"Benarkah tidak apa-apa?" Jian Xi menatap Bo Xiunian dengan mata yang berbinar. Lalu seperti memikirkan sesuatu, kemudian dia kembali mengerutkan bibirnya, "Bibi berkata bahwa aku hanya bisa makan es krim seminggu sekali, dia pasti tidak akan memperbolehkanku."
Dia mengeluh dengan ucapan yang lembut.
Bo Xiunian tidak menyukai anak-anak, tetapi dia tidak tahan melihat keluhan gadis kecil yang imut ini, lalu dia membungkuk dan berbisik pelan, "Kalau begitu Paman akan membelikanmu secara diam-diam, jangan biarkan Bibi tahu."
Jian Xi mengangguk dengan imutnya. Dia menunjuk ke arah toko es krim di seberang restoran, "Ayo beli es krim di sana!"
Bo Xiunian tersenyum. Dia mengacungkan tangan untuk memanggil pelayan, dan menyuruhnya pergi ke toko seberang.
Setelah beberapa saat, pelayan kembali dengan membawa es krim. Jian Xi menatap bola es krim yang besar rasa stroberi membuat gadis kecil ini tertegun. Seketika dia menoleh dan mencium Bo Xiunian.
"Paman benar-benar baik! Terima kasih..."
Ciuman lembut itu membuat Bo Xiunian terpana, dan kemudian dia tersenyum, senyumannya seindah bunga yang bermekaran pada musim semi menyebar di wajahnya. Dia mengulurkan tangan dan memegang Jian Xi yang tidak setinggi kakinya, lalu bertanya, "Gadis kecil, apa kamu tidak takut kalau aku sebenarnya adalah orang jahat?"
"Bagaimana bisa!" Jian Xi menjawab dengan manis, matanya melekuk membentuk bulan sabit, "Paman sangat tampan, tidak mungkin paman orang jahat, Adik Xi sangat yakin!"
Kalimat itu membuat Bo Xiunian tertawa geli.
Dengan usil Bo Xiunian mencubit hidung gadis kecil itu. Dia meluruskan tatapannya untuk menasehati gadis kecil itu, "Kamu tidak bisa hanya melihat dari penampilan saja. Banyak orang jahat yang penampilannya terlihat seperti orang baik. Kamu tidak boleh melakukan ini di masa depan. Ingatlah itu baik-baik!"
Jian Xi menghela nafas dan terkikik, "Paman terlihat sangat tampan! Dan juga, mata paman sangat indah, sama seperti mata kakakku, tetapi dia matanya berwarna hijau."
"Benarkah?" Bo Xiunian mengangkat alisnya.
Pada saat yang bersamaan, Jian Le datang menghampiri mereka.
Ketika dia melihat Jian Xi dipegang oleh seorang pria, dia segera mengangkat alisnya dan langsung berlari ke arahnya, "Lepaskan adikku, atau aku akan memukulmu!"
Bo Xiunian langsung menggenggam kepalan tangan bocah laki-laki itu dengan telapak tangannya. Saat mengarahkan pandangannya pada bocah laki-laki itu, dia baru menyadari bahwa anak itu adalah bocah kecil yang baru saja dia jumpai di kamar kecil,
"Ternyata itu adalah kau, bocah kecil."
Jian Le juga menyadari bahwa dia adalah Bo Xiunian, seketika alis kecilnya menegang.
"Aku tidak menyangka kau yang terlihat berwibawa ini ternyata memiliki pedofilia! Lepaskan dia, atau aku akan bertindak kasar!"
Bo Xiunian makin terheran-heran dengan tuduhan anak laki-laki ini. Tidak bisakah bocah ini berbicara dengan baik kepada Bo Xiunian?
"Kakak, Paman ini adalah orang yang baik. Dia tidak menggangguku!" Jian Xi mencoba membela Bo Xiunian. Dia bergumam dengan mulut kecilnya, "Kakak, jangan selalu melihat orang lain dengan pikiran yang berlebihan!"
"Diam!" Jian Le memelototinya, dengan cepat ia merebut Jian Xi dari dekapan Bo Xiunian, lalu memarahinya dengan dingin, "Kau ini bodoh, suatu saat kau bisa ditipu oleh orang lain!"
Mendengar ucapan dari mulut Jian Le, bibir Jian Xi mengerucut, dia pun merasa sangat sedih.
"Bisakah kau berbicara dengan baik?" Melihat cara Jian Le memberi komentar kepada Jian Xi, Bo Xiunian menjadi sangat kesal. Kemudian Bo Xiunian menariknya untuk mendekat, "Tidak adakah yang memberitahumu bahwa kau harus menyayangi adikmu? Percaya atau tidak kalau aku akan memukul bokongmu?"
Dengan nada dingin dan tegas Bo Xiunian berbicara kepada Jian Le, itu adalah gertakan untuk menakuti Jian Le. Sebaliknya, Jian Le menatap Bo Xiunian.
Dia sedang berpikir, Apakah pria ini sedang memberinya pelajaran?
"Tuan Bo, mobil Anda sudah dicuci dan sudah diantarkan ke sini." Pelayan yang tadi keluar untuk membeli es krim mendatanginya kemudian membungkuk hormat. "Beberapa kotak makanan ringan sudah dikemas dan diletakkan di kursi belakang mobil Anda." Lanjut pelayan itu.
Bo Xiunian bergumam dengan pelan, "Hmmm..."
Kemudian Bo Xiunian mengangkat tangannya untuk melihat arlojinya, karena tidak ada pilihan lain dia pun dengan tergesa-gesa melepaskan Jian Le.
Melihat Bo Xiunian bangkit untuk pergi, Jian Xi dengan cepat meraih celananya dan dengan sedih berkata, "Paman, apakah kau ingin pergi?"
"Sayang, paman sedang buru-buru. Paman harus pergi." Bo Xiunian menyentuh dan mengusap kepala Jian Xi yang kecil. Nada suaranya penuh dengan penyesalan.