webnovel

Ketika Mobs lebih Jahat dari Villainess

Menceritakan seorang pria berumur 24 tahun. Ia yang merupakan player hardcore ataupun soulslike dipaksa memainkan sebuah otome game reverse harem oleh sepupunya karena ia memegang rahasia dan aib dirinya. Selama bermain ia begitu kelas dengan semua karakter didalam game ini. Membuatnya heran mengapa game seperti itu bisa laku keras. Setiap dirinya kalah dalam membuat pilihan ataupun didalam. Disetiap pertarungannya, ia selalu mengutuk game ini berkali kali sampai menyebutkan 7 dosa besar. 1 minggu telah berlalu dan akhirnya game yang dimainkannya telah tamat. Selama bermain game ia tak pernah makan sama sekali. Ketika dirinya keluar dari rumah, jalannya sempoyongan dan akhirnya meninggal tertabrak truk yang melaju kencang. Sampai akhirnya ketika dirinya sadar ia mulai menyadari beberapa hal keanehan dimulai dari tentang adanya kasta kerajaan, dan derajat wanita lebih tinggi daripada pria membuatnya sadar jika dia bereinkarnasi disebuah dunia otome game, bukan sebagai karakter yg dekat depan sang tokoh utama melainkan karakter sampingan alias Mob.

Nara_Ryuko · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
7 Chs

Chapter 6 Ravenous Of Soul

Raviel tahu jika dirinya akan langsung menjadi musuh oleh para siswa dan siswi disekolah sejak ia menantang langsung sang pangeran serta menganggap jika dirinya sekarang ini itu hanyalah untuk cari muka saja.

Karena dirinya tahu jika kamarnya pasti akan dicorat-coret oleh para siswa yang disuruh langsung para siswi, jadi ia memutuskan untuk duduk didepan pintu dengan shotgun Striker yang dibuat oleh Alexander berdasarkan ingatan dari Raviel dikehidupan sebelumnya saat dirinya masih memainkan game FPS seperti Call Of Duty ataupun Resident Evil 4.

"apa anda yakin dengan hal itu? Bukannya para siswa dilarang membawa senjata ke sekolah? " tanya Alexander yang melayang diatas pundak kiri Raviel.

"ya memang. Tetapi jika mereka berhasil menemukannya bukan? " melirik Alexander dengan nada jahatnya yang iring rasa senang.

Buk! Buk!...

"hoo kelihatannya mereka sudah mulai ya" mengarahkan pandangannya kedepan.

Pintu terus berbunyi karena mereka berusaha untuk mendobrak masuk kedalam.

Brraakk!...

"dimana kau brengsek jangan coba-coba kau bisa bersembunyi dari ka...mi... "

Kata-katanya terputus melihat Raviel sudah berdiri dengan sebuah senjata api yang diarahkan kepada mereka.

"sa...tu....."

Hanya menghitung angka 1 saja, para siswa langsung panik setelah melihat Raviel dengan sebuah senjata yang ditodongkan sebuah senjata kepada mereka.

Semuanya bergegas keluar dengan perasaan panik dan sempat bakutabrak oleh siswa lain yang berada dibagian belakang yang hendak masuk kedalam.

"Lari!! Batalkan misi kalian jika masih sayang nyawa!! " teriak salah satu siswa yang berada terhempit didekat pintu.

"dua.... "

Siswa lain yang berada didepan Raviel segera membantu temannya dengan mendorong sekuat tenaga.

"aghhhh sakit!! jangan dorong aku begitu keras! "

perlahan demi perlahan Raviel mulai mendekat dengan Shotgun yang masih ia pegang. "dua setengah... "

Melihat Raviel yang semakin mendekat, mereka memandang Raviel bukan sebagai manusia lagi, melainkan sebagai malaikat kematian yang siap menjemput ajal mereka.

"cepat dorong lebih keras nngghhnnn!! " teriak siswa dibelakang.

Disaat kondisi terdesak seperti sekarang, secara tiba-tiba kekuatan mereka langsung berlipat ganda dan akhirnya berhasil mendorong siswa lain yang ingin masuk.

Setelah berhasil keluar mereka justru terjatuh dan saling menindih satu sama lain.

"aduuhh... Cepat menyingkir dari tubuhku! Kau berat sekali" teriak salah satu siswa dibagian paling bawah."

Meskipun sudah diluar kamar, Raviel masih tetap mendekati mereka. "dua seperempat..."

"hiii!!!" semuanya semakin panik dan memasang ekspresi ketakutan setelah melihat Raviel sudah sangat dekat dengan salah satu siswa dibagian atas.

"ti..."

Satu siswa yang paling bawah berhasil keluar dari tindihan tubuh para siswa lalu diikuti dengan siswa yang lain hingga semuanya berhasil kabur dengan ekspresi ketakutan bahkan ada yang sampai pipis dicelana karena saking takutnya oleh Raviel.

"sok-sok'an mau ngerundung giliran nyawa sendiri yg diancam malah lari. Lucu" sindiran Raviel.

Secara kebetulan, Charlotte melihat Raviel yang sedang berada diluar kamarnya.

"Raviel!" panggilnya

Ia menoleh kebelakang dimana suara itu berasal. Saat membalikkan tubuhnya, Raviel melihat Charlotte bersama dengan Christ yang mendampinginya karena sekarang ini Charlotte berada diwilayah asrama putra.

"oh putri Charlotte, ada apa? Tidak biasanya seorang siswi ingin masuk ke wilayah asrama putra" tanya Raviel yang menyandarkan shotgunnya di bahu kanannya.

Ketika Charlotte melihat sebuah senjata yang dipegang oleh Raviel, ia tahu mengapa para siswa langsung berlarian ketika dirinya hendak menaiki tangga.

"bisa kita berbicara berdua sebentar? " kembali bertanya kepada Raviel.

Raviel melirik Christ yang berada disisi kanan Charlotte. Dirinya sudah mengetahui situasi saat ini, jadi ia memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua dan mengatakan sesuatu sebelum dirinya pergi "jangan melakukan tindakan bodoh lagi ya kawan" pergi menjauh dengan kedua tangan dibelakang kepalanya.

Raviel segera mengajak Charlotte masuk kedalam kamarnya yang terlihat begitu rapi. Karena pintunya baru saja dirusak oleh para siswa bajingan yang hanya bisa bergerak karena menang jumlah, Raviel membiarkan pintunya terbuka agar tidak dituduh melakukan hal tidak tidak kepada keluarga bangsawan Fitzroy.

"maaf ya aku tidak bisa menjamu dirimu karena baru saja ada sekumpulan perampok yang masuk kedalam kamarku" ujarnya yang menyindir para siswa Asrama kecuali 2 temannya.

"tak apa, lagipula aku tidak akan berlama-lama disini" jawab Charlotte yang duduk diatas kursi.

Raviel segera meletakkan senjata api diatas meja belajar lalu kembali berbalik kepada Charlotte sembari bersandar dimeja.

"aku ingin kau mengundurkan diri" menatap dingin Raviel

"alasannya? " kembali bertanya

"aku merasa tidak enak denganmu. Apalagi kau sudah berusaha mendapatkan gelar Baron, seakan akan aku ini hanya bisa menjatuhkan seseorang" menundukkan pandangannya.

"jadi kau pikir aku akan kalah begitu? Ya tak apalah mungkin besok juga kau akan mengerti tuan putri Charlotte"

Charlotte jadi penasaran dengan Raviel karena dia satu-satunya orang yang berani menantang duel yang sudah lama ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu, ditambah orang yang akan dilawannya ada 5.

"baiklah aku mengerti. " Charlotte segera berdiri dari kursi dan mengucapkan salam perpisahan untuk hari ini "kudo'akan kemenanganmu besok"

Ketika hendak berjalan menuju pintu keluar, Raviel ingin meminta sesuatu kepada dirinya.

"oh ya sebelum itu aku mau minta sesuatu padamu, apakah bisa? " tanyanya

Charlotte menganggukkan kepalanya "tentu, selama itu berkaitan tentang duelmu besok aku akan membantumu" jawab Charlotte dengan tatapan tegasnya

"aku ingin kau membuat surat kontrak dalam duel ini yang isi 'apapun yang terjadi diduel ini baik itu luka ataupun kematian semuanya akan ditanggung sendiri oleh pemain' apakah kau bisa? " kembali bertanya pada Charlotte yang sedang menatap dirinya.

"apa kau serius ingin membunuh mereka? Terutama pangeran, jika kau membunuhnya kau tidak akan hidup tenang lo!?" bertanya kembali kepada Raviel.

"ya untuk jaga-jaga saja, siapa tahukan nanti aku akan lepas kendali seperti minggu lalu didalam dungeon" jawab Raviel mengangkat kedua pundaknya sesaat.

"aku mengerti, serahkan saja sisanya padaku. Permisi"

Kemudian Charlotte pun segera pergi dari kamar dan meninggalkan Raviel sendiri disana. Saat dirinya baru saja menutup pintu kamarnya "Oi bocah sejak kapan aku mengajarimu untuk seperti Lucifer!? "

Mendengar suara yang sudah lama sekali tidak ia dengar, Raviel segera menuju ranjang dan mengambil daggernya dari inventory.

"loh Beelzebub, kupikir kau sudah terhasut oleh dosa kemalasan." ucapnya melirik dagger yang ia pegang ditangan kanannya.

"justru kau yang sadar diri bajingan, kenapa kau tiba-tiba tertular sifat kesombongan Lucifer sekarang." seruan Beelzebub yang kesal karena perilaku Raviel sekarang.

"maaf-maaf sepertinya aku terlalu terbawa suasana." jawabnya yang merasa tidak enakkan karena berkat Beelzebublah yang membuat dirinya menjadi begitu kuat seperti sekarang.

"hahhh... Perlu kuberitahu. Para pemegang senjata itu harus bisa mewakili senjata dosa yang dipegangnya." ucap Beelzebub dengan nada tinggi.

"kalau tidak mewakili? " tanya kembali Beelzebub sambil memiringkan kepalanya ke kiri.

"kau akan melemah. Tapi kau bersyukur karena aku ini pengecualian"

Raviel segera melepas topeng iblis hitamnya dan menatap tajam daggernya dengan serius setelah mendengar kalimat itu keluar dari ucapannya "apa maksudmu pengecualian? "

"tentu. Karena kita sudah memakan Mammon yang mewakili dosa keserakahan, kau bisa memanfaatkan dosa itu sebagai sumber kekuatan meskipun diriku yang sesungguhnya mewakili dosa kerakusan." ucap Beelzebub yang memberikan penjelasan kepada Raviel.

Raviel menjadi sangat paham dengan maksud dari Beelzebub "dengan kata lain senjata ini akan tetap kuat meskipun aku hanya mewakili dosa yang telah kita makan? " tanya kembali tentang pernyataan tersebut.

"benar sekali. Jadi sebaiknya teruslah kau latih dan lakukanlah dosa-dosa itu untuk menambahkan kekuatan kita"

Mengingat dosa yang ia miliki sekarang ini adalah keserakahan dan juga kerakusan jadi Raviel mau tidak mau harus mengeluarkan cukup banyak uang yang akan dirinya pakai.

"hahhh... Terpaksa boros hari ini" helaan napasnya sambil menundukkan kepalanya.

"hey boros itu juga termasuk serakah, apalagi kau'kan akan membeli makanan untuk mengisi rasa rakusmu. Belilah semua makanan yang ada disana, jika merasa uangmu tidak cukup, beli saja masing-masing makanan itu satu persatu."

Meskipun ia paham, disini Raviel masih cukup bingung apa bedanya serakah dan juga rakus. "ngomong-ngomong aku ingin bertanya kepadamu, apa sebenarnya perbedaan antara serakah dan juga rakus?"

"mudah sekali. Serakah itu berarti kau menginginkan segalanya, meskipun kau harus mengorbankan uang sekalipun asal tujuan yang ingin sekali kau inginkan bisa tercapai itu termasuk dalam hitungan dosa serakah. Sedangkan soal rakus, selama kau tidak pernah merasakan rasa cukup ataupun kepuasan itu adalah rakus baik dalam bentuk apapun."

Setelah mendengar penjelasan dari Beelzebub, ia paham tentang sistem dosa yang dirinya miliki saat ini.

"sebelum itu aku ingin meminta izin terlebih dahulu."

Tak biasanya Raviel meminta izin terlebih dahulu kepada dirinya, karena biasanya dia akan langsung blak-blakan saat melakukan sesuatu.

"baiklah, silakan kau mau izin apa"

"aku meminta izin,tidak akan menggunakanmu sampai mereka adalah lawan yang layak dihadapi"

Meskipun dari nada bicaranya dia begitu sombong, tetapi kali ini Beelzebub menyukai sifatnya.

"Ahahahahaha! Kau benar, mereka bukanlah orang-orang yang layak melihat kekuatanku meskipun hanya secuil. Akan kuizinkan kali ini, buat aku terhibur dengan penilaianmu terhadap mereka Raviel"

Beelzebub merasa senang dan membiarkan Raviel melakukan sesuatu sesuka hatinya.

Setelah itu Raviel memasukkan kembali daggernya ke dalam Inventory, lalu menggantung sebuah papan yang ia gantung didepan pintu kamarnya yang sudah rusak.

'yang masuk kedalam untuk ngerusuh gay'

Raviel segera meninggalkan asrama dan pergi menuju taman kantin untuk memborong semua

***

Keesokan harinya, dirinya sudah berada diruang tunggu koloseum sekolah yang digunakan untuk tournament ataupun lomba. Karena baru pertama kali adanya Duel Blindness, jadi pemain yang memilih untuk menggunakan zirah besi harus memberitahukan hari sebelum pertandingan dimulai kepada wasit yang akan mengawasi pertandingan.

"hahhh... Nikmatnya semalam bisa tidur nyenyak gak diganggu" melakukan peregangan pada kedua lengannya keatas.

"sepertinya cara tuan sangat efektif ya" jawab Alexander yang melayang disisi kiri Raviel.

Alexander terus bersembunyi dikamar dan selalu memantau kamar yang dimilik tuannya Raviel sejak ia pergi sampai kembali.

"ya tentu saja. Siswa disekolah ini itu mencari pasangan lawan jenis, bukannya sesama jenis. Jika aku melihatnya langsung didepan mataku paling akan kubantai disaat itu juga" ujarnya sembari memakai topeng iblis hitamnya.

Ia mengambil pedang yang dibuat oleh Alexander dari campuran material titanium dan juga kristal sihir yang langkah yakni Elysium, sebuah kristal berukuran sedang berwarna pink yang mengingatkan Raviel kepada waifunya diHonkai Impact 3rd.

Ia menatap pedang buatan Alexander dan terdapat sebuah tulisan duralibity 1712/1712.

"lumayan tinggi juga daya tahannya. Makasih atas maha karyamu ya" melirik Alexander dan menyimpan pedangnya disamping pinggangnya.

"sama-sama tuan Raviel "

Raviel segera mengenakan mantel hitam yang memiliki magic resistance tingkat tinggi. Mantel tersebut akan langsung terbakar dengan sendirinya jika sudaj tidak mampu menampung serangan sihir yang telah ia terima.

"baiklah waktunya bertarung" menatap cermin didinding yang kemudian ia tutup rambut hitamnya dengan tudung dari mantel.

Raviel berjalan perlahan melewati lorong gelap yang ditemani secercah cahaya obor yang menempel didinding.

Sembari berjalan kedepan untuk masuk kedalam arena, Raviel mengecek isi invetorynya. Terdapat beberapa potion untuk memulihkan HP, MP dan juga minuman berenergi untuk memulihkan staminanya jika dirinya sudah memasuki mode Ravenous.

Cahaya matahari mulai terlihat begitu jelas, jadi ia memutuskan untuk mempercepat langkahnya.

Ketika sudah mendekati jalan keluar menuju arena, dirinya bisa mendengar semua sorakan dan jeritan yang tertuju kepada para pangeran dan kawan-kawannya.

"ya... Sudah kuduga juga sih pasti tidak akan yang menyambutku kehadiranku juga"

Ketika langkah kakinya sudah terlihat dan melangkahkan kakinya ke arena, semua orang dikursi penonton diam atas kedatangannya, sampai terdengar suara tepuk tangan dari seseorang yang tak lain dan tak bukan ialah wali kelasnya sendiri yaitu pak Ronald.

"pak ronald... " raviel merasa terharu, karena dari sekian banyak orang, hanya pak Ronald yang berani melakukannya bahkan siswa dikelasnya tidak ada yang memberikan tepuk tangan sambutan.

"padahal pak ronald sendiri sudah mengatakan kalau tuan petualang rank S tapi sepertinya semua orang tidak percaya akan hal itu" ujar Alexander yang bersembunyi dibalik mantalnya.

"ya sudahlah, sebaiknya kau awasi saja pertarungan dari jauh, aku juga sudah memakai alat pemberianmu juga'kan? " jawab Raviel yang menekan-nekan alat seperti headphone Bluetooth di telinga kirinya.

"baiklah,permisi..."

Alexander segera mengaktifkan kemampuan menghilangnya dan keluar dari dalam mantel Raviel terbang keatas koloseum untuk memantau segala pergerakan lawan dan memberitahukan semuanya kepada tuannya.

Kemudian seorang pria dengan menggunakan baju besi yang menutupi tubuhnya dan membiarkan kepalanya terlihat mendekati dirinya.

"Raviel Ashford, tolong maafkan atas perbuatan teman-temanku. Tidak ada kata terlambat sebaiknya kau mengundurkan diri saja karena pertandingan belum dimulai." ujarnya yang menatap raviel dihadapannya.

Raviel memandangi penampilannya dari bawah hingga keatas dan melihat semua baju besinya berwarna biru terang yang mengkilap serta kacamata diwajahnya.

"Gabriel Sinclair ya, aku sangat menghargai akan hal itu. Tetapi seorang pria sejati tidak akan menarik kata-katanya, tapi terima kasih sudah mengkhawatirkanku ya"

Gabriel Sinclair, dia memiliki kemampuan ahli pedang yang cukup bagus, sifatnya sangat baik ketimbang 4 kawannya karena sifatnya yang begitu rendah hati dan memaafkan lawannya. Tetapi karena sifatnya itu dia begitu naif, seakan-akan dia bisa membalikkan keadaannya dengan cepat. Karena orang ini aku harus mengulang 78 kali melawan Black Knight!

Kemudian wasit yang berada didalam zirah besi/mechanya datang menengahi mereka.

"peraturannya hanya satu, jika lawan tidak bisa bangkit selama 5 detik dia akan dinyatakan kalah. Apakah kedua belah pihak mengerti? "

Raviel dan Gabriel menganggukkan kepalanya sebagai respon dari wasit.

Disisi lain Charlotte sedang duduk disebuah kursi yang berada dibagian belakang Raviel yang mewakili dirinya, serta Olivia yang berdiri disampingnya.

"apakah Raviel baik-baik saja ya? " khawatir kepada Raviel yang kini sedang berada didalam arena.

"tak masalah, yang bisa kita harapankan hanyalah dia. Jika dia bertaruh sampai membuang gelarnya, Raviel pasti sangat yakin jika ia bisa menang melawan mereka berlima." tatapan tajam Charlotte tertuju kepada Raviel dan Gabriel yang kini sedang saling berhadapan.

'meskipun disisi lain aku merasa ragu apakah stamina dan Mananya cukup menghadapi mereka berlima' pikir Charlotte didalam hati.

"3...2...1... Duel Blindness Dimulai!!"

Raviel segera berjalan maju dengan tenang sembari mengambil pedang dari belakang punggungnya.

Gabriel langsung memasang kuda-kuda bertahan dan siaga terhadap serangan jenis apa yang akan dilancarkan oleh Raviel, mengingat kemampuannya yang langsung berubah drastis ketika dia marah.

Kobaran api langsung mulai merambat naik dari bawah pedang Raviel. Cengkeraman erat terlihat pada tangan kanannya yang memegang pedang, dan hanya dalam satu ayunan Raviel memunculkan tebasan gelombang api ke arah Gabriel.

Gabriel segera mengayunkan pedang dari bawah keatas. Dan tebasan itu berhasil ditahan oleh pedangnya.

Para penonton berteriak kegirangan melihat serangan dari Raviel tidak masuk mengenai Gabriel.

"bagus tuan gabriel!! "

"kalahkan orang sombong itu!! "

"copot saja gelar baronmu sana!! "

Meskipun sorakan itu telah menyemangati dirinya dan menghina lawan yang dirinya hadapi, Gabriel terus menatap tajam Raviel yang menganalisis sesaat.

'berarti Raviel tipe magicsword ya, bisa dibilang itu agak jarang seseorang bisa memiliki kemampuan magicsword.'

Disisi lain Raviel tersenyum didalam topengnya 'bagus dia sudah terpancing, sebisa mungkin aku harus membuat semua orang tidak membaca kemampuanku sesungguhnya sebelum mencapai pertandingan akhir'

Raviel terus mengayunkan pedangnya dari jauh dan masih terus melemparkan tebasan gelombang api kearah Gabriel berkali-kali.

1,2,3, bahkan sudah 30 kali Raviel hanya terus mengayunkan pedangnya dengan satu tangan dengan begitu santai.

Disisi lain Gabriel merasa kelelahan karena sejak dari tadi dirinya terus mengayunkan pedangnya sebagai bertahan dengan kedua tangannya.

'sial!! Sebenarnya seberapa besar Mana yang dia punya!? Apa dia tidak kelelahan sama sekali'

Semuanya langsung menyoraki Raviel dan dirinya hanya terus mengayunkan pedangnya .

"pengecut! Apa itu yang namanya ksatria!? "

"Pengecut!! Pengecut!! Pengecut!!!"

Sedangkan disini Raviel merasa tidak peduli jika dirinya terus menyerang Gabriel tanpa henti bahkan dihina dan dikata-katai oleh semua siswa dan siswi.

'peduli setan sama ksatria, cara bertarung ksatria justru itu sangat naif, mematuhi etika dan kehormatan, membiarkan musuhnya hidup yang bisa menjadi ancaman dimasa depan. Untungnya aku seorang petualang.' dalam hatinya yang begitu tenang dan masih terus mengayunkan pedangnya dengan santai.

Merasa stamina yang dimilikinya sudah tidak bisa menahannya lagi, jadi ia harus mengambil resiko 'aku harus mengambil resiko, meskipun menghadapi seorang magicsword dari dekat itu adalah ide bodoh. Tetapi itu layak dicoba sebelum aku kehabisan stamina'

Gabriel langsung berlari dan memegang kedua pedangnya dengan erat menuju arah Raviel.

"whhhaaaaaa!! "

Sementara Raviel terus mengayunkan pedangnya seperti biasa dan melihat Gabriel yang begitu gegabah menghadapi dirinya membuat Raviel menghela napas.

"hhhaa... Dasar gegabah"

Saat jarak mereka sudah 5 meter. Raviel langsung memegang kedua pedangnya keatas bagian belakang dan terus mengalirkan Mananya ke pedang.

Ketika sudah 2 meter jarak antara Raviel dan Gabriel dimana ia hendak menusukkan pedang tepat di perut kiri lawannya, Raviel mengalirkan Mana dengan sangat drastis dan mengayunkan pedangnya kebawah.

<Dragon Flame>

Ketika ayunan pedang diluncutkan muncul taring, kepala serta mata naga dari api tersebut dan melahap Gabriel dalam kobaran api.

"Ghhaaa!! Panas! Panas!!"

Apinya terus berkobar dan melahap Gabriel didalamnya. Sedangkan Raviel yang menyaksikan hal itu hanya diam dan menatap rendah Gabriel yang sudah jatuh tersungkur ditanah.

"Oi hentikan!! Jika kau biarkan dia bisa mati!" teriak salah satu dari siswa yang menonton.

Raviel langsung meletakkan tangan kirinya dengan lebar dibelakang telinga seakan-akan siswa itu tidak terdengar.

"hah!? Apa!!? Kurang kedengeran suara,apinya terlalu berisik"

"Hentikan sekarang juga kubilang, kau sudah kelewatan Baron baru!!" lanjut teriak siswa itu.

"oh ayolah, kau lupa ini duel apa? Apapun yang terjadi mereka sudah menanggungnya bahkan jika ia mati sekalipun mereka sudah menandatangani kontrak dalam duel ini. Jika semua usahamu yang menjadi taruhan disini, kau pasti akan melakukan hal yang serupa bukan? " tanya kembali Raviel kepada siswa tersebut.

Ketika ia menghadap kebelakang, Raviel melihat Gabriel sudah tidak bergerak lagi jadi Raviel langsung menjetikkan jarinya.

Jltek!

Dalam sekejap api yang terus berkobar kini langsung lenyap menjadi sebuah partikel merah yang terbang diudara dan menghilang.

Kondisi Gabriel disini cukup mengenaskan, dimana setengah rambutnya terbakar, mata, leher,serta lenganya kena luka bakar yang cukup serius serta baju besinya lepas dari tubuh Gabriel.

"pe-pemenangnya adalah Raviel Ashford!!"

Melihat kemenangan yang begitu mudah, tanpa menerima luka ataupun kerusakan apapun pada pakaiannya, membuat semua siswa yang menyaksikan terdiam dari yang awalnya menghina Raviel jika dia hanyalah seorang bangsawan baru yang ingin mencari muka.

"tidak mungkin"

"ini bohongkan?! "

"siapa dia sebenarnya?"

"jadi apa yang dikatakan pak Ronald itu benar ya? "

Semuanya saling berbicara sendiri seolah tak percaya apa yang dialami Gabriel saat ini, terkapar ditanah dengan semua luka bakar yang ia terima.

Api dipedangnya mulai padam perlahan-lahan disetiap langkah Raviel yang akan kembali ke ruang tunggunya.

Disisi lain Charlotte yang telah menyaksikan hal tersebut hampir sama dengan yang lain, jika dirinya hanya bisa diam tetapi disisi lain dirinya berpikir tentang siapa sosok Raviel sebenarnya.

"Raviel Ashford, tidak kusangka kau benar-benar begitu kuat, bahkan aku saja yang seorang magicsword hanya bisa melemparkan tebasan itu sebanyak 10 kali dalam 1 pertarungan"

"Raviel benar benar kuat sekali ya! " sorak Olivia yang begitu senang dengan kemenangan Raviel.

"y-ya kau benar, meskipun dilain sisi... " kini pandangannya tertuju kepada Gabriel yang sedang diangkut oleh tim medis

"iya, Raviel juga cukup kelewatan kepada Gabriel setelah selesai ini aku akan mengomelinya untuk minta maaf kepada dia" ujar Olivia

"hentikan saja, itu justru akan membuat hatinya terluka karena harga dirinya telah diinjak-injak" saran Charlotte kepada Olivia yang masih berdiri disisi kirinya.

Olivia mengurungkan niatnya untuk menyuruh Raviel meminta maaf kepada Gabriel.

***

Kini kembali lagi ke sisi Raviel. Saat ini dirinya sedang duduk disebuah kursi dan mulai memakan-makanan yang ia simpan didalam inventorynya.

"ammhnnn! Mmhhnn... Menurutmu apa aku harus lebih lembut lagi Alexander?" tanya Raviel yang sedang memakan roti menatapi cermin.

Alexander langsung memunculkan kembali dirinya saat tuannya mengetahui keberadaannya.

"luar biasa sekali ya tuan." puji Alexander. "jika menurutku itu sudah sangat cocok untuk tuan, lagipula tuan sendiri yang bilang jika Gabriel itu jauh lebih baik dari keempat temannya bukan? " tanya kembali Alexander yang melayang di sisi kiri Raviel.

"ya itu benar, karena tidak ada peraturan yang tak tertulis dalam duel ini. Kurasa aku akan membawa makanan agar pasif Ravenous tidak keluar"

Sistem Ravenous, merupakan siklus lapar dimana saat stamina yang dimilikinya mulai berkurang 40% akan menimbulkan rasa lapar. Dan harus mengkonsumsi sebuah makanan untuk bisa menahan rasa laparnya dan memulihkan staminanya kembali. Karena memulihkan stamina dengan makanan lebih sedikit dari pada minuman, jadi mengkonsumsi potion atau minuman apapun yang memulihkan stamina tidak agar meredam efek ravenous kecuali jika mengkonsumsi makanan dan minuman secara selang-seling.

Raviel mengambil sebuah botol yang berisikan air putih dan meminumnya. "Gleekk... Gleek... Ahhh!... Oh ya sepertinya karena efek kristal Elysium ini aku bisa mengalirkan Mana didalam pedangku dengan mudah." ujar Raviel yang melirik pedangnya dibelakang punggung.

"itu benar, 1/2 MP yang tuan alirkan saja kedalam pedang, itu sudah sebanding dengan 2 MP yang dikeluarkan kepada pedang biasa." mengitari tubuh Raviel dan tatapannya fokus kepada pedang tersebut.

"okey... Hebat juga ya kristal Elysium. Oh ya kira-kira senjata dosa bisa di enchant dengan mineral tidak ya?" pikir Raviel.

"tidak usah aneh-aneh. Kami tidak mengenal apa itu enchant, kami menyebutkan Awakening. Kau sendiri pasti sudaj menyadarinya saat memegang Sin Of Greed bukan?" tanya Beelzebuh yang langsung menyela pemikiran Raviel.

Raviel juga mengingat hal itu jikalau dia melihat tulisan Awakening setelah nama senjata sabit yang ia pegang.

"benar juga. Ngomong-ngomong kita bisa berkomunikasi meskipun aku tidak memegangmu? " tanya kembali Raviel kepada Beelzebub.

"selama aku masih berada didalam inventorymu, kita masih terhubung. Ngomong-ngomong sihir yang diajar wanita tua itu berguna juga ya" memberikan sebuah penjelasan kepada Raviel serta memuji sihir yang ia pakai meskipun menghina gurunya juga.

"hey! jangan bilang begitu, aku tidak mau dibanting lagi oleh guru Kiana" ujar Raviel yang terlihat begitu ketakutan.

"ahahahaahaha... Tapi perlu kuakui kemampuan sihirnya bisa setara dengan milik adikku Belphegor"

"apa? Batagor?" tanya Raviel kepada beelzebub tidak begitu kelas menyebutkannya.

"Belphegor budek! Kau jadi tidak fokus karena lapar" jawab Beelzebub yang sempat mengomelinya.

"iya-iya maaf. Memangnya ada apa tiba-tiba kau menyinggung nama dia? " tanya kembali karena penasaran tentang iblis yang disebutkan Beelzebub.

"tak ada, ngomong-ngomong sepertinya aku merasakan energi sihir gadis itu disini"

Raviel merasa tidak percaya akan ucapan tersebut karena ia begitu mengenali gurunya itu.

"agh gak mungkin, aku tahu banget dia itu orangnya seperti apa. mana mau guru Kiana mau menjadi guru dikekaisaran. Apa lagi jika ada sekalipun kuyakin murid-muridnya pasti langsung kabur, ahahahhaha!!! "

Ketika tertawa lepas sampai matanya tertutup, Pundaknya merasa sedang ditekan oleh seseorang dengan begitu keras.

Raviel membuka matanya kembali dan melihat kecermin. Ia langsung menelan air ludahnya setelah melihatnya.

"ayo coba ngomong lagi sayang?!..." ujarnya dengan senyum asam serta wajahnya sudah disebelah kiri Raviel.

"Gyhhaaaa!!!"

-To Be Continued-