"dan kamu.. kali ini kita harus bicara, jangan coba-coba melarikan diri, kalau kau ingin bersembunyi di kamarmu, aku akan mendobrak kamar itu. disini bukan penjara kau tak bisa sembunyi lagi" kata tiya filia dan menatap prayoga mengancam.
"apa yang ingin kau tahu?" tanya prayoga pelan, dia melirik tiya filia takut.
"ayo duduk dulu disana" kata tiya filia menunjuk ke kursi yang ada di ruang tamu sambil mendorong prayoga.
"waaah prayoga, itu seharusnya tugas kamu tuan rumah untuk mempersilahkan tamu duduk" canda marko, dan mendapat tatapan tajam dari prayoga.
"kak, tugas tuan rumah juga mengusir tamu, silahkan kalau kakak ingin pergi" kata prayoga tapi dia langsung diam karna mendapat tatapan tajam dari tiya filia.
"trima kasih prayoga.. tapi aku masih ingin disini, menjadi saksi pembicaraan kalian" kata marko sambil tertawa. dan dia lagi-lagi mendapat tatapan kesal dari Prayoga, tapi itu hanya sebentar.
"hei lihat sini. dengar dan jawab apa yang aku tanyakan.." kata tiya filia serius. Prayoga menganggukkan kepala dengan takut.
"bagaimana kau bertemu saudara kembarku? apa kau menculiknya waktu itu?" tiya filia mulai bertanya.
"waktu kita bertemu itu, umurku baru sepuluh tahun, bagaimana bisa aku menculik.." jawab prayoga pelan
"dijawab bukan balik bertanya!. kamu itu orang kaya, apapun bisa di lakukan. kamu marah padaku karna aku menyuruhmu macam-macam dan kemudian kalian salah menangkap orang"
"nggak seperti itu.. walaupun waktu itu kamu memarahiku, dan memperlakukan aku dengan buruk, tapi aku suka karna kau peduli, mau mengajakku bicara.. dan menghibur aku.."
"itu karna kamu bodoh.."
"iya waktu itu aku memang bodoh, karna sedih kehilangan ayah dan ibu, aku takut harus tinggal dengan kakek yang keras dan pemarah, kau menyelamatkan aku dari niatku bunuh diri. hei.. anak kecil jangan coba-coba bunuh diri, kau akan menyiksa banyak orang dengan niat gilamu itu.. padahal waktu itu kau jauh lebih kecil dari aku.. kamu begitu lucu" kata prayoga pelan, dia sedang mengingat dan sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya. wajah itu sehari yang lalu terlihat hampir seperti mayat, kini kembali bergairah.
"jadi bagaimana kau bisa bertemu saudara kembarku?! itu pertanyaannya jangan mengalihkan pembicaraan!" kata tiya filia ketus, padahal hatinya berbunga-bunga, dia juga jadi teringat kejadian itu. waktu itu dia sedang bermain dan melihat seorang anak laki-laki sedang menangis dan duduk sendiri dekat darmaga, dia langsung memarahi anak laki-laki itu seperti orang dewasa padahal dia hanya mengulang kata-kata seorang nenek yang dia dengar beberapa hari yang lalu kepada seorang pemuda yang mabuk.