webnovel

KUCING AJAIB

Bagaimana rasanya jika saat membuka mata, tiba-tiba saja, kucing yang dipeluk berubah menjadi seorang pemuda tampan? Shock, kaget, dan lain sebagainya menyerbu perasaan! Begitulah yang dialami seorang gadis polos bernama Virna, seekor kucing yang ia temukan nyaris mati, dan ia pelihara tiba-tiba saja suatu hari tanpa sebab dan alasan berubah menjadi seorang pemuda tampan, dan mengaku dirinya seorang pangeran dari dunia fantasi! Virna yang bahkan belum pernah pacaran dibuat kalang kabut karena harus satu rumah dengan kucing yang berubah menjadi manusia! Ketika Virna ingin mengusir pemuda itu, pemuda tersebut berkata, "Aku akan pergi, tapi bisakah kamu membantuku, agar aku bisa kembali ke duniaku?" Mampukah Virna membantu kucing ajaib itu kembali ke dunianya? Apakah kebersamaan mereka tidak menimbulkan sebuah perasaan cinta, hingga perpisahan mereka suatu hari akan berjalan lancar? Mengapa seorang pangeran bisa berubah menjadi seekor kucing? Baca yuk sampai tamat. Author Mithavic Himura Desain Cover : Beruang

MithavicHimura · แฟนตาซี
Not enough ratings
439 Chs

AKU BUKAN MANUSIA!

"Baik. Baiklah. Tapi, kamu tidak akan menyakiti aku, kan?"

"Kamu sudah menolongku, jadi tidak mungkin aku akan menyakiti orang yang sudah menolongku, jadi selama kau tidak melakukan tindakan yang aneh, aku juga tidak akan membuat dirimu berada di dalam kesulitan, sekarang istirahat saja, tidak usah berpikir aku akan melakukan apapun, karena aku tidak akan melakukannya!"

Pangeran Jeelian kembali bicara, sembari memperbaiki posisi tidurnya.

Entahlah, dia tidur atau apa, yang jelas, situasi gelap di dalam kamar itu cukup menyulitkan Virna untuk mengawasi gerak gerik pria jelmaan kucing abu-abu yang ditolongnya tersebut.

Bisakah ia kembali tidur, sementara di atas kasur yang sama, ada seorang pria yang tidak memakai pakaian sama sekali seperti itu?

Andai saja ia punya pakaian yang bisa dipakai oleh pria ini, tentu ia tidak akan jengah sudah satu kamar dengan Bee, seperti sekarang.

Perlahan, Virna kembali ke tempat di mana ia tidur tadi.

Di luar, hujan masih turun dengan derasnya. Membuat keinginan tidur Virna sebenarnya semakin membara. Tapi, sekali lagi bagaimana mungkin ia bisa tidur sementara di sebelahnya ada seorang pria tanpa pakaian yang juga sedang tidur?

"Masih banyak berfikir juga? Apakah aku perlu tidur di luar agar kamu bisa tidur?"

Suara Bee kembali terdengar.

"Ah, jangan. Nanti kalau ada yang melihat kamu bagaimana? Kita akan diusir, tetap di sini dan aku harap kamu pelankan suara kamu, jangan sampai orang sebelah itu tau, aku menyimpan seseorang di kamar aku!"

"Menyimpan? Kenapa sepertinya aku pria pemuas nafsumu saja?"

"Jangan macam-macam! Aku nggak pernah berfikir begitu. Bukankah kamu di sini seperti aku sedang menyimpan?"

"Sudahlah! Pria di sebelah kamar kamu ini berbahaya! Aku memergokinya ingin menerobos beranda belakang kamu tadi pagi."

"Eh, serius?"

"Iya. Apakah kamu tidak pernah curiga dia itu bersifat buruk?"

Virna terdiam. Sebenarnya, sejak lama ia sudah menduga, Parjo itu pria yang kurang baik. Apalagi setelah ia menolak ajakan kencan lelaki itu tempo hari, makin terlihatlah perbuatan tidak baiknya yang diberikan Parjo pada dirinya.

Mulai membuat gosip buruk tentang dirinya, sampai melaporkan dia memelihara seekor kucing.

Virna masih berusaha untuk sabar, akan tetapi jika kemudian pria itu berusaha untuk menerobos masuk beranda belakangnya, apakah ia juga harus tetap sabar?

Bayangan kaki Parjo yang berdarah membuat perkataan Bee tentang pria itu sepertinya benar.

Apakah Parjo terjatuh saat berusaha untuk masuk ke beranda miliknya?

"Dasar pria aneh! Awas saja entar, aku akan buat perhitungan sama dia, kalau terbukti yang kamu katakan itu benar!"

"Mau memberi perhitungan seperti apa? Tubuh kamu kecil, dia pria dan kamu wanita apakah mungkin itu bisa kamu lakukan?"

"Kamu pikir, wanita tidak bisa membalas perlakuan pria?"

"Apa yang akan kamu lakukan?"

Virna terdiam. Dia juga belum tahu, apa yang akan ia lakukan jika nanti akan membalas perbuatan Parjo, ketika hal yang dikatakan Bee itu benar.

Yang jelas, ia ingin membuat perhitungan, itu saja.

"Sudahlah. Hidup kamu sudah susah kamu punya bos yang sulit, tidur sekarang, jika besok kamu tidak mau mengantuk."

Virna menarik nafas. Ingin sekali ia menyoroti tubuh Bee yang ada di hadapannya dengan senter ponselnya.

Tapi, jika itu ia lakukan, ia khawatir pria jelmaan ini justru akan marah dan menyakiti dirinya.

"Bee, aku tadi lupa, apakah tadi kamu menyebut nama kamu yang sebenarnya?"

Setelah beberapa saat terdiam, dan membaringkan tubuhnya, di sebelah Bee, yang memunggunginya, Virna melontarkan pertanyaan itu pada Bee.

"Aku Pangeran Jeelian, tapi kamu tidak usah memanggilku dengan sebutan itu, aku tidak mau manusia lain tahu tentang siapa diriku sebenarnya."

"Jadi, apakah aku tetap boleh memanggil kamu dengan sebutan Bee?"

"Aku mengizinkan, aku juga sudah terlanjur akrab dengan nama itu."

"Negeri fantasi itu seperti apa?"

"Seperti duniamu, tapi mungkin ada sedikit perbedaan. Terutama orang-orang yang menghuninya."

"Kamu berperang hingga kamu terluka? Bagaimana dengan efek obat yang aku berikan padamu belakangan ini?"

Pangeran Jeelian membuat pergerakan. Dalam gelap situasi kamar itu, Virna tidak tahu, pria itu menghadap ke arah mana.

"Obat itu sedikit membantu. Meskipun tidak seberapa, aku bisa mengeluarkan darah, karena aku berusaha untuk mengerahkan kekuatanku."

Suara Pangeran Jeelian terdengar dekat! Sepertinya, pria itu merubah posisi menjadi telentang, hingga kini posisi mereka seperti sedang berhadapan meski tidak berhadapan karena mereka sama-sama terlentang.

"Pantas kamu muntah darah terus, lain kali tidak usah memaksakan diri, sembuhkan dulu luka kamu, baru kamu pergunakan kekuatan kamu."

Meskipun jantungnya lagi-lagi berdebar lantaran mereka kini berbaring bersisian, dan Virna bisa merasakan bahu Pangeran Jeelian menyentuh bahunya lantaran kasur itu tidak begitu luas jika ditiduri dua orang. Gadis itu masih berusaha untuk menguasai diri.

Virna benar-benar seperti mau gila mengatasi perasaannya sekarang.

"Aku harus mengirimkan sinyal pada keluargaku di istana."

"Sinyal?"

Sinyal ponsel langsung terpikirkan oleh Virna ketika mendengar hal itu.

"Iya, lewat kekuatan telepatiku aku bisa mengirimkan sinyal, tapi aku kesulitan karena luka itu membuat separuh kekuatanku seperti lenyap, aku tidak bisa mengabarkan kondisiku yang sekarang pada keluargaku!"

"Ternyata bangsa kamu seperti manusia juga? Ada keluarga?"

"Benar, aku punya ayah dan ibu, mereka adalah raja dan ratu di negeriku, bangsa kami juga punya emosi seperti manusia, dan, kami juga punya nafsu!"

Virna terkejut ketika mendengar ucapan Pangeran Jeelian yang terakhir.

"Naf, nafsu?"

"Iya. Kami bisa jatuh cinta, menikah dan berkembang biak untuk membuat peradaban kami tidak musnah!"

"Bedanya kamu dengan manusia apa? Sepertinya, kamu sama saja seperti manusia?"

Pangeran Jeelian membalikkan wajahnya, hingga kini posisi wajahnya menghadap pada Virna.

"Bedanya bangsa kami dengan bangsamu adalah, kami punya kekuatan yang mungkin tidak dimiliki oleh manusia, contohnya bisa mendengar suara hati manusia jika manusia itu ada di hadapannya!"

"Jadi, yang kamu bilang aku tadi ribut benar itu karena kamu mendengar apa yang aku omelkan di dalam hati?"

"Benar, hatimu terus saja berbicara, bagaimana bisa aku tidur? Apapun yang kamu katakan di dalam hatimu, jika kamu ada di hadapanku, aku akan mengetahuinya, jadi jika aku memintamu untuk diam, bukan hanya bibir dan mulut kamu yang diam, tapi juga hatimu!"

Note: Manusia itu adalah makhluk yang sempurna, tapi sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang tetap punya sisi kemanusiaan, hingga ia tetap memanusiakan manusia.

(Bagaimana reaksi Virna ketika mendengar penjelasan Pangeran Jeelian, atau Bee tentang perbedaan bangsa mereka? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca, memberikan review penyemangat, dan mengoleksi buku ini, semoga kalian disehatkan dan diluaskan rezeki Amiin)