Beberapa hari kemudian, pak RT dan RW dan sejumlah warga datang kerumah Ki Jambrong. Tentu saja memberitahu pesan Esih si Kunti, Ki Jambrong terdiam dia tidak terkejut hanya terlihat heran. Menurutnya si Esih sudah di kunci di botol khususnya dan tak mungkin bisa keluar.
Tapi mbah Jambrong bersedia memenuhi keinginan si Esih, malam yang ditentukan pun dimulai. Rupanya cerita tentang si Esih sudah cepat menyebar ke seluruh penduduk desa. Ada yang berani melihat tak sedikit takut, lebih memilih tinggal dirumah.
Tepat pukul 11 malam para penduduk yang berani menonton dari jauh karena mbah Jambrong melarang mendekat dengan mengerahkan bodyguard, satu ,memang berbahaya karena ini bukan pertarungan biasanya, kedua mbah Jambrong sengaja ingin tahu kenapa si Esih bisa ke keluar, ini mempertatuhkan reputasinya sebagai dukun terkenal.
Waktu yang ditentukan pun di mulai semua terdiam dan hening tidak ada yang bersuara. Entah karena ketakutan atau apa. Mbah Jambrong menyalakan dupa baunya menyebar kemana-mana hal ini dilakukan untuk mengundang mahluk astral mereka suka sekali yang seperti itu. Ia duduk bersila menunggu kunti Esih datang.
Tiba-tiba angin besar datang, menerpa dedaunan sehingga membuat bunyi bergemerisik tapi anehnya tidak semua tertepa angin itu hanya di bagian dimana mbah Jambrobg berada saja.
"Hi ... hi .. hi ... !!" tiba-tiba terdengar suara lengkingan tawa yang keras tapi juga menakutkan dan membuat merinding, tak lama sekelebat berwarna putih terlihat.
"Kamu datang juga Esih !" ujar mbah Jambrong menatap perempuan baju putih duduk diatas dahan pohon mangga.
"Jambrong .. hi ... hi ... kamu sudah datang !" mata kunti itu memerah menatap tajam mbah Jambrong.
"Siapa kamu sebenarnya !" teriak mbah Jambrong, dia yakin ada yang mengendalikan si Esih.
"Hi ... hi ... ini teh Esih !" jawabnya
"Bukan, pasti ada yang mengendalikanmu !"
"Ih ... dasar kakek peot ! masa engga percaya ... kamu yang sebenarmya mengendalikan aku ... kamu jahat Jambrong ! hi ... hi ... !" suara tawa membahana. terdengar oleh para penduduk, mereka juga mendengar percakapan mereka berdua. takut tapi penasaran.
Mbah Jambrong semakin yakin kalau kunti Esih ada seseorang yang membuatnya begitu kuat tapi siapa, ustad kah atau dukun seperti dirinya ia pun mencoba untuk mengujinya. Dia pun merapal ajiannya tiba-tiba dia melompat dan mengeluaekan sebuah keris, terasa angin besar bertiup kencang.
Secepat kilat sebuah larik cahaya melesat ke arah kunti Esih dan secepar kilat juga ia menghindar dari serangan.
"Hi... hi... !" kunti Esih kembali tertawa.
"Kurang ajar, siapa dirimu sebenarnya !" mbah Jambrong marah.
"Kenapa marah ... kakek peot ! hi ... hi ... aku teh Esih masih juga engga percaya !" jawab kunti Esih mengejek.
"Sialan, siapa pun kamu akan ku hajar !" mbah Jambrong kini tidak main-main lagi ia mengerahkan ilmunya yang tertinggi untuk melawan kunti Esih.
Kini mereka bertempur, semua penduduk yang melihat tak percaya seorang dukun terkenal sedang bertempur dengan sosok kunti Esih yang beberapa waktu lalu juga telah membuat heboh dengan penampakannya mengganggu warga desa sebelum akhir ditangkap oleh mbah Jambrong ! kini keduanya kembali bertarung dengan mengejutkan karena ilmu kunti Esih tiba-tiba meningkat pesat.
Tak terasa sudah beberapa waktu mereka bertarung. Mbah Jambrong dibuat kelelahan oleh Kunti Esih.
"Kurasa aku terlalu banyak bermain-main denganmu, lebih cepat akan ku akhiri pertempuran ini bersiaplah untuk mati kuntilanak sialan !" mbah Jambrong sepertinya sudah habis kesabarannya.
"Silahkann tua bangka akan kuladeni ilmumu, lagi pula aku kan sudah mati hi.. hi ... mau mematikan aku dua kali juga tak jadi masalah hi ...hi ... !" Esih meledek mbah jambrong.
Mbah Jambrong pun mulai mengeluarkan sebuah ilmu yang akan menghanguskan siapa pun termasuk mahluk astral sekalipun, kerisnya kini diselumuti warna biru yang berhawa sangat panas, tapi Esih terlihat tidak gentar dengan hal itu, Mbah Jambrong pun mulai menyerang tanpa sedikit memberi ruang gerak buat Esih.
Tapi semua terkejut melihat Esih begitu lihai mengelak semua serangan mbah Jambrong, mereka yakin itu bukan Esih tapi orang lain yang mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Mbah Jambrong tersenyum kini penduduk berpihak padanya, hingga ada alasan untuk menumpas kuntilanak ini.
Esih tenang saja, sampai ia melompat ke arah atap sebuah rumah. Dia berdiri di saha,
"Hai kakek tua, kamu tahu rumah siapa ini ?" tanyanya, semua penduduk terdiam beberapa waktu lalu rumah itu adalah mantan kepala desa yang diduga tidak senang dengan aktifitas perdukunan di desa ini. Salah satunya adalah mbah Jambrong, dia melarang hal itu karena merusak citra desanya sebagai desa santet, teluh dan pengasihan atau mencari harta kekayaan.
Sayang ketika pemilihah kepala desa untuk periode selanjutnya dia kalah dan tiba-tiba dikabarkan sakit dan tak lama meninggal dunia. Awalnya semua anggota keluarga menganggap itu hal biasa, tapi hari-hari selanjutnya mereka menerima serangan ghaib berturut-turut sehingga resah, gosip pun beredar.
Salah satunya karena melawan perdukunan, akhirnya keluarga mantan kepala desa pergi dari kampung dan ternyata setelah itu tidak ada gangguan lagi, rumah ini menjadi kosong, walau masih ada kerabatnya di sini tapi tidak ada yang mau menempati padahal rumahnya cukup besar.
"Aku tidak perduli !" jawab mbah Jambrong. dan kembali menyerang Esih dengan kerisnya. Esih kembali menghindar.
"Sialan kenapa kamu terus menghindar !" mbah Jambrong.
"Hi ...hi ... kamu mau tahu kenapa aku selalu menghindar ? itu karena ... aku ingin memperlihatkan wajah asli mu kakek tua !" jawab Esih. mbah Jambrong tidak perduli ia menyerang Esih.
Esih kemudian melompat ke sebuah rumah lain, mbah Jambrong mengejarnya dan kini Esih mulai melawannya.
"Kamu tahu rumah siapa in ?" tanyanya di sela pertarungan tapi mbah Jambrong tidak menjawabnya.
"Masa kamu tidak tahu rumahmu sendiri !" lanjut Esih, mbah Jambrong tertegun dia kemudian menatap rumah tua yang sudah reyot itu.
"Kakek tua, disinilah kamu dilahirkan oleh seorang wanita tanpa diketahui siapa ayahnya ! hi ... hi ... banyak gosip beredar dia diperkosa oleh sekelompok pemuda mabuk, yang kemudian di ketahui salah satunya anak seorang juragan ...!"
"Berhenti ! jangan membicarakan yang tidak-tidak ! kamu tahu apa hah !" muka mbah Jambrong semakin memerah.
"Sejak saat itu si anak membawa kesialan di rumah tersebut sering di ejek sebagai anak haram ! tak lama ibunya meninggal !" lanjut Esih yang melanjutkan pertarungan sambil bercerita.
Semua penduduk terdiam, diantara yang sudah tua pernah mendengar kisah itu.
"Syarif ? itu anak ceu Momon ?" tiba-tiba salah seorang tetua kampung berteriak.
"Jangan ikut campur, sia teh Mansur ! teriak mbah Jambrong sambil melotot ke arah tetua kampun, semua terkejut jadi benar dia orang sini bukan dari kampung lain.
Esih kembali menceritakan kisah hidup seorang Syarif yang kemudian merantau dan berguru kepada seorang dukun sakti. tanpa memperdulikan mbah Jambrong semakin membabi buta.
"Hei kakek tua ! bagi Esih mah gampang ngalawan kamu teh ! karena keris naga kamu teh bukan yang terbaik tapi Esih suka ! hi ... hi ... ! jadi laper ... !" ujarnya makin memanasi bahkan lanjut membongkar masa lalu mbah Jambrong dari Syarif hingga merubah namanya jadi sekarang.
Bersambung ...