satu bulan kemudian prayoga dan tiya filia di panggil kakek Juldi Novilus untuk datang kekantornya.
"tiya cucuku.. apa kabarmu?" tanya Juldi novilus menyambut prayoga dan tiya filia.
"baik kek.." jawab tiya filia setelah berjabat tangan dan cimpika-cimpiki.
"jadi bagaimana.. apakah hasil bulan madu kalian sudah ada hasilnya?" tanya Juldi novilus, katanya sambil tersenyum dan melihat ke daerah perut tiya filia.
"apaan sih kakek.. kita tuh memutuskan untuk punya bayi, nanti.. ditahun depan. jadi pasti belum punya hasil." jawab prayoga tegas.
"prayoga apa maksud perkataanmu itu? jangan bilang kalian belum ngapa-ngapain?. prayoga kamu bisa kan?" Juldi novilus mengerutkan alisnya, meragukan cucu tersayangnya.
"k a k e k!.. pertanyaan macam apa itu?!" protes prayoga sedangkan tiya filia tertawa merasa lucu dengan pertanyaan kakeknya. dia tahu betul dengan tingkat prilaku sex prayoga, dia yang seakan tak ada matinya, dikatakan tidak mampu oleh kakeknya pastilah terdengar lucu.
"kamu juga kenapa tertawa?.." prayoga menatap gemes tiya filia yang sedang tertawa, kalau nggak di depan kakeknya dia pasti sudah memeluk dan melucuti semua pakaian tiya filia.
"iya maaf.. kita sedang memprosesnya kek, doakan saja kek semoga berhasil." kata tiya filia setelah tawanya mulai reda. dan Juldi ikut tersenyum bahagia dengan kebahagian kedua cucunya itu.
"tiya apa maksudnya sedang memproses? jangan bilang kamu.. kamu minum pil itu kan?" tanya prayoga merengek dan menatap tiya filia seakan memohon. Tiya filia menutup senyum lebarnya dengan kedua tangannya sambil menganggukkan kepalanya.
"kalau begitu ayo kita pulang, aku ingin main sepuasnya sebelum dihentikan dengan kehadiran bayi kita" kata prayoga pelan dan menarik tangan tiya filia.
"nggak mau..kakek tolong" tolak tiya filia masih tertawa, dia ingat bagaimana dia menakut-nakuti prayoga dengan cerita-cerita kalau dia hamil prayoga tak boleh menyentuhnya sampai tiga bulan setelah dia melahirkan, makanya prayoga stres dan memohon-mohon agar tiya filia menggunakan alat kontrasepsi, padahal dia sendiri tak suka dengan pelindungnya.
"iya lebih baik kalian pulang.. buatkan untuk kakek.. buyut yang banyak" kata Juldi novilus hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah cucu-cucunya.