webnovel

berawal

Aku memiliki seorang suami yang berasal dari keluarga sederhana, begitupun keluarga ku adalah keluarga yang sederhana. Setelah menikah banyak yang ku lalui terasa sangat sulit karena kami menikah dengan tidak direstui oleh ayahku. Setahun pernikahan, kami memiliki seorang putra dan keluarga kecilku belum dapat diterima oleh ayahku. Sempat terpikir olehku, mungkin keluarga kecilku tidak diakui karena hidup kami pas pasan. Ingin aku pulang kerumah orang tua dengan membawa suami serta buah hati kami. Beribu ribu sudah aku berpikir untuk melakukan itu. Sampai suatu ketika aku merasa harus pulang dengan menerima semua konsekuensi. Hari itu aku datang kerumah orang tuaku bersama suami dan sikecil. Ibu serta saudara menyambut kami dengan haru, karena melihat aku pulang dengan menggendong seorang bayi yang baru berusia 3 bulan. Aku merasa diterima dan sangat bahagia ketika itu. Terdengar suara pagar rumah terbuka dan suasana menjadi hening. Ayahku datang dan mengusir keluarga kecilku. Tanganku ditarik keluar rumah, suamiku menggendong anak kami yang masih bayi. Dalam keadaan bingung aku bergegas pulang. Dalam hati bertanya tanya, apa yang aku rasakan saat ini. Air mata tidak setetes pun jatuh, aku berkata pada suamiku "aku tidak bersedih karena diusir, aku tidak marah karena diusir justru aku bingung apa yang ada didalam hati dan pikiranku". Saat itu aku sudah siap untuk menerima semua konsekuensi dari ayahku. Sampai dikontrakan semua saudara mengirimiku pesan untuk bersabar dan jangan bersedih. Keesokan hari aku menjalani hidup seperti biasa dengan suami pergi bekerja dan aku dirumah mengurus rumah dan anak kami. Ibuku selalu menanyakan kabar melalui pesan singkat. Saudara yang telah mengetahui bahwa aku sudah menikah, memberikan dukungan. Aku berpikir untuk tidak memikirkan perlakuan ayah kepada keluarga ku. Pendapatan suamiku hanya pas pas an untuk membayar kontrakan dan makan sehari hari membuat aku memilih untuk bekerja. Aku mulai bekerja ketika sikecil berusia 6 bulan. Dengan harapan untuk memperbaiki ekonomi rumah tangga. Si kecil aku titipkan dengan pengasuh yang masih ada hubungan saudara dengan suamiku. Hari berganti bulan ke bulan tidak terasa sikecil yang kuberi nama zayn sudah berusia 2 tahun dan aku masih bekerja. Kehidupan keluarga ku semakin membaik. Hubunganku dengan saudaraku pun semakin membaik tapi tidak dengan ayahku. Kesibukan yang aku dan suamiku jalani membuat kami tidak berpikir untuk membuat kami diterima oleh ayahku. Seolah olah semua baik baik saja, dengan begitu kami merasakan akan baik baik saja. Sampai lah aku pada kehamilan anak kedua. Ketika Zayn berusia 3 tahun aku mengandung adiknya dan mau tidak mau aku resign dari perusahaan tempatku bekerja. Kehamilan anak kedua yang sangat membuatku tidak nyaman. Aku diharuskan untuk dirawat di rumah sakit ketika usia kandunganku menginjak 4 minggu. Berat badanku turun drastis. Suami dan saudara yang lain mulai cemas dan selalu mendukung.Malam itu aku dibawa kerumah sakit ibu dan anak dengan sepeda motor. Masuk UGD dan langsung dipasang selang infus. Aku sudah tidak merasakan sakit nya jarum suntik. Kemudian aku dibawa masuk kamar VIP oleh perawat karena kamar dirumah sakit penuh , hanya kamar VIP yang tersedia. Suamiku menemani dirumah sakit dengan mengabaikan pekerjaannya. Dua hari berlalu aku sudah merasa lebih baik untuk pulang. Siang hari sampai dirumah keringat bercucuran, kaki gemetar, rasa mual semakin menjadi. Aku bergegas masuk kedalam kamar untuk beristirahat. Tapi hal itu tidak bertahan lama , malam hari aku diharuskan untuk kembali dirawat dirumah sakit. Suamiku sudah berhari hari mengabaikan pekerjaannya hanya untuk menemani dan mengurus segala keperluan aku dan Zayn. Untungnya rekan kerja suamiku memaklumi dan mengerti keadaan kami.