"ayah.. bagaimana ayah bisa bersama kakeknya prayoga?" tanya tiya filia berbisik pada ayahnya. sebelumnya saat mengetahui ayahnya datang bersama kakeknya prayoga, dia dengan penuh hormat memberi salam pada kakeknya prayoga dan kemudian datang memeluk tangan ayahnya.
"ayahkan pernah mengingatkan kamu filia.. kalau melakukan pijat memijat jangan didalam kamar.. apa lagi hanya kalian berdua, orang lain bisa salah paham..dan ingat ancaman ayah?" bisik adam juga pada putrinya, mereka bicara saling berbisik karena tak mau mengganggu pembicaraan prayoga dan kakeknya.
"nggak ada alasan lagi prayoga kau harus bertanggung jawab, kalian harus menikah secepatnya" kata Juldi Novilus tegas.
"kek.. jangan sembarangan menyuruh orang menikah. tiya itu.." belum selesai prayoga menyanggah perkataan kakeknya,
"Jadi maksudmu kamu nggak menyukai nona Tiya?!" potong juldi Novilus sedikit keras.
"kakek! aku memang sangat menyukai dan mencintai Tiya.. apapun akan aku lakukan untuk kebahagiaan dia. tapi untuk masalah menikah, kakek nggak bisa memaksa.. tiya itu masih muda dan mungkin saja belum siap.. apa kakek nggak bisa bersabar menunggu tiya siap" wajah prayoga terlihat memohon pada kakeknya.
"Prayoga.. kau tahu umur kakek nggak bisa menunggu. lagi pula apa yang kau lakukan ini bisa mencemarkan nama baik nona tiya dan juga nama baik perusahaan. setelah berita kamu gay, sekarang berita laki-laki yang tak bertanggung jawab, apa lagi berita yang mau kau buat!" kata juldi Novilus masih tetap pada pendiriannya.
Marko yang sedang berdiri menunggu di depan pintu senyum-senyum sendiri, "dasar kakek licik, tadi dia menyuruhku meminta nona tiya datang mengobati prayoga.. sekarang dia berlagak menjadi orang yang dirugikan" pikir marko merasa lucu.
"pokoknya kakek nggak mau tau kalian harus menikah secepatnya. Kau harus bisa membujuk nona Tiya.. pak adam saja tak keberatan hanya kamu yang kurang gigih." kata Juldi Novilus tegas.
Prayoga tak bisa berkata-kata lagi, dia menatap kakeknya dengan berbagai gejolak di dalam hati, dia ingin marah, tapi sebenarnya dia sangat bahagia kakeknya setuju dengan pilihannya, ingin tersenyum bahagia tapi kakeknya sedang memaksakan kehendaknya lagi. semuanya bercampur membuatnya pusing.
"baik kek aku setuju.. tapi boleh aku minta sesuatu pada kakek?" kata tiya filia disaat suasana sedang hening, dan semua mata langsung tertuju padanya.