webnovel

Bertemu Grand Duke

Arabella sedikit berdebar, ia tiba-tiba merasa gugup memikirkan sosok Grand Duke Malven yang akan ia temui sebentar lagi.

"Ah, Grand Duke sudah menunggu ternyata" gumam Felix saat melihat Julian telah berdiri bersama barisan para pelayan dan kesatria.

Pintu kereta terbuka, Felix yang sudah lebih dulu turun mengulurkan tangannya pada Arabella, "silahkan turun, Nona," ucapnya sembari tersenyum tipis.

Arabella menyambut uluran tangan Felix dan turun dari kereta kuda. Matanya membulat ketika menatap Julian Malven Kingston, si Grand Duke yang disebut iblis kerajaan. Pria itu malah menyeringai, " kita bertemu lagi, Nona" ujar Julian.

Arabella tercekat, Grand Duke Malven yang disebut-sebut orang dan di anggap orang paling penting setelah Baginda Raja di kerajaan ini adalah pria itu! Pria mesum yang merebut ciuman pertamanya saat di kereta. Julian Malven Kingston memang terlihat sangat tampan dengan mata abu-abu gelap dan rambut silvernya. Belum lagi, tubuh tinggi dan tegap, wajah yang terpahat sempurna mulai dari mata, hidung, bibir, hingga rahang.

'Apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku berpura-pura tidak pernah bertemu dengannya?' pikir Arabella. Otaknya berusaha memutuskan dengan cepat.

"Jangan bilang, Nona akan berpura-pura tidak pernah bertemu dengan saya?" tanya Julian dengan seringaian miring.

Meski sangat terkejut dengan Julian yang bisa menebak isi pikirannya, ekspresi Arabella tetap tidak berubah. Ia melirik sekilas para pelayan dan kesatria yang berbaris rapi di belakang Julian, tampaknya mereka semua orang profesional yang tidak akan menyebarkan rumor.

"Tentu saja tidak, Grand Duke. Maaf terlambat memperkenalkan diri, saya Arabella Fay Falzen. Satu-satunya putri resmi dari Marquess dan Marchioness Falzen. Senang bertemu dengan Anda, Grand Duke" tutur Arabella memperkenalkan diri dengan sopan, tak lupa sedikit menundukkan tubuhnya dan mengangkat roknya.

Julian menyeringai lagi, "syukurlah Nona tidak berpura-pura tidak pernah bertemu dengan saya. Senang bertemu dengan Anda juga, Nona Arabella" balasnya.

'Mauku juga begitu awalnya tau?! Tapi dengan kurang ajarnya kamu malah bertanya apakah saya akan berpura-pura, mana mungkin bisa mengelak lagi' gerutu Arabella dalam hati.

"Mari masuk, Nona" ajak Julian. Ia melangkah terlebih dahulu, dan Arabella pun mengikuti.

"Semua sudah dipersiapkan dengan baik kan, Madam Lilia?" tanya Felix pada wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan kediaman Grand Duke.

"Sudah, Tuan Felix."

Felix pun mengangguk dan tetap melangkah di belakang Arabella. Kini, posisi tubuh gadis itu hampir sama dengan Grand Duke.

'Hebat. Grand Duke yang tidak pernah sabar menunggu orang lain, kini malah menyamakan langkahnya sepelan Nona Arabella,' batin Felix takjub. Julian adalah orang paling tidak sabaran yang pernah Felix temui, dan sialnya, orang yang tidak sabaran itu mau memelankan langkah mengikuti seorang gadis bangsawan yang biasanya selalu melangkah pelan penuh keanggunan.

"Bukankah Grand Duke pernah membalikkan meja karena tidak sabar menunggu Baginda Raja yang berjalan agak lambat saat menghampirinya?" celetuk seorang pelayan dengan suara pelayan. Namun, pelayan itu terkesiap saat Felix menatapnya, dan Julian pun sedikit menoleh ke belakang kemudian menampilkan seringaian miring. Mereka berdua adalah orang yang indranya lebih peka karena menguasai Sword Aura.

Dengan cepat, pelayan itu segera menundukkan kepalanya meminta maaf. Arabella pun menghentikan langkahnya dan memandang pelayan itu, ia juga bisa mendengar ucapan si pelayan karena Arabella juga menguasai Sword Aura.

"Maafkan saya, Tuan dan Nona," lirih pelayan itu yang sudah ketakutan. Ia keceplosan, padahal sudah sering diperingatkan bahwa Julian tidak suka bahwa bawahannya tidak bersikap profesional.

Arabella menatap Julian, dan pria itu membalas tatapannya, "Anda tidak akan membunuh pelayan itu hanya karena sekali melakukan kesalahan kecil kan, Grand Duke?" tanya Arabella dengan sengaja. Sebenarnya, rumor soal Grand Duke sudah sangat menyebar dengan mengerikan. Bahkan ada rumor bahwa ia memotong tangan pelayan hanya karena menumpahkan teh.

"Tidak, Nona. Tentu saja tidak. Saya bukan majikan yang sekejam itu," balas Grand Duke sambil tertawa pelan.

Pelayan itu malah semakin gemetaran, membuat Arabella yakin Julian ini memang orang yang menakutkan.

"Pelayan yang barusan berbicara, siapa namamu?" tanya Arabella lembut.

Semua orang yang mendengar pertanyaan itu terperangah, "nama saya Olla, Nona" jawab pelayan muda itu lirih.

"Oh, baiklah. Olla, saya ingin berteman denganmu. Jadi, saya akan sering-sering mengajak kamu pergi bermain dan bersantai jika kamu sedang libur. Bolehkan, Grand Duke?" tanya Arabella pada Julian. Bukan tanpa alasan Arabella melakukan itu, alasannya adalah.. Arabella ingin memastikan bahwa pelayan yang baru saja melakukan kesalahan bernama Olla itu tetap hidup meski ia sudah pulang dari sini.

"Anda menyukainya, Nona Arabella?" Julian malah membalas pertanyaan dengan pertanyaan.

Arabella mengangguk tegas, "ya, saya menyukainya untuk dijadikan teman, Grand Duke. Jadi tolong, jangan bunuh ataupun hukum Olla."

Julian terkekeh merdu, membuat pelayan dan para kesatria semakin menunduk. Felix pun tampak kaget dengan permintaan Arabella. Memangnya, apa urusannya nyawa seorang pelayan dengan seorang gadis bangsawan? Tidak ada pentingnya.

"Apa Anda mengkhawatirkan nasib pelayan ini, Nona?" tanya Julian.

"Ya, Grand Duke. Saya rasa membunuh atau memberi hukuman untuk kesalahan kecil seperti tadi tidak bijak."

"Ah, baiklah. Selamat, Olla. Kamu layak hidup karena di anggap teman oleh Nona Arabella, tamu berhargaku" kekeh Julian.

Olla berulang kali menundukkan kepalanya berterima kasih pada Arabella dengan air mata yang mengalir deras. Sekujur tubuhnya gemetaran karena takut. Kekejaman Julian bukan main, hingga semua orang takut.

"Mari kita lanjutkan kegiatan kita, Nona" ajak Julian yang kembali meneruskan langkahnya. Bibir merahnya menyeringai, ia sangat tertarik dengan Arabella sejak awal. Dan lihat ini? Gadis itu bahkan tidak ragu-ragu mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan seorang pelayan. Catat, hanya seorang pelayan yang tidak ia kenal. Padahal, bisa saja Julian membunuhnya loh?

Hal serupa dipikirkan oleh Felix dan semua orang yang menyaksikan keberanian Arabella.

'Nona ini sungguh baik dan berani,' pikir banyak orang di sana.

Setelah melalui taman yang sangat luas, Arabella dan Julian tiba di sebuah gazebo cantik yang sekelilingnya dipenuhi dengan bunga Wisteria.

"Teh jenis apa yang Anda sukai Nona?" tanya Lilia—kepala pelayan. Ia baru selesai mengurus teh oolong milik Julian.

"Teh apa yang sudah kalian sediakan, Madam?" balas Arabella lembut.

"Anda bisa menyebutkan teh apapun yang Anda inginkan dan akan kami buat secepat mungkin, Nona."

"Jangan repot-repot, saya akan memilih salah satu dari teh yang sudah kalian siapkan" ujar Arabella dengan senyum manis.

Julian hampir tersedak ludahnya sendiri ketika melihat senyum Arabella, "Anda sama sekali tidak membuat repot, Nona. Sebutkan saja"

Arabella mengamati dan mencoba mencium beberapa aroma teh yang sudah tersedia di sana, ia tidak bertanya lagi karena tau para pelayan itu pasti tetap memintanya menyebutkan teh apa yang ia inginkan.

"Kalau begitu, teh lemon saja," putus Arabella akhirnya.

"Baik, Nona. " Lilia pun segera menuangkan teh lemon yang memang sudah mereka sediakan.

"Terima kasih, Madam" ucap Arabella setelah Lilia menyelesaikan pekerjaannya.

"Anda tidak perlu sesopan itu pada pelayan, Nona Arabella" tegur Julian.

Hampir tidak ada bangsawan yang sesopan Arabella terhadap pelayan ataupun yang gelarnya lebih rendah. Terima kasih, tolong, saya, kata-kata itu semua terlalu formal untuk seorang pelayan.

"Saya sudah terbiasa menghargai semua orang di sekitar saya, Grand Duke. Dan jabatan apapun tidak berpengaruh. Pelayan ataupun rakyat biaya, tetap manusia, kan? Mereka juga perlu dihargai dan dihormati" tukas Arabella.

Yah... Lihatlah binar mata kekaguman yang muncul dari semua orang di sana. Mereka semua, pelayan dan kesatria Grand Duke, sangat terharu dan kagum pada Arabella.

Hening beberapa saat, karena pelayan tengah mengisi ulang teh milik Julian.

"Anda memiliki taman yang indah, Grand Duke" lontar Arabella.

"Ya, tapi tidak seindah Anda," balas Julian.

Arabella melotot, dan orang lain pun sama terkejutnya. Demi apapun, Arabella sangat ingin menuangkan tehnya pada kepala Julian agar pria itu sedikit waras.