webnovel

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · ย้อนยุค
Not enough ratings
228 Chs

Takut Kepada Allah Tidak Akan Menyakitiku.

Keduanya berjalan bersama ke tempat wudlu. Setelah itu berpisah, karena beda kamar mandi antara pria dan wanita. Dan kembali bertemu untuk solat jama'ah. Inilah kali pertamananya Ainun menjadi makmum dari suaminya.

Sofil pun masih belum melihat wajah Ainun. Karena di tempat umum Ainun hanya melepas di tempat whudlu lalu kembali memakai cadarnya.

Setelah shalat dhuhur keduanya tetap menanti bis. Sofil berjalan dan bertanya. Karena tempatnya menunggu tadi rame dan sekarang sepi.

Dia melihati jalanan yang teramat sepi. Dan langitpun semakin gelap karena mendung. Namun tetap tidak terlihat, dengan wajah kusut dia menghampiri Ainun.

Keduanya duduk bersama.

"Kamu lapar? Aku tadi tanya seseorang. Katanya bisnya baru saja lewat. Kita terlambat, karena shalat."

"Tidak papa. Di nikmati saja, mari makan, pasti Mas lapar." Ainun sama sekali tidak mengeluh dia mengeluarkan roti dari ranselnya.

Sofil memperhatikan kaki Ainun yang mulai bengkak.

"Afwan."

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com