webnovel

KIARA's

Sinopsis Pernikahan yang mewah serta tamu-tamu yang ramah dan calon suami yang sangat mencintai kita adalah pernikahan impian semua wanita. Tak terkecuali Kiara. Gadis berusia 20 tahun itu terpaksa menikah dengan pria dikarenakan terjebak demgan kenikmatan satu malam.  Takdir seolah-olah mempermainkan hidup Kiara, dimana pria yang harus menikahi dirinya ternyata calon suami sang sepupu dari perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka dulu.  Hal itu jadi Boomerang sendiri bagi Kiara, karena kejadian itu, keluarganya sangat membenci dirinya karena telah membuat aib keluarga dan malu terhadap keluarga pria itu. Begitupun dengan keluarga suaminya yang juga tidak menyukai dirinya karena menantu yang mereka inginkan adalah sepupu Kiara, bukan dirinya.  Titik terendahnya dilewati dengan sulit, dimana mental dan fisik jadi sasaran empuk mereka membuat Kiara jadi gadis pendiam dan tidak pede. Dirinya berkata:  "Give me a little happiness." 

Trivenny_Oktavia · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
15 Chs

013

Kiara tersenyum tipis melihat wajahnya banyak memar, dan lehernya banyak bekas warna kemerahan akibat Algi memghajarnya tadi. Pria itu menghajarnya dengan tidak manusiawi. Bisa Kiara katakan bahwa Algi memperkosa dirinya, karena pria itu hanya peduli dengan kepuasannya sendiri tanpa peduli dengan Kiara yang kesakitan. 

Melayangkan tamparan, jambakan, dan tonjokan ke tubuh Kiara. Ujung bibirnya robek, bekas darahnya sudah hilang karena wanita itu sudah mandi. Dan yang sialnya, dirinya benar-benar sudah tidak bisa kuliah. Beberapa menit lalu saat memeriksa ponsel, satu email masuk pemberitahuan bahwa dirinya sudah keluar dari kampusnya kuliah. Algi menarik data dirinya dari sana. 

Tidak ada harapan lagi, Kiara tidak tau harus melakukan apa. Algi terlihat sangat tidak menginginkan pernikahan mereka. 

Kakinya melangkah keluar dari kamar tamu itu. Niatnya ingin ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Karena pakaiannya yang saat ini melekat pada tubuhnya sangat kusut. Terlihat Kiara sangat kacau dengan wajah banyak bekas memar. 

Lihatlah, berjalan saja rasanya sangat ngilu. Namun sebisa mungkin Kiara memaksakan agar terlihat baik-baik saja. 

Saat di tangga, dirinya bertemu dengan Algi yang sudah terlihat rapi. Kiara tidak melihatnya sama sekali, wanita itu berjalan dengan cepat agar tidak bertemu dengan pria iblis itu. 

Bisakah Kiara menyebutnya dengan sebutan seperti itu?

Nyatanya memang seperti itu. 

Begitu tiba di kamarnya, tangisan yang Kiara tahan akhirnya luruh juga. Entah mengapa dirinya menyes dilahirkan kedunia ini. Lihatlah, saat di usia seperti ini dirinya dipaksa harus mengerti keadaan dan tidak banyak protes. 

"ALGI SIALAN!!!"

*****

Malam pun menyapa, Kiara menatap Mbak Lilis yang terlihat membawa dua tas ukuran sedang. Hal itu membuat Kiara bertanya-tanya ada apa. 

"Loh mbak, mau kemana?" cegah Kiara saat melihat wanita paruh baya itu akan melangkah pergi. 

"Nggak usah dijawab Bi." 

Kiara memutar tubuhny kearah belakang. Disana Algi berdiri dengan celana training miliknya membuat Kiara meneguk ludahnya dengan kasar. 

Bayangan saat pria itu menyiksanya tadi lagi masih tercetak jelas di benaknya. 

"Silahkan keluar Bi. Supir sudah menunggu."

Kiara hanya diam saja. Tidak banyak protes. Namun terlihat jelas dari tatapan wanita itu, sangat tidak rela pembantu itu pergi dari rumah ini. Pembantu itulah temannya sehari-hari. 

"Dan buat anda." 

Suara bass milik Algi membuat Kiara menatapnya. Hanya 2 detik, mata indah itu beralih menatap yang lain. 

"Mulai besok, seluruh pekerjaan rumah anda yang selesaikan." 

Kiara mendongak. Pekerjaan rumah? 

"T-tapi Al, ru--"

Plak!

"Panggil saya tuan." titahnya. 

Kiara menutup matanya menghalau rasa panas dan perih yang mengalir di kulit wajahnya. Tamparan Algi jelas sangat kuat, namun Kiara dapat menahannya. 

"Tapi Tuan, rumah ini sangat besar." lirih Kiara dengan pelan. 

"Saya tidak peduli. Dan bila kekasih saya datang, jangan coba-coba menyentuhnya. Panggil dia dengan sebutan Nyonya."

Kiara menunduk. Beginilah rasanya jadi istri yang tidak diharapkan? Dulu waktu remaja wanita itu sering menonton sinetron yang menayangkan seorang istri yang selalu mengalah karena mencintai pria yang berstatus suaminya itu. Namun Kiara sering mencibirnya. Dan kini, dirinya merasakan bagaimana yang dirasakan wanita yang berada di film itu. 

"Iya Tuan."

Algi beranjak dari tempatnya berdiri meninggalkan Kiara dengan segala luka di hatinya. Harapannya kemarin adalah, mungkin Algi dapat memberikannya sedikit kebahagiaan. Namun dirinya salah, ternyata hidup dengan pria itu jauh lebih pahit dibanding dengan Papanya. 

*****

"Silahkan dimakan tuan." 

Kiara menyodorkan satu piring nasi goreng. Algi meliriknya sejenak, lalu hanya diam saja dan meraih satu roti. Tangannya mengolesi roti itu dengan selai dan memakannya. 

"Tuan, saya sudah memasaknya. Tuan bisa mencici-"

"Jangan banyak protes. Hidupmu diciptakan hanya untuk mengalah. Jadi jangan banyak protes," sanggah Algi membuat Kiara tercenung. 

Hidupnya hanya diciptakan untuk mengalah?

Mungkin itu benar adanya. 

"Tuan-"

"Suaramu membuat saya emosi. Diam dan simpan suaramu bila tidak ingin saya merobek bibirmu."

Kiara menutup mulutnya tidak jadi berbicara. Tangannya meraih nasi goreng itu dan berniat duduk ke kursi sebelah Algi. Namun baru saja akan duduk, intrupsi dari tangan pria itu membuatnya membatalkan niat.

"Duduk di bawah. Jangan duduk di atas. Pembantu harus sopan sama majikannya."

Hati Kiara mencelos begitu saja. Sangat sakit rasanya. Bahkan dirinya dianggap pembantu oleh suaminya sendiri.

"Algi! Aku ini istri kamu! Bukan pembantu!"

Algi menghentikan kunyahan rotinya. "Enggak terima? Silahkan keluar dari rumah ini. Bahkan keluargamu saja tidak mengakui dirimu. Anda adalah sebuah kesalahan yang merugikan banyak orang."

Kiara menunduk. Kenapa kata-kata Algi sangat menusuk? 

"Diam dan turut. Sekali lagi anda protes, keluar dari rumah ini."

"Kita bisa mulai dari awal Al. Aku mau jadi kayak manapun yang kamu mau. Ayo kita mulai dari awal." bujuk Kiara lagi. Mungkin dengan merendah sedikit bisa membuat pria itu luluh. 

"Yang saya inginkan adalah anda mati. Dan saya akan bahagia."

Jantung Kiara mencelos begitu saja. Sungguh, saat ini hatinya sangat sakit. 

"Jangan banyak protes. Saya sangat merasa hina berbicara dengan anda."

"Al .."

"Diam!" 

Kiara menunduk dan mengangguk-anggukkan kepalanya singkat. 

"Iya Tuan. Saya diam dan menuruti semua kemauan anda."

Algi hanya diam saja. Kiara segera undur diri. Entahlah, begitu melihat Algi rasanya Kiara ingin menahan pria itu dirumah agar tidak bertemu dengan Catrin. 

Apakah itu termasuk sifat posesif seorang istri?

"Dan lagi, jangan pernah mengakui bahwa saya suami anda. Kita hanya sah Dimata hukum dan agama, bukan Dimata semua orang."

Kiara berhenti melangkah saat suara Algi kembali mengintrupsi dirinya. Matanya memanas, kenapa Algi Setega itu? 

"Aku bisa protes?" 

Algi diam saja tanpa menjawab pertanyaan Kiara yang menurutnya sangat tidak penting. 

"Tujuan kamu apa? Kalau kamu memang tidak menginginkan pernikahan ini, ayo kita cerai. Sebelum ada anak dan cinta sebagai penyatu nantinya." ujar Kiara dengan nada suara lantang. 

Algi terkekeh sinis mendengarnya. Tangannya meraih gelas teh dan menyesapnya sedikit. 

"Saya masih ingin melihat anda hancur sehancur-hancurnya. Karena sudah berani mengatakan kepada keluarga anda bahwa saya yang memperkosa anda. Saya tidak sebaik yang anda pikirkan. Harusnya sejak awal sebelum memilih mengatakan hal itu, anda berfikir 100 kali."

"Itu kenyataan Al! Kamu memperkosa aku!" Protes Kiara dengan nada ketus. Saat ini dirinya tidak ingin dipojokkan. 

"Anda yang datang dan berlaku seperti jalang yang haus akan sentuhan."

"Aku nggak sadar!" 

"Saya tidak peduli. Anda yang datang dan merusak segalanya. Dan setelah menikah dengan saya, jangan harap ada rasa bahagia dalam hidup anda. Tunggu saja kehancuranmu."

Kiara menunduk. Kemudian berbalik menatap Ali yang memunggungi. 

"Kalau kamu memang benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini, ayo cerai! Aku juga masih ingin bahagia Al!"

"Ingat, anda diciptakan untuk menderita. Bukan untuk bahagia."

Kiara menggigit bibir dalamnya. Entah mengapa setiap kata-kata Algi sangat benar dengan keadaannya selama ini. Karena rasa bahagianya sudah lenyap bersama ibunya dulu. 

"Jangan pernah coba-coba untuk menggugat! Atau satu persatu keluarga Anda yang jadi sasarannya. Masih sayang Papa anda kan?"

Entah mengapa tiba-tiba Kiara teringat dengan Papanya. Tapi tidak mungkin Algi tega melakukan hal keji. 

"Kamu pikir aku yakin?! Ha?! Papaku bukan orang sembarangan!" Pekik Kiara tidak terima dengan kata-kata Algi barusan. 

"Saya tidak butuh keyakinanmu. Bila saya mau,  saya bisa menghancurkannya dalam sekali jentikan. Mau dicoba?"

Kiara hanya diam saja menyimak perkataan Algi. Kemudian menggeleng. "Aku bakalan turutin semua kemauan kamu Al. Tapi jangan ganggu keluarga aku."

*****