webnovel

Kisah Kehidupan Wawan

Series pertama dari Series "Kehidupan Realita" Part 1 SMP Story. Wawan merupakan Anak indigo yang kocak akan kehidupannya, yang dilahirkan dari keluarga biasa saja. Wawan memiliki berbagai macam sifat Dari mulai konyol, iseng, jahil, dan keinginantahuan yang luar biasa atau biasa disebut dengan istilah kepo. Selain kepo Wawan juga mempunyai sifat ngeselin dan suka ngeluh. Wawan merupakan anak yang terbilang pintar di akademik sekolahnya, tepatnya di SMP-nya. Dikarenakan memiliki dua teman goib sehingga dia bisa mendapatkan juara ke-8 di SMPnya. Bagaimana kisah kehidupannya keseharian si Wawan??? dan Bagaimana Wawan dan kedua teman goibnya bisa kerjasama di olimpiade di waktu SMP?

Alvin_Nardo_1598 · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
25 Chs

Mulainya Materi Pertama

Sesampainya aku di sekolah, aku langsung bergegas menuju ke lantai dua dan mencari kelasku. Setelah aku sampai di sana, aku langsung mencari kelas VII-7 berdasarkan plang kelas yang berada di atas pintu masuk kelas. Dengan susah payah, aku melihat semua plang kelas secara menyeluruh. Akhirnya, aku bisa menemukan kelasku. Sewaktu aku memasuki kelas VII-7, aku pun terkejut karena tidak ada satupun siswa atau siswi yang berada di dalam kelas. Padahal... waktu mulainya MOS sekolah, murid-murid pada berdatangan pukul 06.45 pagi. Akan tetapi, hari ini kok berbeda. Karena bingung melihat kelas yang masih kosong, aku pun langsung melihat jam tanganku. Untuk memastikan jam berapa sekarang. Ketika aku melihat ke arah jam tanganku, aku pun kaget. Ternyata masih jam 06.30 pagi. Karena masih begitu pagi dan masih belum ada murid di dalam kelas, dengan terpaksa aku pun turun ke lantai bawah untuk menikmati jajanan di kantin, sambil menunggu murid-murid lainnya datang.

Setibanya di kantin, aku langsung kecewa. Ternyata, kantin sekolah masih belum buka sama sekali. Biasanya jam setengah tujuh pagi, kantinnya sudah buka. Akan tetapi, kenapa hari ini berbeda. Melihat kantin sekolah yang masih belum buka, akhirnya aku pun kembali lagi ke dalam kelas.

---07.00 A.M.---

Jam sudah mulai menunjukkan pukul tujuh pagi. Tak terasa satu persatu murid yang lainnya mulai berdatangan dan akhirnya kelas pun dimulai-

****

Pada saat aku sedang mempersiapkan alat tulis serta buku tulis, untuk keperluan mencatat materi sekolah. Tak lama setelah itu, datanglah seorang wanita paruh baya dengan seragam dinas berjalan memasuki kelasku. Setelah ia memasuki kelas, ia pun langsung menuju ke meja guru dan menaruh barangnya di atas sana. Kemudian ia pun berjalan kembali ke depan kelas.

Ia pun menyapa para murid kelas VII-7.

"Selamat pagi, murid-murid sekalian!" sapa wanita paruh baya kepada seluruh murid kelas VII-7.

"Selamat pagi, Bu," sahut murid kelas VII-7.

"Saya Bu Mirna. Guru PPKN kalian, sekaligus sebagai wali kelas dari kelas VII-7."

"Pada kesempatan kali ini, Saya tidak akan mengajar materi PPKN. Akan tetapi, saya ingin kalian untuk mengeluarkan kertas selembar dari buku kalian. Hari ini kita ujian harian."

Mendengar perkataan Bu Mirna, sontak para murid di kelas VII-7 pun kaget. Karena di hari pertama masuk sekolah, sudah melakukan ujian harian. Setelah mendengar perkataan dari Bu Mirna, tiba-tiba salah satu murid dari kelasku mengangkat tangannya. Untuk mengajukan keberatannya kepada Bu Mirna.

"Mohon maaf, Bu, kami belum mempelajari materinya, Bu. Dan juga, kami belum mendapatkan buku PPKN-nya, Bu," ucap salah satu murid kelas VII-7.

Mendengar adanya keberatan dari salah satu murid kelasku, Bu Mirna langsung marah, karena ada yang membantah perkataannya.

"JANGAN BANTAH APA YANG SAYA BILANG!!! KELUARKAN SAJA KERTAS SELEMBAR, SEKARANG!!"

Melihat Bu Mirna yang marah karena keberatan dengan yang dilakukan oleh salah satu murid di kelasku, akhirnya salah satu murid yang mengajukan keberatan tadi langsung duduk ketakutan.

"B-baik, Bu," ucap salah satu murid di kelasku.

Dengan terpaksa kami mengikuti ulangan harian yang dilakukan secara mendadak. Ditambah dengan kita yang belum mengetahui materi PPKN dan belum mengenal sifat dan tabiat Bu Mirna. Para murid di kelasku pun dengan terpaksa menuruti perkataan Bu Mirna.

Setelah mengeluarkan selembar kertas dari buku tulis. Bu Mirna langsung membacakan soal ulangan harian PPKN dari buku materi PPKN yang dia bawa di dalam tasnya.

"Baiklah, Ibu akan membacakan soal ulangannya. Soalnya terdiri dari lima pertanyaan dan beranak. Dikerjakan sepuluh menit, tulis pertanyaannya di kertas selembar, dan jangan MENYONTEK!!"

"Baik, Bu." Sahut murid kelas VII-7.

"Bagus!! Pertanyaan pertama bagian A. 'Konsep pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya, serta menentukan sikap dasar untuk mengelolanya merupakan pengertian ideologi menurut', siapa?" ucap Bu Mirna seraya mendiktekan soal PPKN.

"Kemudian, pertanyaan pertama bagian B. 'Apa yang dimaksud dengan ideologi secara umum'."

Para murid menulis dengan cepat diktean dari Bu Mirna, dan Bu Mirna menunggu sebentar untuk segera membacakan pertanyaan selanjutnya.

"Berikutnya, pertanyaan kedua bagian A. 'Apa yang dimaksud dengan ideologi menurut Karl Max'. Ayo tulis!" Ucap Bu Mirna seraya menyuruh para murid untuk menulis kembali.

Para murid di kelasku menulis kembali soal ujiannya, tanpa sekata pun.

Setelah melihat Para murid menulis kembali, Bu Mirna melanjutkan pertanyaan selanjutnya.

"Pertanyaan selanjutnya, 'Sebutkan dan jelaskan empat bentuk kebebasan berekspresi menurut undang-undang nomor 9 tahun 1998'."

"Untuk pertanyaan nomor empat. 'Apa yang dimaksud dengan diskriminasi menurut sila kedua Pancasila'." Ucap Bu Mirna seraya mengganti halaman buku PPKN.

Saat para murid kelas VII-7 sedang menulis pertanyaan soal ujian harian dari Bu Mirna. tiba-tiba, ada salah satu murid yang lain mengangkat tangannya untuk menanyakan pertanyaan dari nomor 4. "Em... m-mohon maaf, Bu. Untuk pertanyaan nomor 4 itu apa ya, Bu?" tanyanya dengan perasaan takut.

Usai mendengar pertanyaan dari murid tersebut. Bu Mirna langsung marah serta mengeluarkan suara lantangnya.

"KAMU INI BUDEK ATAU TULI YA? TANYA SAMA TEMANMU!"

Merasa takut akan diomeli oleh Bu Mirna, sontak murid tersebut langsung duduk.

"B-baik, Bu."

Setelah mengomeli murid tersebut, Bu Mirna melanjutkan kembali membaca soalnya.

"Oke, saya lanjutkan lagi! Pertanyaan terakhir. 'Sebutkan dan jelaskan macam-macam norma yang berlaku dalam masyarakat beserta sanksinya'. Langsung dikerjakan sekarang!!!" ucap Bu Mirna seraya mengakhiri dikteannya.

Para murid langsung mengalihkan pandangan pada kertas ulangan mereka, seusai membaca soal ujian dari Bu Mirna.

Sewaktu mengerjakan ulangan harian, murid-murid kelas VII-7 terlihat kewalahan mengerjakan ulangan harian tersebut. Aku pun merasa kasihan, karena mereka tidak sepertiku. Yang bisa bekerjasama dengan "teman goib" untuk mengerjakan ulangan harian secara mendadak. Apalagi gak dikasih materi kayak gini. Jadi, yah... pasti bakalan kewalahan.

"Pon, nomor 1 ini apaan jawabannya?" tanyaku kepada Ponci.

"Em... gatau dech eikee, udah lupa semua pelajaran PPKN," jawabnya dengan muka kebingungan saat melihat soal ujian PPKN-ku.

Karena Ponci tidak tahu jawaban nomor satu, akupun menanyakan kepada Kunti.

"Kalau kamu, Kun, gimana? Kamu bisa ngejawab nomor satu ini?"

"Oh... kalau ini aku tahu jawabannya, yang bagian A itu 'Soejanto Poespowardoyo', Wan."

Melihat Kunti yang bisa menjawab pertanyaan nomor satu, akupun langsung menanyakan pertanyaan selanjutnya.

"Wih, mantapp. Terus, nomor satu bagian B-nya??" lanjut tanyaku.

"Kalau yang bagian B. 'Ideologi adalah seperangkat ide atau keyakinan yang menentukan cara pandang seseorang untuk mencapai tujuan dengan berdasar kepada pengetahuan.' Gitu, Wan." Jawab Kunti sembari berpikir.

Aku merasa semakin yakin karena Kunti bisa menjawab pertanyaan yang aku sebutkan. Lantas, aku pun bertanya lagi. "Wih, terus nomor dua?"

"Kalau nomor dua bagian A. 'Ideologi menurut Karl Max itu alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat', Wan."

"Wihhh, terus-terus. Nomor tiga apa, Kun?" tanyaku dengan perasaan kagum kepada Kunti.

"Kalau nomor tiga. 'Unjuk rasa, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas. Kalau Unjuk rasa itu kegiatan yang dilakukan seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran atau kebebasan dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif di muka umum, kalau pawai... cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum, kalau rapat umum... pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema tertentu, kalau Mimbar... bebas kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dilakukan secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu', Wan." Jawabnya.

"Terus, kalau nomor empat?" tanyaku sambil bersiap-siap untuk menulis jawaban selanjutnya.

"Kalau nomor empat. 'Diskriminasi, perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial', Wan." Jawabnya lagi.

Pada saat aku sedang mengerjakan ulangan harian dengan "sedikit" bantuan oleh Kunti. Tiba-tiba Bu Mirna memberikan pengumuman sisa waktu pengerjaan ulangan harian...

"Waktu tersisa tinggal dua menit lagi!"

"Selesai atau tidak selesai, segera dikumpulkan!" sambung Bu Mirna.

Dengan waktu diberikan oleh Bu Mirna yang begitu singkat, para murid di kelasku langsung panik. Akan tetapi, untungnya aku sudah hampir selesai. Jadinya, aku gak terlalu panik dengan sisa waktunya.

"Terus terakhir nih nomor lima?"

"Kalau, nomor terakhir. 'Norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum. Kalau norma agama itu bersumber dari sumber agama, jadinya sanksi bila melanggar itu mendapatkan dosa dan dihukum oleh masyarakat dicap sebagai pendosa. Kalau norma kesopanan itu bersumber adat, yang dimana sanksinya itu orang tidak sopan atau beradatlah. Kalau norma kesusilaan sumber agama dan adat, kalau sanksinya berdosa dan dijauhkan dari pergaulan. Kalau norma hukum, bersumber dari hukum negara. Yang dimana sanksinya mendapatkan hukuman yang sesuai dengan hukum yang berlaku', Wan," ucap Kunti.

Setelah Kunti memberikan jawaban soal ujianku. Kemudian Kunti pun bertanya kepadaku, untuk memastikan diriku sudah selesai atau belum. "Udah selesai, Wan, ulangannya?"

"Udah, Kun. Thanks ya, udah nolongin." Ucapku seraya merapikan alat tulis.

Heran dengan jawaban dari Kunti. Aku pun, bertanya kepada Kunti. Dari mana dia bisa menjawab pertanyaan dari soal PPKN. Masalahnya, seingatku kalau ada manusia meninggal, apalagi sudah lama kayak Kunti, pastinya dia tidak mengingat memori di pikirannya. Kecuali, mereka diingatkan kembali dengan cara mengingat masa lalunya serta ingatan terakhirnya semasa jadi manusia. Karena keheranan itu, membuatku menjadi penasaran.

"Kun, kok kamu tau sih jawabannya? Padahal PPKN kan pelajaran lama buat kamu?"

"Ohh... itu. Aku lihat jawabannya dari orang itu." Ucap Kunti sembari menunjuk ke arah seseorang.

Aku melihat Kunti menunjuk dari mana dia mendapat jawaban. Aku langsung melongo. Ternyata, selama dia memberikan jawabannya Alvan kepadaku. Aku pun pasrah melihat kelakuan dia.

"Kunti~" ucapku dengan lesu.

"Ya elah biasa aja napa, Wan. Soalnya aku liat dari teman kelasmu secara keseluruhan, cuman dia aja yang bisa ngerjain soal PPKN dengan tenang." Ucap Kunti menghiburku.

"Ha-ah, kamu ini Kun, Kun."

"Hehehehe, maaap." Ucap Kunti seraya tersenyum kecil.

Aku pun langsung bersiap-bersiap berjalan menuju ke meja Guru. "Iya udahlah, aku mau ngasih ini ke Bu Mirna. Bentar ya..."

"Oke, Wan."

Setelah aku sudah menaruh kertas ujian harian ke meja guru. Bu Mirna mengumumkan kembali sisa waktu pengerjaan ujian harian...

"Waktu tersisa tinggal satu menit lagi, ini baru ada dua orang yang baru mengumpulkan ujian hariannya. Mana yang lain?" ucap Bu Mirna seraya merapikan kertas ujian harian.

Murid yang belum menyelesaikan soal ujiannya langsung panik, setelah mendengar sisa waktu pengerjaan tinggal satu menit lagi. Kemudian murid yang belum menyelesaikan soal ujiannya langsung minta tambahan waktu ke Bu Mirna.

"Bentar Bu!! Sebentar lagi selesai!!" jawab para murid yang belum mengumpulkan ujian hariannya.

Dengan tidak sabar dan waktu sudah habis untuk pengerjaan ujian harian. Bu Mirna pun menarik kertas ujian mereka masing-masing secara paksa. Selesai atau pun yang tidak selesai.

"Ampun deh. saya ambil deh ujiannya," ucap Bu Mirna sembari berdiri dan menuju ke para murid yang belum selesai mengerjakan serta mengambil kertas ujiannya satu persatu.

Sehabis Bu Mirna menarik kertas ujian secara paksa dari murid yang belum selesai menulis jawabannya sampai akhir. Bu Mirna menuju ke meja guru untuk membereskan barang-barangnya sekaligus menutup pembelajaran PPKN.

"Baik anak-anak, untuk hari ini cukup sekian. Terima kasih semuanya," ucap Bu Mirna mengakhiri pembelajaran PPKN seraya berjalan meninggalkan kelas.

"Terima kasih, Bu..." ucap murid kelas VII-7 dengan lemesnya.

Setelah Bu Mirna mengakhiri pembelajaran PPKN serta meninggalkan kelasku. Akhirnya pelajaran PPKN yang diajarkan Bu Mirna pun selesai.