, wartawan mana yang mau wawancarai dia lebih dari lima pertanyaan?"

Jeksi manggut-manggut, iya juga sih.

Tidak lama kemudian Nana datang membawa tiga box pizza dan dua kantung ayam juga puluhan Mc-flurry. Semuanya terlihat senang, apalagi para pejuang hidup yang sampai rela lupa gender itu. Mereka makan dengan sangat lahap, bahkan Nana melupakan kenyataan jika dia dilarang keras oleh Papa untuk bertemu mereka lagi, tapi yah bodoamat Papa lagi dinegri orang.

"Tumben kamu mobilan, Na"

"Iya, Mas. Motornya ringsek"

"Kenapa?"

"Diseret mobil sialan" Haechan yang nyahut.

"Kecelakaan maksudnya? Kamu nggak apa-apa kan?"

Nana mengangguk "Nggak apa-apa dong, setrong"

Lalu semuanya kembali hening ketika ponsel Nana berdeting, pesan dari seseorang kelas sebelah.

Line

Sunan

Dia sendirian

Biasanya kan sama Beril

Kasihan

Adhinatha

Pantengin terus

Lo dimana?

Sunan

Buntutin dia balik

Takut kenapa-napa

Soalnya dia lagi nangis

Adhinatha

Ok, thanks

Sunan

😃

Nana menghela napas lalu meletakkan pizza-nya "Yang bunuh diri tadi rumahnya mana?" tanyanya.

Semua mengedikkan bahu "Dia anak yatim kayaknya, nggak tahu deh" Renda yang menjawab.

Nana jadi curiga, Renda itu kok apa-apa tahu ya? Jangan-jangan sahabatnya itu mimin-nya akun gosip disekolah?

"Lo tadi berangkat sendiri, Ren?"

"Nggak"

"Sama siapa?"

"Sama bayang-bayang gue tersayang, dia katanya nggak mau pisah dari gue, romantis banget kan hehe"

Iya in deh anaknya Pak Cahyo.

•••••

"Gue sebenarnya mau nanya dari dulu, tapi nggak jadi-jadi"

Nana menyirit "Apaan??" tanyanya, jangan lupakan logat galaknya.

"Ini rumah ada hantunya ya?"

"Ha???"

Haechan mengangguk "Sebulan lebih gue tinggal disini, gue kaga nemu saklar lampu, tapi disini lampunya banyak, terus kalo siang juga mati, ada setannya ini mah"

"Pake remote control"

"Hah???"

Nana melongos "Kalau kamar itu otomatis, diatas jam 12 malam mati sendiri, diatas jam 5 sore hidup sendiri"

"Wah gila, gue kira ada Mbak kunti yang jaga kamar gue, huaaa"

"Edan" gumam Nana lalu beranjak pergi membawa mug berisi cokelat itu menuju halaman belakang, duduk dikursi malas pinggir kolam sambil mikirin Laksa adalah kerjaannya.

Tak hanya itu, bahkan Renda juga memenuhi pikirannya, bagaimana bisa Renda sama Laksa satu mobil, padahal selama ini Renda dan Jeksi itu bencinya luar dalam sama Laksa karena Laksa membenci Nana. Terus Mark, cowok dibalik ringseknya motor 800 juta Nana yang sengaja ia biarkan.

Bukannya apa, tapi nama belakang Mark itu masih Abisatya dimana nama belakang Jeksi juga, bisa putus hubungan persaudaraan antara dua keluarga itu cuma gara-gara lapor polisi, Papa Jay sebelumnya nekat lapor karena udah bikin anaknya sekarat, tapi melihat Jeksi yang hanya pasrah Papa jadi iba. Yang penting sekarang Nana-nya udah baik-baik aja cukup bagi Papa.

Tak lama ponsel kembali berdeting, bukan dari Sunan lagi, melainkan dari Yasakha, anak itu mengirim sebuah foto dimana ada Laksa disebuah kelab malam bersama seseorang berjas hitam, rambut pria itu sudah ada yang memutih, yang Nana tahu Laksa adalah anak yatim, berarti itu bukan ayahnya.

Line

Yasakha

Gila, minta duitnya 50 juta

Adhinatha

Buat apaan?

Yasakha

Kaga tau

Yg jelas doi lo punya bnyk daddy

Adhinatha

Anjir, tp bener si

Yasakha

Lupain!

Lo bs dpt yg lebih, Na

Nana tidak lagi menjawab pesan dari Yasakha, dia justru memikirkan hal lain. Mark, kasihan Mark dipermainkan sama Laksa.

Haha dunia baik banget, sukurin dapat karma.

¹³

Pagi-pagi sekali pas Nana lagi baik mau ngajak Haechan makan bubur, anaknya malah nggak ada. Jadinya Nana mengambil sepeda dari garasi mengayuh sepeda itu menjauhi rumah dengan santai.

"Eh Mas Na, mau kemana?"

"Beli sarapan, Bu"

"Aduh senyum lagi, nggak sekolah, Mas?"

Nana menggeleng "Masih diliburin, Bu. Besok masuk lagi"

Setelahnya Ibu-Ibu pecinta sinetron itu hanya mengangguk dan membiarkan Nana kembali mengayuh sepeda mencari nasi uduk, lagi kepengen.

"Lah si Haechan mana?"

Nana menoleh "Kaga tahu, ngapain lo?"

"Disuruh Mbak Swy beli nasi uduk, lo tumben amat kesini?"

Nana manggut-manggut membiarkan Jeksi duduk didepannya "Lagi pengen"

"Lo beneran nggak tahu Haechan dimana?"

Nana menggeleng.

"Nggak takut dia nyasar?"

Nana menggeleng.

"Coba telpon deh"

Nana menggeleng.

"Na..."

"Telpon aja sendiri!"

Baiklah, Jeksi yang akhirnya menelpon sahabatnya itu. Panggilan pertama tak terjawab, kedua tak terjawab, ketiga juga masih tak terjawab.

Hingga panggilan ke delapan dimana justru tak aktif.

"Lo nggak khawatir gitu?" tanya Jeksi lagi dengan nada panik pada yang malah Nana sibuk nitilin ayam goreng.

Nana menggeleng.

Jeksi sontak berdiri "Biar gue yang cari" ujarnya lalu berlalu pergi.

Nana hanya mengedikkan bahunya "Kayak anak kecil aja"

•L A K S A N A•