POV Bukan Awal Mula Permusuhan
"Akhirnya kau kemari juga, Luthor," kata salah satu anggota kepolisian itu melihat ada yang datang masuk ke kantor mereka.
Seorang pria dewasa, rambut, dan alis yang putih dan juga mata biru kristal yang tidak lain lagi di miliki oleh Luthor.
"Sudah lama sekali tidak bertemu," tambah orang tadi yang mendekat pada Luthor.
". . . Aku ingin langsung saja,"
"Hei tunggu, kudengar, kau sudah punya putri, dimana istri mu?" tatap nya dengan basa basi membuat Luthor terdiam dan menjawab. "Dia mati, ketika melahirkan putri ku."
"Oh, begitukah, aku menyesal bertanya.... Tapi, tinggal cari yang baru lagi kalau begitu."
". . . Kau pikir mudah mencari nya?" Luthor langsung melirik.
"Aku hanya bercanda."
". . . Aku bilang, langsung saja intinya, kenapa harus aku perjelas dua kali?!" Luthor menatap tajam, dia benar benar tegas dan penuh dengan amarah membuat pria polisi tadi terdiam.
"Ehem, begini... Soal aku memanggil mu, aku ingin kau menghentikan Chandra... Dia sudah sangat menguasai banyak gangster tapi dia tak mau menyerahkan satu pun anggota nya pada kepolisian, dia mengatakan bahwa dia ingin memegang mereka dan bertanggung jawab, tapi tetap saja, kami khawatir akan adanya kasus gangster yang muncul lagi."
". . . Jika dia bisa bertanggung jawab, untuk apa harus khawatir?"
"Kau harus tahu sikap dari orang itu, kudengar dia yang tidak memiliki pengawasan sejak lahir, akan membalas dendam pada kebahagiaan orang lain."
". . . Kalau begitu, aku bisa mengatasi nya... Orang itu memang dari kecil tidak mendapatkan cinta apapun bahkan dari orang tua nya sendiri..."
"Bagaimana cara mu, mengatasi nya nantinya? Kalian akan bertarung?"
". . . Sebenarnya, dalam kasus ini, aku sangat kecewa jika aku harus kehilangan istri ku, dan lagi karena aku dan Chandra adalah dua orang yang harus ditakdirkan memiliki kepunyaan yang sama, aku ingin membunuh wanita yang di dekat nya," kata Luthor.
"Bukankah itu terlalu kejam, kenapa kau begitu membenci nya? Apalagi kau harus membunuh pasangan nya, perempuan nya itu tercatat dalam daftar perempuan paling aman bersama dengan nya."
"Yeah aku tahu itu, alasan ku lebih membunuh pasangan nya duluan, karena dia selalu menganggap enteng sebuah masalah dengan senyuman yang sangat meremehkan, aku sangat kesal melihat itu, aku harap dia menangis dan berteriak kesal di saat yang sama agar dia tidak menggunakan nada sombong nya untuk bercanda.... Aku tak suka orang yang tidak serius."
"Hanya karena itu, kau mau membalas dendam? Sebaiknya jangan lakukan itu."
"Aku tidak peduli, dari awal dia sudah menjadi musuh pertama ku, dan aku harap, putri ku bisa memiliki sifat sama dengan ku, jika aku gagal membuat nya mati, putri ku yang akan melakukan nya," kata Luthor lalu dia berjalan pergi membuat pria tadi terdiam.
"(Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka sama sama menggunakan Ego yang salah.... Apa yang harus dilakukan jika dia memusnahkan sebuah hal yang membuat takdir audha melekat pada Chandra, jika dia melakukan hal itu.... Pastinya akan tambah buruk apalagi sifat Luthor yang begitu membenci, putri nya pasti juga sama dengan nya,)" pikirnya, di sisi itu memang sungguh berbahaya karena mereka benar benar merancang rencana tanpa di ketahui Chandra seorang yang bahkan sudah menikmati bertahun tahun menguasai banyak gangster.
--
"Selama ini... Tak ada yang suka padaku," pikir seseorang yang rupanya itu Chandra, dia duduk di atas balkon gedung menatap langit malam. "(Dari kecil, aku bukan siapa siapa... Aku tak punya orang tua, mencari makan sendiri, menjadi gelandangan hingga membuat tubuh ku mampu bekerja keras mencari uang sambilan lalu masuk kampus dengan bantuan pemerintah... Tapi tetap saja aku tidak akan mau membalas baik pada pemerintah... Karena aku tak pernah berharap bisa berbaur dengan banyak orang. Lingkungan membuat dan menjadikan ku sebagai seorang yang buruk, tak mendapat apapun, tapi aku beruntung. Mungkin aku harus berterima kasih pada takdir sekarang,)" ia tersenyum kecil.
Lalu ada yang memanggil. "Tuan Chandra..."
Chandra menoleh. "Hei, kenapa ke atas?" Chandra menatap, rupanya itu adalah Cassa- Luna, dia berjalan mendekat lalu duduk dengan baik di samping Chandra.
"Bagaimana dengan keadaan mu? Kau baru saja melahirkan," tatap Chandra.
"Aku baik baik saja, tidak terasa sudah ada satu tahun kita bersama."
"Haha, itu karena ini bukan cerita milik kita... Dan juga, aku sudah lama ingin bilang, terima kasih sudah memberikan ku bayi lelaki," kata Chandra.
"Ah, tentu.... Apa anda suka bayi?"
"Aku suka bayi, kecuali bukan dari buatan ku sendiri, maksud ku, aku lebih suka bayi yang aku buat.... Itu meneruskan darah keturunan ku, tak hanya itu saja, mereka imut dan manis..... Lucu sekali, aku harap dia memiliki sikap yang berbeda dari ku yang keras kepala ini."
"Itu tidak benar, anda sangat baik.... Anda benar benar menyanyangi ku..."
"Itu karena kau juga sama... Kau menerima sikap keras ku, maafkan aku jika selama ini aku juga sering membuat mu takut."
"Anda benar benar pria yang baik.... Tapi, bisa aku minta satu hal?" Casa-Luna menatap.
"Apa itu?"
Tapi dia terdiam sebentar, wajahnya ragu hingga ia benar benar bicara. ". . . Hentikan semua ini..." kata Cassa-Luna membuat Chandra seketika terdiam mendengar hal itu. Suasana juga bahkan ikut diam karena kalimat itu.
"Apa... Maksud m-
"Ini akan menimbulkan sebuah bahaya untuk mu dan juga kita... Aku dengar, mereka membicarakan bahwa sebentar lagi ataupun tidak lama lagi, hukum akan membuat kita dalam bahaya.... Jadi, bisa kah Tuan Chandra menghenti-
"Tidak bisa, ini adalah kuasa ku, aku suka menjadi pemimpin, memang nya kenapa jika harus takut pada hukum, selama ini mereka juga tidak bisa melawan..." balas Chandra dengan menganggap itu enteng membuat Cassa-Luna terdiam khawatir.
Beberapa hari kemudian, Cassa-Luna ada di rumah, dia menatap bayi di ranjang bayi. "Hei, kenapa kamu diam saja.... Halo.... Unyu sekali, kamu bahkan mirip dengan Tuan Chandra," ia menatap manis pada bayi nya, bayi itu tampak diam dengan tatapan kosong. Siapa sangka, itu adalah Alandra, putra dari Chandra.
"Kemarilah, kau bayi paling penurut sekali..." Cassa menggendong bayi nya, tapi siapa sangka. Tiba tiba saja kaca di dekatnya pecah membuat nya terkejut berteriak. "Ahhh!!"
Lalu muncul seseorang masuk begitu saja di sana.
"Apa, siapa?!! Di sini tak ada orang!! Tuan Chandra sedang menemui bawahan nya di jalanan...." Cassa Luna menatap gemetar.
Siapa sangka, itu adalah Luthor, dia langsung menodongkan pistol pada Cassa Luna. "(Aku baru tahu dia punya keluarga yang bahagia di tengah menjadi penjahat yang buas. Sekarang sebelum terlambat, aku harus membunuh bayi itu, keturunan Chandra tidak akan bisa mengubah dunia, dia hanya akan sama dengan ayah nya yang buas,)" tatap Luthor.
"Tunggu!! Siapa kau... Kenapa langsung masuk!!?"
"Tak perlu tahu siapa aku.... Cepat serahkan bayi itu!!!" Luthor berteriak membuat Cassa Luna benar benar ketakutan gemetar memegang bayi nya.
"Ini bayi ku!! Aku melahirkan nya sendiri dengan susah payah, selama ini aku belum pernah menemukan seseorang yang baik seperti Tuan Chandra!! Kenapa kau mengatakan dia buruk di depan ku!! Dia adalah pria yang baik dan aku ingin membalas memberikan bayi ini padanya!! Jangan harap kau bisa membunuh nya!!" teriak Cassa luna membuat Luthor terdiam.
"Baik kata mu? Pria itu tidak memiliki kasih sayang sejak kecil, pria itu hanyalah orang yang menyalahkan sumber kehidupan nya untuk balas dendam hanya karena dia tak memiliki kasih sayang sejak kecil."
"Siapa bilang begitu, hingga nyata nya, dia berhasil memberikan cinta yang baik padaku, aku menganggap nya baik!! Tak peduli dia orang seperti apa, aku menganggap nya baik...." tambah Cassa Luna membuat Luthor semakin kesal.
"(. . . Cih, beruntung sekali, mendapatkan perempuan yang menilai dirinya baik padahal itu sebaliknya...) Kalau begitu, aku berikan pilihan, berikan bayi itu atau kau mati," Luthor masih menodongkan pistol itu membuat Cassa Luna gemetar. "Tuan Chandra, aku mohon, tolonglah aku...."
Sementara itu Chandra tertawa sambil mengobrol di pojokan gang bersama beberapa bawahan nya.
"Benar benar payah, memang nya hukum mau apa? Sekarang aku bisa menunjukan bahwa dirinya ku berkuasa...." kata Chandra.
"Itu memang benar, hukum payah," balas beberapa.
Tapi ada yang mengatakan sesuatu. "Hei ketua, kau tidak melihat istri mu sekarang? Bukankah biasanya bayi yang baru lahir itu rewel, pastinya dia butuh kau," kata salah satu dari mereka yang bahkan kebetulan mengatakan hal itu.
"Hm, benar juga... Aku akan pergi kalau begitu," Chandra melempar rokok nya lalu berjalan pergi.
Tapi, karena dia terlalu santai, waktu yang luang menjadi sedikit dan habis, Cassa terpaksa mengatakan kalimat menjawab pada Luthor. "Tuan Chandra, suka pada bayi...." ia mencoba tenang lalu meletakan bayi itu yang bahkan masih diam saja di ranjang bayi, sebelumnya mencium kening bayi itu.
"Aku... Tolong bunuh aku, dan... Jauhi bayi nya."
"Kenapa alasan mu mengatakan itu?" Luthor menatap.
". . . Aku harap, bayi itu menjadi pengganti ku, dia di sayangi oleh Tuan Chandra dan aku harap, dia bisa memberitahu Tuan Chandra untuk berhenti melakukan kegiatan nya agar tidak terjadi hal seperti ini lagi..."
"Diterima," Luthor langsung menarik perlatuk nya dan suara tembakan keras muncul lalu bayi yang bahkan dari tadi diam, dia menjadi menangis sungguh sangat keras.
Jika bukan menembak, apalagi, Luthor benar benar dengan kejam melakukan itu pada kebahagiaan Chandra, tak ada ampun sama sekali.
"(Aku tidak suka padanya dari awal dan aku iri jika dia memiliki hidup yang bahagia sementara aku, sudah susah susah mencari wanita tapi ujung nya dia mati hanya karena melahirkan bayi.... Sampai saat ini, aku tak akan pernah memaafkan bayi yang lahir itu, aku tak pernah mau melihat nya senang.... Bayi yang hanya membuat wanita ku mati... Jika dia mati, maka wanita Chandra juga harus mati....)"