Tiya filia baru tiba di parkiran kantornya Luis ketika sebuah mobil datang berhenti di depannya, dan membuatnya sedikit takut, Tiya filia langsung waspada tapi kemudian dari dalam mobil muncul marko bosnya Luis, mendekatinya sambil tersenyum ramah.
"halo nona Tiya.. selamat pagi, ayo naik..kita akan ke suatu tempat terlebih dahulu. ayo silahkan" kata marko membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Tiya filia naik ke dalam mobil. Didalam mobil Tiya filia tak melihat siapapun, dia terlihat ragu.
"ayo nona Tiya silahkan naik.. nggak usah kwatir.. kita hanya akan mampir ke suatu tempat terlebih dahulu, dan kemudian akan ke suatu tempat yang ku rasa nona tiya akan senang berada di sana.." kata marko lagi.
"apa hanya kita berdua pak marko? Luis nya nggak ikut?" tanya tiya filia dan keraguan terlihat jelas di wajahnya,
"belum. kalau sekarang luis belum akan terlibat dengan kita. luis masih sedang mengurus masalah lain yang lebih urgent. tapi kalau nona tiya takut saya akan memanggil luis ke sini.." kata marko dan terlihat serius. Tiya filia diam sebentar.
"eh.. nggak usah pak" kata Tiya filia dan dia langsung masuk ke dalam mobil. sebuah senyum tipis nyaris tak terlihat muncul di wajah marko saat dia menutup pintu untuk Tiya filia.
"kita akan mampir ke suatu tempat sebentar, baru kemudian kita akan pergi. Nona tiya tidak keberatan kan?"
"iya pak.." kata tiya filia berusaha terlihat santai padahal dia masih gugup. dalam hati dia menyemangati dirinya agar jangan gugup dan takut, kak Luis mempercayai pak marko dia juga harus percaya, pak marko juga terlihat bukan seperti orang yang kurang ajar pikirnya, dan dia perlahan mulai tenang. pak marko juga yang sedang mengendarai mobil terlihat tenang.
"nona tiya sudah sarapan?" tanya marko berusaha mencairkan suasana setelah mereka sebelumnya hanya diam saja.
"sudah pak.. saya terbiasa sarapan dulu sebelum jalan"
"oh.. kalau begitu untuk sarapan saya, kita membeli di take away aja.." kata marko dan bersiap menepi ke sebuah restoran yang berada didekat kantornya.
saat kembali marko membawa dua kotak tempat sarapan, dan meletakkan di tempat duduk di belakang mereka. Tiya filia ingin protes kenapa pak marko masih membeli dua kotak bukankah dia telah menolak untuk sarapan tadi.
"nona tiya yakin tak ingin sarapan lagi?"
"iya pak nggak usah.."
"oh ok.." kata marko dan dia kembali ke depan kemudi dan mulai mengendarai mobilnya lagi. Suasana didalam mobil kembali diam, tapi walau seperti itu tiya filia tampak lebih tenang. dan kira-kira setelah hampir setengah jam, mereka memasuki kompleks tempat apartemen mewah. DEG jantung tiya filia kembali berdetak kencang.
"kenapa ke sini pak?" tanya Tiya filia sedikit panik.
"ayo turun nona Tiya, disini kita hanya mampir sebentar, skalian aku mau sarapan dulu disini" kata marko cuek setelah dia memarkirkan mobilnya dia langsung turun dari mobil dan mengambil dua bungkus sarapan yang telah dibeli sebelumnya. dengan ragu Tiya filia mengikutinya.
"pak marko boleh saya nggak ikut naik?" tanya tiya filia ragu. marko berhenti dan menatap Tiya filia lembut.
"jangan kwatir nona tiya.. saya laki-laki baik-baik. disini kita hanya menemui teman saya, dan juga saya harus sarapan kan.. kita nggak akan melalukan hal buruk, percayalah.." kata marko kembali meyakinkan tiya filia, tiya filia sebenarnya takut karna dari postur tubuh dia yang berukuran tubuh dengan tinggi 158 cm dan berat 47 kg terlalu kecil dibanding ukuran badan marko yang mempunyai tinggi kira-kira 180-an.
"jangan kwatir nona tiya.. saya punya keluarga dan juga punya harga diri serta nama baik yang harus ku jaga.." kata marko meyakinkan.
"maafkan saya pak kalau sedikit takut.." kata tiya filia pelan, marko hampir tertawa karna tadi yang dia lihat bukan sedikit takut, tapi terlalu takut.