"sudah ah becandanya.. kakek kenapa memanggil kita kesini?" tanya prayoga serius, dia mengajak tiya filia duduk di sofa yang berada dikantor juldi novilus.
"kakek mau menyerahkan semua kerjaan kakek kepadamu" kata juldi novilus santai.
"jangan ngaco kek.. biarkan aku bekerja mengikuti prosedur, dari bawahan sampai ke puncak. jangan menyuruh yang aneh-aneh kek"
"kakek hanya ingin istirahat, sambil menunggu buyutku lahir.. mereka pasti lucu.."
"kakek masih sangat diperlukan di perusahaan, jangan.." prayoga menghentikan perkataannya karena dia melihat tiya filia yang menatapnya penuh cinta.
"tiya sayang jangan melihatku seperti itu, kau mau membujukku?" kata prayoga sambil mencium kening tiya filia.
tapi kemudian pintu kantor pak juldi novilus di ketuk orang dari luar.
"iya masuklah" kata juldi novilus dan orang yang mengetuk pintu itu masuk, teryata itu komdan Angky dan di ikuti oleh marko dan disamping marko berdiri dengan takut Thio. tiya filia yang melihat siapa itu langsung berdiri, wajahnya terlihat kaget sekaligus takjub dengan kehadiran saudara kembarnya.
"thio" panggil tiya filia pelan. thio yang sedang tertunduk takut menyadari ada yang memanggil namanya, dia mengangkat kepalanya dan untuk sesaat tiya filia dan thio saling bertatapan.
"tiya..?!" kata thio ragu, tapi saat mendengar namanya di sebut tiya filia bergegas dan dengan penuh kegirangan dia berlari dan memeluk saudara kembarnya itu. thio kaget tapi dia seakan tak keberatan. dia menatap aneh kepada orang-orang di sekitarnya yang tersenyum terharu.
"thio.. kau ingat aku?" tanya tiya filia terharu airmatanya tanpa dia sadari telah menetes.