webnovel

Ketika Mobs lebih Jahat dari Villainess

Menceritakan seorang pria berumur 24 tahun. Ia yang merupakan player hardcore ataupun soulslike dipaksa memainkan sebuah otome game reverse harem oleh sepupunya karena ia memegang rahasia dan aib dirinya. Selama bermain ia begitu kelas dengan semua karakter didalam game ini. Membuatnya heran mengapa game seperti itu bisa laku keras. Setiap dirinya kalah dalam membuat pilihan ataupun didalam. Disetiap pertarungannya, ia selalu mengutuk game ini berkali kali sampai menyebutkan 7 dosa besar. 1 minggu telah berlalu dan akhirnya game yang dimainkannya telah tamat. Selama bermain game ia tak pernah makan sama sekali. Ketika dirinya keluar dari rumah, jalannya sempoyongan dan akhirnya meninggal tertabrak truk yang melaju kencang. Sampai akhirnya ketika dirinya sadar ia mulai menyadari beberapa hal keanehan dimulai dari tentang adanya kasta kerajaan, dan derajat wanita lebih tinggi daripada pria membuatnya sadar jika dia bereinkarnasi disebuah dunia otome game, bukan sebagai karakter yg dekat depan sang tokoh utama melainkan karakter sampingan alias Mob.

Nara_Ryuko · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
7 Chs

Chapter 5 Persaingan

Setelah pertemuan mereka berdua antara NPC dan Main Character, Raviel segera mengajaknya untuk pergi ketempat kedua teman lainnya disebuah gazebo yang terbuat dari batu dan beberapa ukiran.

Saat telah bertemu dengan mereka berdua, Raviel langsung dimarahi habis-habisan sampai urat didahinya terlihat begitu jelas.

"KAU DARIMANA SAJA SIALAN!!? "

Wajah Raviel disini sedikit panik karena tiba-tiba dimarahi karena ia meninggalkan tempatnya.

"ah maaf-maaf pasti kalian sibuk mencariku bukan" menggaruk-garuk kepalanya dengan senyum kenjut diwajahnya.

"apanya yang mencarimu! Justru karena kau tempat kita direbut lihat!! " menunjuk gazebo yang sebelumnya ia tempati.

Raviel menggeser pandangannya yang terhalang oleh Christ dari tadi, dan terlihat para pangeran dan seorang gadis cebol berada ditempatnya.

"terus? Kenapa tidak kalian bilang saja? " tanya kepada mereka berdua.

Mike langsung mencengkeram kerah kemeja Raviel dan menggoyangkannya kedepan belakang "kau gila, itu malahan akan membuat kita dibenci oleh para siswi disini"

Raviel baru menyadari jikalau kedua temannya itu pergi tanpa membawa tas sama sekali " bukannya tas kalian disana--" Dirinya baru menyadari jika tas mereka sudah pegang didepan.

Disini Raviel sudah curiga "jangan bilang tas kalian langsung dibuang oleh gadis-gadis yang mengerubungi para pangeran sebelumnya"

Christ memasang wajah sedih sembari menganggung dengan mulut manyunnya.

"oke, akan kucatat 10 Dosa Besar Pangeran nanti, akan kubuat mereka sadar diri akan posisinya"

Setelah Raviel mengucapkan itu, Mike dan Christ menatap datar dirinya lalu melirik para pangeran.

"Woi belain temen sedikit napa!" seruannya dengan nada tinggi kepada mereka.

"a-ano... Sepertinya memang ini semua karenaku"

Disini Raviel baru sadar jikalau sejak dari tadi ia mengajak Olivia untuk bertemu dengan teman-temannya.

Dalam sekejap Christ dan Mike sudah ada disamping Raviel lalu mencengkram kedua lengannya dengan kuat dan menjauh dari Olivia.

"hey maksudmu apa ini hah!? Pengkhianatan!!?" Mike mendekati wajah Raviel dengan kesal seakan-akan ingin mengangkatnya.

"benar, jadi kau merelakan teman-temanmu ini menjadi gelandang untuk kita makan sedangkan kau sudah mendapatkan pacar hah!!? "

'babi! seharusnya aku bilang terlebih dahulu kepada mereka berdua'

Karena Raviel merasa tidak enakan juga kepada Olivia yang menganggap dirinya sebagai pengganggu, ia langsung menjitak kedua kepala temannya dengan keras.

Staakk!!

"aagkkhh woi apa maksudmu"

Raviel langsung merangkul kedua temannya dan sedikit menunduk "dengar ya, ini siswi beasiswa, barusan dia habis dirundung. Jadi pahamkan?"

Mike dan Christ menganggukkan kepalanya lalu kembali berdiri menghampiri Olivia dengan cengengesan.

"maaf ya, aku harus menjelaskan beberapa hal dulu kepada dua anak ini" mengarahkan jempolnya kepada mereka berdua yang masih dibelakangnya.

"be-begitu. Tapi aku jadi tidak enak, karenaku tempat kalian malah direbut" murung dan mengakui jika itu semua adalah salahnya.

"sudah-sudah, kita bisa cari tempat lain. Ayo ke kantin Mike, Christ" berbalik badan

"siap bosku!" seruan mereka dengan penuh energik.

Mereka bertiga sudah jalan terlebih dahulu sedangkan tatapan tajam Raviel terus tertuju kepada gadis yang dilindungi oleh Pangeran dan kawan-kawannya.

Gadis itu langsung merasakan hawa tidak enak begitu ia melirik kepada Raviel jadi dia segera mengadu kepada pangeran Edward yang berada di sisi kirinya.

"eumhh... Pangeran ada sepertinya ada seorang penguntit disini, aku merasa tidak nyaman" ujarnya yang masih menatap Raviel dari kejauhan dan hanya menarik-narik almamater sekolah Edward.

Ketika seorang siswi melangkah menghalangi pandangan gadis itu, Raviel langsung menghilang disana.

"dimana orang itu isabelle" lirik pangeran Edward dengan tatapan tajamnya.

Karena orang itu sudah pergi dari pandangannya, ia jadi membuat pernyataan jikalau dia salah melihatnya "tidak, kurasa aku hanya salah melihat orang saja"

***

Kembali lagi kepada Raviel dan kawan-kawannya. Karena Raviel sudah berada jauh dibelakang, kedua temannya sedang saling berbicara dengan Olivia. Hanya dilihat dari wajahnya dia tahu jika ia begitu senang, tetapi disisi lain Raviel merasa tidak enak jika akan ada gosip kami yang memiliki gelar bangsawan diperbudak sebagai pelayan dari Olivia yang seorang rakyat. Meskipun ini cukup beresiko, tapi ia tidak memiliki cara lain.

"apa aku harus membuat dia berkenalan dengan charlotte ya?" pikirnya.

Raviel segera mempercepat langkah untuk menyusulnya. Ketika sampai diarea kantin, ia memesan makanan disana untuk makan siang. Tentu makanan siang disana gratis tetapi memiliki rasa yang begitu biasa aja dengan kualitas yang standar.

Berbeda jikalau membeli makan siang disana meskipun harus mengeluarkan 200 Diar sekalipun rasa dari makanan sesuai dengan harganya itu yang ia pikirkan.

"gimana rasanya? " tanya Mike

Respon dari Raviel langsung menggeser mangkuk supnya sambil menjulurkan lidahnya dan memakai topengnya yg tadi sedikit ia buka.

"wlee! hambar"

Christ yang penasaran langsung segera mencoba sup yang ada dimeja Raviel dam mengecap rasanya.

"rasanya bagus kok"

"apa karena tidak sesuai lidahmu saj--"

"gk itu emang benar-benar hambar" pernyataan keras dari Raviel kepada Mike yang duduk disamping Christ.

"Kalau begitu berapa nilaimu berdasarkan harga normalnya" tanya Olivia duduk samping Raviel.

"20 Diar, itupun aku masih mewajarkan bahannya yg berkualitas." jawab Raviel yang mengangkat mangkuk sup tersebut kepada Christ.

"habiskan, aku tidak mau mencobanya lagi"

Raviel segera berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan mereka bertiga.

'kurasa aku harus meminta Alexander untuk mengumpulkan informasi disekolah ini baik itu fakta ataupun mitos' berjalan dengan tatapan tajam.

Baru saja berjalan sekitar 10 detik dikoridor, Raviel langsung berpapasan dengan Villainess digame ini yaitu Charlotte Fitzroy.

Charlotte Fitzroy, gadis bangsawan dan juga tunangan dari pangeran Edward, keluarga Fitzroy sangat berjasa dalam kekaisaran baik itu dari bidang ekonomi, dan persenjataan. Memiliki perawakan gadis cantik dan matanya berwarna merah delima, dengan sifatnya yang tegas setiap orang yang melihat kehadirannya memilih untuk mengambil jalan memutar untuk menghindarinya.

Rambutnya terurai panjang serta diponytail seperti salju yang turun dibulan Middle Dark Frost Dragon. Karena sifatnya yang tegas dan bisa dibilang sangat galak, ia memiliki cukup banyak pengikut bahkan didalam gamenya 40% siswi disekolah adalah pengikutnya.

Raviel berharap dengan penampilannya sekarang ini, ia tidak tegur oleh Charlotte sama sekali.

Ketika hawa dingin perlahan datang, Raviel langsung memakai skill Shadow Walk untuk menghilangkan keberadaan dirinya.

"ada apa Putri Charlotte? " tanya 1 pengikutnya berambut coklat panjang ponytail, setelah melihat Charlotte yang mendadak berbalik kebelakang

"tidak, hanya firasatku saja"

Mereka melanjutkan kembali perjalanannya dikoridor,sedangkan Raviel masih diam ditempat bersandar didinding dan memantau mereka dari sana.

"karena Olivia tidak pernah berinteraksi langsung oleh 5 pria itu terutama pangeran, seharusnya dia tidak akan menjadi targetnya sama sekali."

***

Keesokan harinya, semuanya berada didalam sebuah dungeon disebuah pulau yang dimiliki oleh sekolah. Jadi pelajaran 1 sekolah itu sama pada hari itu yakni berburu.

Semua murid berkumpul diruang masuk dungeon dengan 1 guru perempuan yang membimbing mereka.

"baiklah semuanya, pelajaran hari pertama kalian hari ini adalah berburu. Mengingat nenek moyang kita semua adalah seorang petualang, pelajaran tentang berburu tidak boleh hilang dimakan oleh zaman, jadi ibu guru ingin kalian mengumpulkan batu sihir yang biasanya tertanam didalam dinding-dinding Goa."

Semuanya hanya menyimaknya, berbeda dengan Raviel yang justru menguap karena mengantuk mendengar penjelasan gurunya.

"Raviel tolong jaga sikapmu, nanti kamu bisa ditegur " bisik Olivia disampingnya.

"baiklah itu saja yang ingin bu guru sampaikan, semuanya bisa mengambil beliung yang tersisa dibelakang sana jadi kalian bisa membagi tugas ada yg menjaga dan ada yang menambang paham semua! "

"paham!! " seruan semua murid.

Setelah itu bu guru itu pun pergi dan para murid saling mengobrol antar sirkelnya saja.

Raviel membuat UInya secara diam-diam dan terlihat Exp yang dibutuhkan tinggal sedikit lagi untuk mencapai level 70.

"oh ya Christ dan Mike kemana? " tanyanya

"mereka? Tidak usah dipikirkan mereka pasti kabur dan memilih untuk bolos dalam pelajaran berburu. Karena tidak semua bangsawan menyukai hal seperti itu" jawabnya yang menjelaskan kepada Olivia

'ditambah lagi, karena malas mereka. Mereka memanfaatkan peringkat kasta paling rendah seperti aku dan Olivia sebagai perisai daging lalu merampas hasil menambang kami' dalam hati Raviel yang melihat beberapa murid menatap mereka sesekali.

"oh ya Olivia, bagaimana jika kita berangkat duluan. "

"eh...?! Ba-baiklah, mohon bantuannya ya" membungkuk kepadanya sebagai rasa hormat.

***

Sejujurnya sebelumnya kedatangan dirinya kemari, ia sempat cekcok oleh Alexander jikalau dirinya harus memakai sebuah zirah ringin ketimbang tipe bermainnya yang hanya memakai pakaian biasa.

Jadi Raviel mau tidak mau harus menurutinya dan memakai zirah ringin yang hanya menutupi setengah dada kiri saja serta sarung tangan besi ditangan kirinya.

Olivia dan Raviel telah menelajahi dungeon begitu dalam hingga akhirnya mereka menemukan beberapa batu sihir menempel didinding goa yang begitu rendah.

"lihat Raviel aku berhasil mendapatkannya" mamerkan hasil tambangnya kepada Raviel.

"wah selamat ya" menepuk tangan kecil dengan nada begitu datar.

"Raviel, kenapa kamu tidak begitu bersemangat begitu? Apakah kau tidak begitu tertarik?" Olivia bertanya karena dari nada Raviel yang begitu tidak bersemangat

"bisa dibilang begitu" melangkahkan kakinya untuk melanjutkan perjalanan.

Ketika perjalanannya semakin dalam, mereka berdua menemukan sekawanan semut yang besarnya setengah meter.

Raviel melirik semua semut dan menghitung berapa jumlah mereka.

"semuanya ada 15."

Olivia yang berada dibelakang Raviel panik karena jumlah monster yang mereka lawan ada banyak "ba-bagaimana ini,apa kita harus mundur dan memanggil bantuan?!"

"percuma saja, sejak awal mereka memang berniat menjadikan kita perisai daging" ujar Raviel dengan nada tenang.

"ti-tidak mungkin!--"

'ya meskipun itu hanya berlaku untukku saja' pikirnya.

Raviel segera menarik pedang yang tersimpan dipunggungnya lalu mengunuskannya kedepan dengan satu tangan sedangkan tangan kirinya ia kepal kuat.

"tetaplah disana, jangan pergi kemanapun"

Ia segera berlari seperti orang normal pada umumnya,demi menyembunyikan identitas aslinya agar identitas yang dibocorlan oleh pak Ronald salah.

"Hyaat!! "

Sreng!

Satu serangan berhasil ia ayunkan dan menebas bagian kepalanya hingga terputus menjadi 2 bagian.

Darah semut yang berwarna ungu muncrat keluar dan hanya dalam sekali melihatnya saja orang awam pasti tahu jika itu beracun.

'30 exp ya, kurasa lumayan ketimbang harus melawan slime'

6 gerombolan semut berlari mendekatinya, Raviel memasang kuda-kuda bertahan untuk menghemat energi.

1 semut menerjang kearah Raviel, dirinya segera menusuk bagian bawah dan memutar tubuhnya 360° lalu membuang semut itu hingga darah yang mengandung racun mengenai ke 8 semut disekitarnya saat dirinya berputar.

Olivia yang menyaksikannya merasa kagum akan tindakan yang Raviel lakukan sebelumnya hingga Ia mendekati Raviel karena merasa kini situasinya merasa aman.

"Raviel hebat sekali ya."

"ah itu mah biasa--"

Creett!!

Olivia terkejut ketika melihat Raviel menangkap tembakan anak panah dengan tangan kirinya.

"Raviel!"

"seperti biasanya ya, para Goblin seperti kalian memang licik. Ya aku tidak bisa licik itu bukan strategi dalam perang"

Trang tang tang

Anak panah yang ia pegang segera ia jatuhkan, dan terlihat tangan kirinya mengeluarkan bercak darah.

"tunggu sebentar biar aku sembuhkan--"

"maaf sudah menunggu ya" seruan Julliete dengan tombak dibelakangnya.

Raviel yang segera melirik asal suara tersebut langsung memasang wajah asam karena terdapat 5 pria tampan dan juga 1 gadis yang kemarin dirinya lihat sebelumnya.

'meh sok pahlawan'

"tidak perlu Olivia, aku bisa mengatasinya"

Ia tahu jika Olivia khawatir kepada dirinya, tetapi jarang sekali ia bisa melakukan leveling ditambah hanya tersisa 540 exp ia naik ke level 70.

"Raviel..."

"oi! Tidak perlu memaksakan diri" teriak Juliette kepada Raviel.

"sok ngatur" Raviel langsung berlari kedepan dan yang pertama kali dia incar adalah Goblin Archer yang berada diatas tebing.

4 anak panah diluncurkan, saat dirinya melesat muncul semburan api dari Charles.

"cepat habisi mereka! " teriak Charles dibelakang

'berisik banget. Karena kau cara membunuh mereka jadi tidak efektif'.

Raviel segera melompat tinggi diudara dan langsung menghantam Goblin Archer di sisi kanan hingga terbelah menjadi 2 bagian.

"firebal--"

Baru saja hendak mengeluarkan sihir api yang telah diarahkan kepada Goblin Archer disisi kiri, Goblin tersebut langsung terkena tusukan pedang Raviel yang sudah terdapat 3 goblin dipedangnya. Ia langsung memutar 360° seperti sebelumnya dengan ayunan kuat sampai tubuh yang terpotong dari perut hingga keatas membuat terbelah menjadi 2 sampai tubuhnya beterbangan diudara.

"apa-apaan caranya itu" gumam Charles

Setelah selesai membunuhnya, Raviel berlari dan melompat diudara. Melihat ada sekitar 4 Goblin dibawah 2 diantaranya sedang melawan Gabrielle dan Juliette, ia melemparkan 3 anak panah layaknya proyektil dan mengenai tepat.

Wuushh crrrttt!

"woi itu bagianku!!" teriak Juliette

Juliette terlihat begitu kesal karena jatahnya diambil sedangkan Gabriel yang baru saja menghabisi 1 Goblin hanya bisa menghela napas.

Kini tersisa 1 goblin dihadapan pangeran Edward. Secara kebetulan Charlotte dan 3 pengikutnya baru saja sampai dan melihat mereka yang baru saja mengalahkan beberapa goblin.

"cepat tolong pangeran!"

"pangeran tidak selemah itu putri Charlotte"

Goblin itu segera berlari cepat kearah pangeran dan hanya dalam sekali tebasan ke perutnya, Goblin itu langsung terbelah menjadi 2 bagian karena kualitas pedangnya yang begitu keras dan juga tajam.

Raviel yang tadinya sudah memasang kuda-kuda dan siap untuk melemparkan pedangnya kearah Goblin terakhir, ia lanjut lemparkannya dengan sangat kuat ke samping pangeran sampai menciptakan suara ledakan dibelakang pangeran.

"Oi siapa yang menyuruh kalian mengambil mangsaku!?" seruannya dengan nada berat

Dalam sekejap sifat aslinya langsung keluar disana,bahkan Olivia terdiam menyaksikannya secara langsung.

"apa yang kau lakukan? Apa kau lupa siapa yang menolongmu tadi!? " teriak Charles mengingat jika dirinya telah membakar anak panah dari goblin.

"siapa yang bilang aku butuh bantuan kalian? Tidak bisa'kah kalian diam dan duduk manis disana?" tatapannya terus tertuju kepada mereka dengan tangan yang ia kepal dengan kuat.

Terlihat dari UInya hanya tersisa 60 Exp lagi, dan hanya dengan membunuh goblin itu saja dirinya bisa dpt 67 Exp.

'dia... Sudah kuduga dia orang yang menghilang dikoridor kemarin' ujar dalam hati Charlotte.

Gadis dibelakang pangeran Edward langsung memegang erat bajunya.

"sudah hentikan pertikaian ini. Hanya karena satu goblin saja kau sampai begitu, bukannya itu sepele? "

"kalau aku sendiri yang tidak mau gimana? " kembali bertanya kepada mereka.

"heh! Memangnya kau bisa ap--"

Secara tiba-tiba dadanya langsung tertusuk oleh tangan kanan Raviel dan ketika ia menoleh kesampingnya, semua sudah tumbang dan jatuh dipermukaan tanah.

'bagaimana mungkin...'

Napasnya menjadi sesak dan perlahan-lahan ia kehilangan kesadaran.

"Juliette! Oi Juliette apa kau mendengarku" menggoyangkan tubuhnya

Ia langsung segera sadar kembali dan mengecek kondisi tubuhnya.

"kau kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu? " tanya Gabriel disebelah kirinya

'apa-apaan itu tadi! Kenapa itu aku masih hidup? Jika itu hanyalah kilasan kematianku sesaat mengapa rasanya sangat-sangat nyata, siapa orang ini sebenarnya' pikir Juliette sambil menatap Raviel dengan keringat dingin yang keluar dari wajahnya.

'Predator Aura, memberikan kilasan kematian kepada target. Bisa membunuh target secara instant dalam kilasan ataupun tidak sesuka penggunanya. Tapi efeknya akan berkurang menjadi 70% kepada sesama pengguna senjata terkutuk. Ya... cukup bagus juga untuk melawan keroco, seandainya tidak terkena efek instant death sekalipun target menerima efek debuff yang cukup gila.' melirik visual UI disisi kanannya.

[Skill Effect Cooldown]

Paralyzed 00:08

DEF Down 40% 05:09

Weakness III 03:53

Slowness VII 00:28

Magic Resistance Down 60%

Setelah melirik UInya pandangannya kembali tertuju kepada pangeran Edward.

"kenapa temanmu langsung terlihat lemas begitu? Seingatku sebelumnya dia marah-marah karena lawan yang dia hadapi kubunuh"

Meskipun dirinya sudah diprovokasi, Juliette tidak bisa melawan efek debuff yang dia rasakan saat ini.

"sudah cukup! Raviel ayo kita pergi dari sini" langsung mengambil lengan kiri Raviel dan berusaha untuk menariknya pergi.

Awalnya ia ingin meladeninya, tetapi ketika dia melirik ke samping, terdapat putri Charlotte disana. Raviel berpikir bagaimana jika dia akan meladeni para pria tampan yang bodohnya tidak tertolong ini sadar akan derajat mereka didunia.

"baiklah kalau begitu. Kau ambil saja material monster-monster itu, aku tidak sudi mengambilnya"

Raviel mengikuti Olivia pergi dari sana dengan memasuki lorong Goa dan berpapasan langsung dengan Charlotte yang langsung bergegas menghampiri pangeran Edward yang sedikit terluka terkena angin dari lemparan pedang Raviel.

"Yang mulia! "

Charlotte langsung menarik gadis itu dengan kasar dan melihat kondisi Edward karena begitu khawatir kepadanya.

"apa yang mulia baik-baik saja? "

"ya aku baik-baik saja tidak perlu khawatirkan aku" berjalan mendekati gadis yang berada dibelakang Charlotte.

"kau tidak apa apa Isabelle? Maafkan dia atas tindakan kasarnya ya" memegang dengan lembut jari jemari Isabella.

"apa maksudnya ini yang mulai, jelas-jelas gadis itu berusaha menipumu!" menunjuk gadis itu yang kini sedang dengan nada tinggi.

"jangan bawa urusan luar ke dalam sekolah Charlotte. Aku tahu kau itu tunangan yang mulia, tetapi jika disekolah kita itu sama seperti murid yang lain" ujar Juliette yang mengangkat kedua lengan dan meletakkannya dibelakang kepala.

"t-tapi aku hanya khawatir kepada yang mulia--"

"cukup hentikan ini Charlotte! Aku tidak begitu tahu seberapa terobsesinya kau, tetapi yang dikatakan Juliette itu benar. Ayo kita pergi Isabelle"

"iya yang mulai Edward" menatap pangeran dengan senyuman manis.

Mereka berenam meninggalkan Charlotte bersama para bahannya setelah menjadi bahan tontonan para murid yang baru saja datang ketempat kejadian.

***

1 minggu telah berlalu, selama beberapa hari belakangan ini Raviel hanya menjalani beberapa pelajaran tentang etika, sopan santun, serta penjamuan seperti yang dilakukan oleh keluarga para bangsawan disebuah film ataupun animasi.

Sampai tiba hari H dimana sekolah merayakan Anniversary yang ke 24 bertepatan di tanggal 13 Lower Birth Goddess.

Acara dilaksanakan diaula sekolah yang begitu megah dipenuhi oleh hiasan lampu yang begitu mahal serta beberapa ukiran divas bunga dari pengukir yang sangat terkenal dikekaisaran. bahkan harga 1 vasnya bisa mencapai 1000 Diar.

Bukan hanya itu saja, mereka menyediakan makanan-makanan mewah dengan porsi yang sedikit, dessert dari toko toko terkenal dikekaisaran, serta beberapa minuman anggur didalam sebuah wadah besar yang terbuat dari kaca.

Raviel disini hanya menyandarkan tubuhnya disalah satu dinding tiang melihat kedua temannya Christ dan Mike jatuh tersungkur setelah kepalanya saling dibenturkan oleh seorang budak demi-human serigala yang bertubuh tinggi berambut dan berkulit coklat karena telah mengajak majikannya untuk datang ke pesta minum teh mereka.

Mereka berdua tampak begitu menyedihkan, jadi Raviel segera membantu mereka berdua diri dengan mengulurkan kedua tangannya karena kepala mereka masih merasa pusing.

Raviel segera menarik mereka dan akhirnya mereka berdiri kembali "gimana? masih belum kapok?" tanya Raviel dengan nada sedikit menyindir.

"ya... Kurasa untuk sekarang aku tidak akan mau mengajak para gadis seperti itu lagi" Christ memegang kepala kirinya yang masih terasa pusing

"aku juga, sepertinya aku harus mengikuti saranmu" ujar Mike yang sama seperti Christ, memegang kepalanya tetapi di sisi satunya.

"ya baguslah, sepertinya sebentar lagi para siswi akan menjerit kegirangan" melirik keatas kanan yang terlihat kelima 5 tersebut datang menggunakan pakaian mewah mereka yang sesuai dengan warna rambutnya, sedangkan Isabelle berada ditengah dituntun langsung oleh yang mulia Edward meskipun dirinya hanya menggunakan seragam sekolah seperti Raviel saat ini.

Christ dan Mike ikut melihat arah pandang Raviel saat ini dan menyadari kedatangan mereka.

"mereka selalu saja mengambil panggung" Christ menatap dengan ekspresi memelas

"kita yang keroco bisa apa Christ" menatap mereka dari kejauhan dengan ekspresi datar.

"hahhh... " helaan napas mereka berdua.

'sudah waktunya aku akan naik keatas panggung megah mereka, tentu untuk merusak suasana' dalam hati Raviel dengan senyuman sinis yang ia sembunyikan dibalik topeng.

Sesuai dugaan Raviel, setelah menuruni anak tangga terakhir, para siswi menjerit kegirangan. Karena jeritan mereka yang begitu berisik, Raviel menyumbat lubang telinganya dengan jari.

Melihat perilaku Isabella yang dituntun layaknya seorang tuan putri, membuat Charlotte yang menyaksikan hal itu langsung berjalan dengan cepat ke arah mereka, padahal ia sengaja memakai gaun favoritnya untuk bisa bertemu dan mengobrol dengan yang mulia Edward.

"apa yang kalian lakukan! Kenapa kalian sama sekali tidak sadar jika kalian semua sudah ditipu oleh gadis seperti dia! " teriak Charlotte dengan suara yang berapi-api.

"kenapa kau begitu marah? Itu'kan hak kami, benar bukan yang mulia? " James melirik yang mulia yang berada disisi kanannya.

"itu benar, dan semakin kulihat obsesimu padaku sudah cukup kelewatan, bahkan kudengar kau sampai membakar tugas sekolahmya." jawab Edward dan menatap tajam Charlotte.

"sudah cukup!! "

Charlotte langsung melepas sarung tangan putih yang ia kenakan lalu dilemparkan kepada Isabella dan terjatuh dilantai.

"tu-tunggu apa maksudnya ini? " tanya Isabella yang begitu kebingungan dengan maksud Charlotte yang melemparkan sarung tangannya kepada dirinya.

"aku menantangmu duel sekarang! Jika kau kalah jangan dekat-dekat dengan yang mulia lagi!!" seruan Charlotte dengan nada tinggi mengisi kekosongan Aula saat pertikaian mereka.

"jangan ambil itu Isabella, itu adalah tantangan duel. Jika kamu mengambilnya berarti kamu menerima duel tersebut. " ujar Gabriel yang memberitahukan kepada Isabelle di sisi kanannya.

"kalau begitu... " pangeran Edward pun segera membungkuk dan mengambil sarung tangan tersebut "aku akan menerimanya sebagai perwakilan Isabella.

"kyaaaaa yang mulia!"

Semua gadis menjerit dan merasa kagum dengan sikap ksatria dari Edward.

"kalau begitu aku juga" ujar James

"aku juga" ujar Charles

"aku juga" ujar gabriel

"jangan lupakan aku juga ya..." ujar Juliette

Mereka semua berdiri didepan Isabelle seolah-olah diri mereka adalah sebuah perisai untuk melindungi seorang tuan putri yang sangat baik.

Melihat situasi saat ini, benar-benar tidak menguntungkan dirinya. Charlotte segera berteriak dan melirik ke sekelilingnya "seseorang apakah ada yang mau menjadi perwakilanku!? "

Semuanya langsung terdiam baik itu pria ataupun wanita disana, karena yang mereka lawan adalah ialah seorang pangeran sang penerus takta kekaisaran.

Bahkan pengikutnya sekalipun yang selalu memujanya kini menghilang ditelan oleh bumi.

Melihat kesempatan yang begitu pas ini, Raviel perlahan mulai maju.

"oi raviel kau serius? " tanya Christ disisi kirinya.

"jika kau melakukan banyak orang yang tidak menyukaimu loh" Mike bertanya juga kepada Raviel.

Disini ia merasa sangat berterima kasih karena telah peduli kepada dirinya sebagai bangsawan gelar rendah, tetapi itu tidak akan memutuskan tujuannya.

"terima kasih sebelumnya, tetapi kau tahu..."

Raviel segera memperlihatkan setengah wajah kanannya, dan terlihat cahaya merah keluar dari mata kanannya. "aku masih memiliki urusan pribadi kepada mereka"

Ia memasang topengnya kembali, dan hanya dalam sekali melihatnya saja, Christ serta Mike tahu jikalau itu adalah tatapan penuh hasrat tanpa mengenal rasa puas.

"baiklah pengumuman semuanya... Aku yang akan menjadi perwakilan dari nona Charlotte Fitzroy" berjalan ditengah-tengah dan kini berhadapan langsung dengan mereka berlima.

"k-kau lagi... " ujar James yang merasa jengkel dengan Raviel.

Hanya melihat topengnya saja Juliette langsung teringat kejadian 1 minggu yang lalu,dimana ia melihat sebuah kilasan kematian dirinya sendiri bersama dengan yang lain.

"eh ada sipaling pahlawan, gimana bahan materialnya minggu lalu? Dapat banyakkan?" sindir Raviel dengan nada menyebalkannya menatap sisi kiri dan kanan James

"kenapa kau disini? Aku tidak sudi dibantu oleh pria kasar sepertimu! " seruan Charlotte yang menolak mentah-mentah tawaran tersebut.

Raviel langsung membalikkan badan ke Charlotte dan berkata "apa? Pria kasar? Jadi menurutmu Pangeran Edward yang sudah mencampakkanmu sebagai tunangan itu lebih baik dariku? Kau serius mengatakan hal itu padaku? " menunjukkan yang mulia Edward dibelakangnya dengan ibu jari.

Disini Charlotte merasa ragu dengan pilihannya, sebab apa yang dikatakan oleh dia adalah fakta, bahkan saat gadis berambut putih pendek itu menarik tangannya untuk menghentikan pertikaian mereka berenam, ia langsung menurunkan egonya dan memilih menuruti kemauan gadis itu.

Charlotte terpaksa mengalah kali ini, ditambah tidak ada yang mendukungnya sama sekali.

"baiklah, lakukanlah sesukamu"

"hihi itulah yang kusuka" senyum puas Raviel dibalik topeng.

Edward segera menekan dahinya dengan 2 jari diiringi dengan helaan nafas "hahhh... Jadi kau masih mempermasalahkan hal itu?"

"oh tentu, tapi itu baru satu saja." jawab Raviel

"cepat katakan saja duel apa yang kau inginkan pria kasar! " seruan Gabriel sambil mengepal tangannya.

"bagimana dengan duel Blindness? "

Semuanya terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Raviel.

Duel Blindness, sebuah duel yang bisa dikatakan terlarang karena ketidak seimbangan dalam pertarungan. Mereka bisa menggunakan perlengkapan baju zirah alias mecha ataupun perlengkapan petualang mereka seperti pedang, perisai, tongkat sihir dan sebagainya.

Dipertarungan Blindness ini tidak ada batasan sama sekali, berbagai cara bisa digunakan demi mencapai sebuah kemenangan puncak. Dan dalam duel ini pemain tidak bisa melihat satu sama lain sebelum memasuki arena yang membuat mereka tidak tahu apakah lawan mereka menggunakan perlengkapan baju zirah ataupun perlengkapan petualang, Karena sistem duel tersebut terhitung tidak adil dan juga sangat berbahaya dari duel baju zirah jadi mereka meninggalkan duel tersebut.

"gimana? Mau tidak, jika tidak mau kau bisa langsung meminta maaf kepada Charlotte sekarang--"

"tidak! Aku akan menerimanya" seruan Edward dengan tatapan tajam yang tertuju kepada Raviel.

"t-tapi!--"

"tak masalah, aku sudah membulatkan tekadku James. Akan kulakukan demi Isabelle "

Karena keberanian Edward, Ia menggerakan hati para teman-temannya untuk mengikuti duel tersebut.

"baiklah aku juga akan ikut serta." ujar James

"aku juga." ujar Gabriel

"aku juga" Charles

"meskipun beresiko, akan kulakukan juga demi Isabelle" ujar Juliette.

'ini baru menarik!' seruan dalam hatinya yang begitu senang.

"seperti yang diinginkan Charlotte, jika aku menang kau jangan pernah berhubungan dengan Isabelle lagi" menunjukkan Edward

"lalu jika kau yang kalah? " tanya Edward

Ia tersenyum kembali dan benar-benar merasa dirinya akan menang hingga Raviel berani mengambil resiko dalam taruhannya.

"akan kuberikan semua harta serta pulau pribadiku yang luasnya 1600km kepada sekolah serta membuang gelar Baronku dan keluar dari sekolah ini."

Semuanya sangat terkejut dengan taruhan tersebut karena siapa yang mengira jikalau seorang Baron memiliki sebuah pulau pribadi yang cukup luas,ditambah Raviel sampai rela membuang gelar Baronnya dan keluar dari sekolah hingga kedua temannya serta Olivia yang baru sampai mendengarkan hal tersebut segera mendatangi Raviel.

"hey apa kau gila Raviel!" seruan Christ

"tidak semua orang rakyat jelata bisa menjadi Baron dengan usaha sendiri sepertimu! Apa kau yakin dengan taruhan itu!? " tanya Mike.

"sangat yakin" ujar Raviel tanpa ragu.

"Raviel... " Olivia menggenggam kedua tangan sendiri.

"kalau begitu sampai jumpa besok ya teman-teman. Jika ada yang mati dari duel itu deritanya sendiri ya, jangan sampai bawa nama keluarga kalian. Jadi..."

Raviel segera berbalik badan dan mendekati Charlotte dibelakangnya "tolong buat surat kontraknya ya, tu-an put-ri..."

Raviel segera berjalan menuju pintu keluar Aula dengan suasana hening serta semua siswa dan siswi terus memandangi dirinya hingga keluar dari sana. orang-orang ikut pergi dari Aula dan menyisahkan Christ, Mike, Olivia serta Charlotte yang masih tak habis pikir dengan taruhan gila dari Raviel.

'baiklah, ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan siapa yang berkuasa disekolah. Dan sudah waktunya mencari siapa pemegang Sin Of Lust' ujarnya dalam hati dengan dagger di tangan kanannya.

-To Be Continued-