~masa depan bahagia tak akan menjamin terhapusnya masa lalu yang telah terukir~
-
-
-
-
-
-
-
⭐⭐⭐
Saat aku kembali pulang dengan perasaan yang serasa teriris, tiba-tiba kaki ku kembali lemah dan tertunduk saat melihat rumahku telah hancur.
Aku tahu, takdir baik memang tak pernah datang padaku. Tapi apakah harus di saat seperti ini? Aku tertegun, merenungi setiap kisah hidupku yang amat menyedihkan.
Aku harus mencari lagi puluhan kardus dan membangun rumah baru untuk bisa melindungi tubuhku dari kejam nya dunia.
Namun, kaki ku masih terlalu lemah untuk kembali beranjak. Aku hanya duduk di samping rumahku yang telah hancur. Aku pun tak memikirkan dimana aku tidur karena keadaan seperti ini sudah terlalu biasa bagi ku.
Syukurlah bintang tak ada. Tapi hujan menjadi bencana. Aku menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya dengan keras.
Namun, tiba-tiba seseorang duduk di samping ku dengan senyuman nya yang tak pernah luntur. Saat aku melihat siapa orang itu, aku langsung beranjak dan menghindar menjauhi nya.
"ngapain lo di sini? " tanya ku dengan nada dingin dan kesal yang masih meraungi perasaanku.
"gue minta maaf, gue sama sekali gak bermaksud untuk ikut campur masalah lo. Gue cuma mau lo tahu, gue peduli sama lo bukan karena wajah lo mirip sama pacar gue, tapi gue ngerasa hidup yang lo jalanin terlalu kejam, dan satu hal yang pasti bakalan jadi kesalahan terbesar gue, kalau gue ngebiarin lo kayak gini, dan lo ternyata emang saudara dari Ismi, lo bisa bikin gue mati. Kalau misalnya Ismi ketemu sama lo, dia juga pasti yakin lo itu saudara dia karena dia seorang dokter. Dia lebih tahu tentang medis. Dan kalau pun lo bukan saudaranya, dia juga pasti gak bakalan biarin lo hidup kayak gini" jawabnya panjang lebar
Suasana menjadi hening. Tak ada suara apapun karena cuaca memang sangat dingin malam ini.
"Sefa... Gue mohon terima bantuan gue.. Gue mau memperbaiki hidup lo. Gue mau lo juga ngerasain artinya sebuah kebahagiaan" lanjut nya
"Sefa... "dia memanggilku karena tak ada respon dariku yang membelakanginya.
Aku menarik nafas panjang dan berusaha menahan air mata yang tak sanggup ku bendung lagi. Kemudian membalikan badan ku menghadap nya.
"makasih... Makasih karena lo udah peduli sama gue. Tapi gue mohonn.. Jangan pernah bikin hidup gue tambah rumit. Gue cukup bahagia dengan semua keadaan ini dan gue gak pernah minta untuk hidup bahagia. Jadi gue mohon.. Stop untuk pikirin hidup gue. Gue masih bisa hidup dengan keadaan ini, gue masih bisa bertahan dalam keadaan tersulit sekali pun. Jadi plissss.... Jauhin gue... Anggep aja lo gak pernah kenal sama gue. Dan jalanin hidup lo seperti lo pada awalnya. Jaga baik baik pacar lo yang mirip sama gue. Dan satu hal lagi, tolong sembunyiin identitas gue sama pacar lo, jangan buat masalah di keluarga nya. Oke... "pintaku dengan nada sedikit lebih lembut kemudian beranjak meninggalkan lelaki yang memanggil namanya dengan sebutan Geno.
"Sefa... "panggil nya menghentikan langkah ku yang mulai menjauh, namun tak membuatku untuk kembali mengarah padanya. Aku tetap pada tujuan ku dan segera pergi tanpa mempedulikan orang baik yang peduli terhadap hidup ku itu.