webnovel

Tawaran Kencan

Bertemu dengan Nada beberapa hari lalu membuat Kenzi jadi merasa tidak enak. Padahal, cowok itu selalu nyaman-nyaman saja dengan tindakan apa pun yang dia lakukan.

Seharusnya, benar kata sahabat-sahabatnya. Kenzi setidaknya memberi sesuatu untuk Nada sebagai bentuk terima kasih. Entah itu sekedar traktiran atau mengajaknya jalan-jalan. Bermain game di ponsel pun, Kenzi siap asal Nada menyukai kegiatan itu.

Cowok tersebut berkeliling kampus. Mencari gedung fakultas ekonomi yang disinggahi Nada, kata Dara. Entahlah, istri sahabatnya itu seolah tahu siapa saja penduduk kampus ini.

Langkah Kenzi berhenti ketika gadis dengan pakaian pendek ala Korea itu baru selesai memesan menu di kantin. Kenzi cepat-cepat menghampirinya sebelum ada salah satu sahabatnya yang ke mari guna menertawakan ia.

"Nada!" teriak Kenzi membuat gadis itu berbalik badan.

"Apa?" tanyanya ketus.

Nada sedikit kesal dengan malam itu yang tidak d beri tumpangan. Padahal, seharusnya dia diperlakukan sedikit spesial karena sudah pernah membantu cowok aneh ini.

"Sorry, ya, gue belum kasih sesuatu. Makasih udah temuin kunci motor gue. Minuman ini udah dibayar? Mau gue traktir, enggak?" tawar Kenzi dan Nada pun menggeleng.

"Udah beres, tenang aja sama gue. Gak minta upah kok." Nada tersenyum simpul kemudian menyeruput kopi latte miliknya.

"Oh, ya, udah. Gimana kalau nanti sore, kita keluar. Ngopi-ngopi kek atau mau gue anterin pas pulang?" lanjut Kenzi.

"Enggak usah, gue ikhlas."

"Apa ada yang gak lo suka dari gue? Maksud gue, kenapa gak mau jalan bareng?" Kenzi mengikuti langkah panjang itu.

"Bukannya enggak mau itu, sih. Gue cuma gak mau ada isu yang nyebar aja. Kita keluar cuma gara-gara gue temuin kunci motor lo. Gue gak mau tiba-tiba di labrak seseorang dan gempar," jelas Nada.

"Aman, gue jamin kejadian itu gak bakal ada. Toh, cuma sekali. Habis ini gue gak ngajak lagi. Plis, mau, ya? Jangan bikin gue merasa hutang budi," bujuk Kenzi.

Dipikir-pikir, nanti sore tidak ada jadwal apa pun bagi Nada. Gadis itu sedang memilih di rumah akhir-akhir ini dan kebetulan sahabat-sahabatnya pun tidak ada yang mengajaknya keluar.

Lagipula, jalan sehari bersama Kenzi tidaklah menjadi masalah besar. Hanya perlu menjawab ketika di beri pertanyaan dan mencairkan suasana ketika hening menyapa.

Kenzi juga terlihat anak baik-baik. Meskipun entah memiliki masa lalu dan kebenarannya seperti apa. Nada mengangguk saja yang menimbulkan tawa girang dari cowok di sampingnya.

"Oke, gue mau. Gak usah dijemput, gue ada kelasnya pas siang. Balik dari kampus, langsung aja," balas Nada mantap.

"Oke, thanks ya. Gue tunggu depan kelas lo nanti. Dandan boleh kok, gak ada yang larang."

"Iya, lo pasti malu kalo jalan sama gue yang lagi kucel akibat belajar seharian. Iya, kan?" Nada terkekeh remeh.

Meninggalkan Kenzi di tempat ini mungkin lebih baik. Daripada harus lama-lama dan berujung percakapan mereka tak berhenti. Kenzi itu ternyata banyak bicara.

Beralih ke Kenzi, cowok itu memilih ke toilet sebentar lalu pergi menemui sahabat-sahabatnya. Membiarkan Nada masuk ke dalam kelas sementara dia bermain di luar.

Lapangan kampus cukup luas, tetapi belum juga Kenzi berkeinginan memakainya. Elang dan yang lain pun masih santai santai saja menikmati belajar mereka tanpa ingin kembali ke dunia olahraga seperti saat SMA.

Elang, meskipun tidak bisa basket, tetapi ia suka dengan kasti. Walaupun tidak ada lapangan kasti di sini, setidaknya hanya memainkan bola pun cukup menjadi penghibur.

"Ken!" Teriakan itu berasal dari Marco yang entah sejak kapan ada di area fakultas ini.

Tanpa berlama-lama, Kenzi segera menghampiri nya. Dia dan cowok itu memang terlihat sangat akrab di banding yang lain meskipun beberapa sering mengatakan Kenzi lebih dekat dengan Elang.

"Gue tadi lihat Ghesi lagi sama Dara ke kelas lo. Gue kira, lo ada di sana. Eh, malah di sini. Ngapain, ya, mereka?" gumam Marco.

"Gak tau gak peduli juga. Yuk, balik!" ajak Kenzi, "tapi, gue mau ke sini lagi nanti. Lo gak usah ikut."

"Hah? Ngapain?" Dahi Marco berkerut.

"Mau kencan sama Nada," timpal Kenzi kilat.

"Lah, halu ini bocah." Marco terkekeh kekeh.

"Enggak halu, serius. Nada terima ajakan gue buat jalan. Kalau gak percaya, ikutin gue aja nanti." Kenzi mengucapkannya seolah berbangga diri.

"Yah, paling juga cuma lo anter pulang. Ya, 'kan?"

"Yah, gak percaya an ni anak. Kalau gue sampe punya foto berdua sama dia, lo mau lakuin apa?" tantang Kenzi.

"Gue pinjemin PS lima setiap hari. Ke rumah gue aja, makanan gratis nanti." Marco menaikkan kerah baju. Seolah yang dikatakan Kenzi memang bohong.

"Oke, gue pegang omongan lo."

Keduanya tak lagi melanjutkan percakapan. Berpisah di parkiran guna menuju mobil masing masing. Letak rumah mereka berjauhan yang mana harus berbeda arah ketika keluar gerbang.

Kenzi di dalam mobilnya tiba-tiba mengukir senyum. Ada yang aneh ketika mendengar bahwa Nada menyetujuinya. Kenzi tak berharap, hanya saja, mungkin ini waktu yang tepat untuk dia mulai membuka hati.

Kenzi itu punya mantan lebih dari tiga, tetapi tak pernah takut untuk mencoba dengan orang baru. Bersama Ghesi yang tiga tahun aman saja, bisa putus. Dia tak boleh memiliki rasa yang lebih untuk Nada.

Bilapun suka, sewajar nya saja. Kenzi tak ingin lagi menyakiti diri sendiri. Dia sudah cukup meneteskan air mata kala setelah mendengar kata putus dari pacarnya.

Cowok itu berbelok menuju area rumah. Andai dia berani membawa gadis gadis itu ke area ini, apa mungkin hubungan mereka akan berakhir? Kenzi masih belum siap mengenal kan pacarnya dengan orang tua.

"Astaga, kenapa gue reinkarnasi jadi Elang gini, sih?" gerutu Kenzi sebab sedari tadi senyum tak luntur dari wajah tampan nya.

Elang itu, dulu yang selalu di beri gombalan. Dia cowok, tetapi yang berperan di kejar. Selalu salah tingkah ketika bertemu dengan Dara. Kenzi sebenarnya tak ingin meniru sifat sahabatnya.

Namun, jika itu benar+benar terjadi, Kenzi bisa apa? Dia berharap, dia yang lebih dulu jatuh cinta. Jangan Nada apalagi dia yang di kejar. Cowok itu di depan, berperan mengejar lalu membahagiakan.

Kenzi ingin memiliki gadis yang menurut dengannya. Tipe gadis manis dengan tinggi semampai dan berotak cerdas. Sepertinya, Nada memiliki itu semua.