webnovel

Kennath&Nadhia

Ini cerita hidupku, bukan hanya cerita tentang dia. Ini lebih dari itu melibatkan persahabatan dan perkelahian yang membuatku menyadari kalau semua pengalaman hidup itu penting. Aku selalu ingin ada sedikit tantangan di hidupku, karena hidup normal itu membosankan. Namun saat bertemu dengannya ini bukan lagi sedikit. Bagaimana jadinya jika aku anak sederhana yang tak tahu cara mengutarakan perasaanku dipertemukan dengan sosok laki-laki yang mampu merubah hidup ku 180 derajat.

novafa · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
13 Chs

Perasaan baru

Aku tak tahu orang-orang di sekelilingku membicarakan apa karena kepalaku masih berputar pening.

"Nadh?" Aku terkejut saat ada yang menyentuh lenganku.

Aku menoleh perlahan masih memegang pipiku, "coba liat" pinta Bara mengambil tanganku untuk melihat pipiku.

"Merah nadh"

"Bukan merah lagi itu mah, malah ada bekas tangan Raya" sahut Delina.

"Nadhia aku gak sengaja" aku mendengar suara Raya bergetar.

Aku masih belum membuka suara.

"Pusing ya nadh?" Tanya Nayya memegang pundak ku.

Aku menangguk pelan.

"Apa-apaan ini?!!" Suara yang keras itu membuat kepalaku semakin sakit.

"Kennath berisik tau! Nadhia jadi makin pusing!" Omel Keysha.

Kennath mendekat ke arahku dan menyingkirkan tangan Bara yang berada di lenganku.

"Kenapa?" Tanyanya menduduk melihat pipiku. "Siapa yang nampar lo?" Tanya Kennath, aku bisa dengar dari suaranya seperti Kennath marah. Kenapa juga harus Kennath yang marah?

"Gue"

Kennath menoleh kesamping menatap Raya yang sudah berkaca-kaca.

"Tega lo nempar temen lo sendiri?"

"Gue enggak sengaja, tadi nya mau nampar Dinda" isak tangis Raya mulai terdengar.

"Enggak usah nangis lo!" Ujar Dinda.

"Ray aku enggak apa-apa kok, jangan nangis" jujur. Aku paling tak bisa melihat teman ku menangis, rasanya aku ingin menangis juga.

"Maafin aku ya nadh, aku bener-bener enggak sengaja"

"Sengaja dia nadh, orang sampe kenceng gitu" seru Beni mengompori.

Raya menghentakan kaki kesal, "apaansi! Diem lo!" Jeritnya.

"Drama banget anjir" gumam Amara, aku meringis kenapa Amara malah membuat suasana semakin memanas.

Raya semakin menangis hingga punggungnya bergetar.

"Udah ray jangan nangis" ujar Keysha.

"Kalian selesaian masalah kalian berdua, jangan pake emosi" titah ku melihat Raya dan Dinda bergantian.

Dinda lebih dulu keluar kelas di susul Raya yang sedang mengusap air matanya.

"Masih sakit nadh?" Tanya Bara.

Aku menoleh ke Bara yang berada di samping kanan ku, "lumayan"

"Lagian so-soan jadi penghadang, akhirnya lo kan yang kena" ujar Kennath yang berdiri di samping kiriku.

Aku menatap Kennath sengit, bisa enggak sih dia sehari aja enggak ngeselin.

"Diem deh Kennath gue lagi enggak mau berantem sama lo" ujarku seraya duduk di bangkuku.

"Siapa juga yang mau berantem sama lo, gue cuma bilang jangan sok jadi super hero"

Kepalaku sudah tak terlalu pusing, tapi pipi ku masih cenat-cenut. Aku lebih baik diam dari pada membalas ucapan Kennath yang tak ada habisnya.

"Lo bukannya ditenangin malah di kata-katain" bela Delina.

"Emang si Dinda sama Raya ada masalah apaan sih? Sampe segitunya" tanya Irsyad heran

"Cowok" jawab Nayya.

"Yaelah, kaya bocah aja masalahnya tentang doi" ujar Kennath

"Ntar lo juga kaya gitu kalo udah kenal cewek" ujarku.

"Sorry sorry aja nih, gue paling anti pertemanan rusak cuma gara-gara cewek" ujar Kennath sombong.

***

Pelajaran kosong berlanjut sampai jam istirahat.

Dinda dan Raya juga sudah baikan, walaupun masih agak canggung.

"Nadh aku minta maaf ya" Raya duduk di sebalahku. Sekarang kita semua sedang berada di DPR (Di bawah pohon rindang).

"Enggak papa kok ray, aku tau kamu enggak sengaja. Lagian kamu enggak bakal sengaja nampar aku kan?" Tanyaku ke Raya, Raya memang anak yang kalau ketawa selalu mukul-mukul benda di sekitarnya. Tapi tak pernah melihat Raya kasar ke pada siapapun.

"Enggak mungkin lah nadh"

"Trus tadi kenapa kamu mau nampar Dinda?" Tanya Dara tak suka, aku tahu teman se-geng ku tak suka dengan Raya karena Raya anaknya cerewet, heboh, kekanak-kanakan, cengeng, over ceria.

Tapi justru aku suka dengan sifat Raya yang seperti itu, karena Raya tetap menjadi diri nya sendiri walaupun banyak yang tak suka dengannya.

Sementara aku, aku tak bisa jadi diri ku sendiri. Aku selalu menyesuaikan sikapku kepada berbeda orang, saat bersama Raya aku menjadi anak yang dewasa, selalu menasehati Raya kalau dia ceroboh aku sudah benar-benar menganggap kalau Raya adalah adikku, kadang-kadang aku juga absurd dengannya kita sering main telur-teluran di kelas. Lucu.

Kalau sama Bara sikapku berbeda sekali, aku menjadi anak yang cerewet, selalu bertanya, selalu ingin mencari topik pembicaraan yang bagus.

Kalau dengan Kennath? Kennath itu orang yang bisa mengeluarin sisi pemarahku, rasanya mau marah-marah saja kalau dekatnya, aku juga cuek dengannya, tapi aku sempat penasaran dengam latar belakang diri Kennath yang bruntal.

"Nadh dari tadi kamu dengerin kita ngomong engga si?" Tanya Keysha.

Aku mengerjapkan mata menatap teman-temanku, "kenapa sih nadh? Kok kamu jadi kaya gitu?" Tanya Dara.

"Kaya gitu gimana?" Tanyaku balik. Apa sifat ku berubah?

"Jadi enggak asik, kamu jadi banyak diem"

"Kalo lagi ada yang dipikirin cerita nadh" ujar Nayya.

Aku menghela napas pelan, "enggak tau" ujarku. Aku tak ingin memberi tahu ke mereka kalau aku respect dengan Bara.

"Kenapa sih nadh?" Tanya Keysha terdengar memaksa aku buat bercerita.

"Aku kayanya suka deh sama—" jedaku membuat teman-temanku mengerang kesal.

"Sama?"

"Bara" jawabku pelan.

Teman-temanku terkejut menatapku seperti melihat uang, "maksudnya bukan suka yang gimana-gimana. Aku suka karna dia baik, dia care, dia dewasa" jelasku cepat.

"Aku juga dari dulu udah curiga kalo kamu suka sama Bara" ujar Nayya.

"Ada perasaan mau memiliki enggak?" Tanya Delina.

Aku menggeleng ragu, "enggak mau berharap lebih"

"Tenang, ntar aku bilang sama Bara—" aku melotot ke Keysha. "JANGAN!" Potongku, untung kantin sedang ramai jadi suaraku tak terlalu terdengar kencang.

"Jangan bilang siapa-siapa, apa lagi Bara. Aku cuma mau kalian aja yang tau"

"Kok bisa sih kamu suka sama Bara?" Tanya Dinda heran.

"Emang kenapa?" Tanyaku.

"Gak papa sih, cuma dia suka enggak jelas"

Aku mengerutkan alis bingung, maksud Dinda Bara enggak jelas gimana?

"Bara asik kok, cuma kamu aja yang belum kenal deket" ujar Keysha. Aku tau Keysha berteman dekat dengan Bara, bahkan dibandingkan aku Keysha lebih dekat dengan Bara.

"Key jangan bilang Bara ya kalo aku suka sama dia" aku memohon ke Keysha, aku tak ingin Bara menjauh ketika ia tahu kalau aku suka dengannya.

Keysha mengangguk seraya meminum es teh manis.

Ketika aku asik makan dan mengobrol dengan teman-temanku, aku mendengar suara ribut dari kedung atas.

"Ada apa sih?" Tanya Amara.

"Kayanya Kennath buat ulah lagi deh" jawab Raya.

Aku menautkan alis, "kenapa kamu bisa bilang kalau itu Kennath?"

"Trus siapa lagi yang suka cari masalah di sekolah kalo bukan dia?"

Iya juga sih, aku baru kali ini sekelas dengan Kennath tapi sejak kelas 10 aku sempat dengar bahwa ada anak laki-laki yang suka membuat onar namun aku tak perduli dan ternyata orang itu Kennath.

Teman-temanku langsung menuju tempat kejadian, aku terpaksa mengikuti karena aku tak ingin di sini sendirian. Ya aku juga sedikit penasaran kenapa Kennath membuat onor lagi.

Setelah aku dan teman-teman ku sampai di lantai dua, tempat ini sudah ramai ditambah ini masih jam istirahat.

"Kennath berantem sama Wafi?!" Aku mendengar Raya menjerit di depan pintu kelas 11 Bahasa 2.

Aku menoleh ke Dinda yang berdiri di sampingku, Dinda tak mengeluarkan ekspresi apapun lalu aku memegang pundak Dinda. "Dinda kamu gak papa?"

"Salah enggak sih nadh suka sama orang yang enggak suka juga sama kita?" Tanya Dinda, namun pandangannya masih melihat Raya yang sedang berusaha memisahkan Kennath dan Wafi.

Enggak salah din, aku juga pernah.

Aku melirik Raya bergantian menatap Dinda. "Enggak salah kok din, tapi kamu harus ambil resiko"

Dinda menoleh ke aku seraya mengerutkan keningnya, "kamu pilih suka sama Wafi itu kamu harus udah ngambil resiko kalau perasaan kamu enggak harus dibales sama dia"

"Tapi aku enggak bisa nadh, aku enggak bisa kalo liat Wafi sama yang lain. Apa lagi sama Raya, temen aku sendiri"

Aku tersenyum, aku seperti melihat diriku sendiri disaat aku menyukai Aril namun Aril menyukai Nayya.

"Masih ada Adren" godaku. Adren adalah anak kelas 11 Bahasa 2, sekelas dengan Wafi. Kami semua tahu kalau Adren suka dengan Dinda.

Dinda memutar mata malas, "apaan sih nadh" rengek Dinda membuat aku terkekeh.

Dinda ikut terkekeh, aneh. Bisa-bisa nya kita berdua tertawa di keadaan yang panas seperti ini.

Beberapa detik berikutnya aku mendengar suara jeritan beserta suara pukulan membuat aku dan Dinda sontak menoleh ke depan melihat apa yang terjadi.

Aku membulatkan mata saat melihat Kennath memukul rahang Wafi dengan sangat kencang hingga menimbulkan bunyi.

Aku harap kalian masih mau membaca ceritaku, karena cerita ini akan membuat kalian sedih, marah, baper, dan terombang-ambing.

novafacreators' thoughts