webnovel

KEHIDUPAN YANG BERLIKU

Ardi Mustofa Pria dengan 1 anak masih berumur 39 tahun,Harus merelakan hartanya di ambil karena korupsi duit perusahaan.Terbiasa hidup di manja sang Ibu, Karena Anak semata wayang membuatnya tanpa rasa bersalah dan malu dia bersama anak istrinya pulang ke rumah ibunya. Menempati rumah peninggalan bapaknya di desa. Entah kenapa Mustofa bisa tergiur oleh bujuk rayu teman sekantornya. Bersama Samsiah istrinya mereka berdua pun memulai kehidupan dengan mengandalkan hasil penjualan perhiasan istrinya. Sebagai istri sebenarnya Samsiah berulangkali mengingatkan Mustofa, Namun sifat keras kepalanya mementahkan segala nasehat istrinya. Hingga akhirnya garis nasib melemparkan keduanya menjalani terjalnya jalan kehidupan. Samsiah dengan alis mata tebal dan hidung mancung tinggi semampai berhasil memikat hati Mustofa pemuda berperawakan pendek yang saat pertama kali bertemu adalah karyawan yang sedang naik daun karena prestasi kerjanya. Mereka menikah tepat setahun setelah bertemu, 2tahun kemudian saat Anton anak mereka lahir Mustofa menyuruh istrinya itu berhenti bekerja. Samsiah yang di besarkan dalam keluarga puritan di mana masih menggunakan sistem paternalistik, menuruti saja keinginan suaminya tersebut. Hingga saat pihak perusahaan menyita segala aset yang mereka punya dia hanya pasrah saja. Dengan lapang dada Samsiah mengikuti keinginan suaminya pulang ke rumah ibunya. "Kalau tinggal di rumah kamu, Kasihan anton dia tidurnya di mana?" Itulah alasan Mustofa pada Samsiah. Alasan yang masuk akal karena rumah yang di tempati orang tuanya hanya punya 2 kamar sedangkan adiknya masih ada 3. Berpikir demikian Samsiah pun dengan mantap mengikuti ajakan Mustofa. Berbekal hasil penjualan emas yang dia punya Samsiah mencoba peruntungan dengan berjualan gorengan di depan rumah mertuanya. Namun Nasib baik belum berpihak pada Samsiah,baru 3 bulan berjualan. Mustofa sudah meninggal karena kedapatan mencuri kotak amal di mushola. Di bantu Raminah sang mertua,Samsiah dengan tegar melanjutkan hidupnya dengan sekuat tenaga. Biarpun sudah berumur dengan punggung yang sudah membungkuk dan rambut memutih Raminah masih gesit bekerja. Sebagai orangtua Karto dan Diroh tak tega melihat kehidupan Samsiah,mereka pun membujuk Samsiah agar kembali mencari suami lagi. Setahun setelah kematian Mustofa suaminya,Bapak Ibunya datang berkunjung dengan membawa seorang pria yang katanya akan jadi suaminya. Samsiah mengenali pria tersebut.. Yaahh..dia adalah Kartilam pemilik penggilingan padi di desanya. Seorang kaya raya warisan orang tuanya,tapi terkenal playboy buktinya istrinya ada 7. "Sekarang dia duda,semua istrinya sudah dia ceraikan sebulan yang lalu " Bujuk ibunya. Samsiah akhirnya menyerah dengan bujukan ibunya ,sebelum pergi Raminah berbisik padanya. "Kalau ada apa apa,pulanglah ke sini" Ucapan yang terngiang dengan jelas di telinga Samsiah. Membuat mata Samsiah berkaca kaca. Kalimat Raminah tersebut kiranya hanyalah isyarat belaka. Hingga akhirnya Samsiah kembali datang ke rumah Raminah dengan 2 Anak yang masih kecil beserta Anton cucu kesayangannya.

Daffa_Kireyna_2001 · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
4 Chs

KEMATIAN

Setelah duduk mereka langsung menyalami Samsiah.Para Warga yang datang melayat pun segera mendekat, Penasaran. Ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi.

"Selamat malam ibu"

"Malam juga,Pak.Apa yang terjadi dengan suami saya pak" Dengan raut muka pasrah.

Samsiah menyambut uluran tangan ketiga orang tersebut

"Ibu yang tabah yah" Pak Kades menyahut. Sambil menepuk nepuk punggung Samsiah. Sebagai Kepala Desa dia tidak menyangka ada warganya yang berbuat pidana, Mencuri di Desanya sendiri. Apalagi dia termasuk warga pendatang.

"Coba jelaskan ,apa yang terjadi" Kata Samsiah penasaran bingung dengan semua kejadian ini. Samsiah memandang ketiganya secara bergantian.

Seorang polisi angkat bicara.

"Suami ibu meninggal karena di keroyok masa"

"Apa salah suami saya pak?, Kenapa mereka membunuh Suami saya?" Tanya Samsiah dengan suara bergetar.

"Kronologinya Bapak Mustofa ketahuan sedang mencuri kotak amal mushola" Polisi satunya menjelaskan.

"Saat dia mencoba mencongkel dan membuka gembok kotak tersebut ternyata perbuatannya terlihat oleh seorang warga ,hingga dia memanggil warganya lainnya ,Akhirnya Mustofa di gebuki rame rame oleh warga. Lantas dia di bawa ke Rumah sakit namun Tuhan berkehendak lain" Urainya panjang lebar.

"Benarkah itu Pak?" Samsiah mencoba memastikan apa yang dia dengar itu salah.

Di belakangnya terdengar tetangganya saling berbisik mendengar penuturan Polisi barusan.

"Ternyata Mustofa maling, Saya tidak menyangka" Kata yang lain.

"Di Perusahaannya dia Korupsi, Di desanya malah mencuri kotak amal " Ucap yang lain menimpali.

"Kasihan Raminah,Melahirkan anak seperti itu"

Suara suara sumbang dari warga desa itu terus terngiang di telinga Samsiah. Bagaikan dengungan ribuan lebah...

"Itu semua bohong...!!!" Teriak Samsiah.

"Suamiku bukan pencuri"

Samsiah ingat Mustofa Suaminya pagi tadi mengatakan akan mencari uang tambahan buat modal jualan, Mustofa mencium keningnya lalu pergi. Rupanya itulah kecupan terakhir dari Mustofa, Samsiah tidak pernah menyangka Suaminya hidupnya akan berakhir tragis karena berbuat nista.

"Mencuri kotak amal mushola"

Sebuah hukuman sosial pasti akan mereka terima, membuat Samsiah tak bisa berpikir lagi. Pandangannya berkunang kunang, lantas dia pun pingsan.

Seorang perempuan setengah baya mendekat dan segera mendekap tubuhnya.

"Samsiah bangun Nduk" Ujarnya lirih. Dengan cekatan Ia mengoleskan minyak kayu putih di bawah hidung Samsiah,membuat Samsiah segera tersadar dari pingsannya.

Samsiah mengerjapkan matanya sebentar,sinar lampu yang begitu terang membuat matanya harus segera beradaptasi.

Lantas Samsiah duduk.

Sinar lampu yang terang,orang orang yang berkerumun di hadapannya sudah cukup menyadarkan ingatannya. Karena dia tahu lampu ruang tamu di rumahnya sehari hari hanyalah sebuah lampu pijar 5watt ,bukan lampu TL puluhan watt.

"Kamu sudah sadar Nduk"

Samsiah mengangguk.

"Terima kasih Binari" Ucapnya kemudian.

"Aku harus kuat,Aku harus bangkit" Samsiah menengadahkan pandangannya.

Terlihat Kepala Desa dan kedua Polisi itu masih duduk di hadapannya.

"Maaf ya Pak" Ujar Samsiah sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Tidak apa apa Ibu, Kami paham dan mahfum kok" Ucap Kepala Desa tersenyum.

"Kalau begitu kami bertiga pamit dulu,nanti Pak Sodik sebagai Ketua RT di sini yang akan mengurus keperluan jenazah "

Mereka bertiga pun bangkit dan menyalami para pelayat sebelum pergi berlalu meninggalkan rumah duka.

Samsiah hanya mengantar kepergian mereka di depan pintu,karena seseorang memanggil namanya.

"Samsiah kesini sebentar" Ternyata Raminah sudah reda tangisnya.

Terlihat olehnya ibu mertuanya tersebut berbicara dengan seorang lelaki,tampak juga Binari mendampingi di sebelahnya.

"mungkin dia itu Pak Sodik" Gumamnya lirih,sebagai warga Desa yang baru 2 bulan menetap di sini Samsiah belum begitu kenal dengan tetangganya. Bukan karena Samsiah anti sosial tapi kesibukannya mengurus Aisyah, Anaknya membuat Samsiah merasa tidak ada waktu.

"Duduk sini Nduk" Raminah menunjuk ke sampingnya,Samsiah pun menggeserkan tubuhnya di sampingnya.

"Ini Samsiah menantu saya Pak" Raminah memperkenalkannya pada lelaki tersebut.

"Saya Sodik Ketua RT di sini" Sambil mengulurkan tangannya. Samsiah segera menyambut uluran tangan Sodik, bersalaman.

"Saya sebagai Ketua RT,hanya menyampaikan amanat dari Pak Kades. permintaan maaf dari warga desa atas kejadian ini "

Samsiah hanya mengangguk lemah.

"Tidak apa apa Pak ,saya sebagai istrinya sudah ikhlas menerima semua kejadian ini" ucapnya dengan lirih,toh semuanya sudah terjadi mau bagaimana lagi.

"Terima kasih Bu" Jawab Sodik dengan getir.

"Ibu Raminah sendiri bagaimana?" Tanya Sodik ke Raminah.

Raminah menghela nafas sebentar lantas berkata"Saya sudah mengikhlaskannya Pak RT"

"Alkhamdulillah" Jawab Sodik penuh kegembiraan. Jawaban mereka berdua sungguh di luar dugaannya, awalnya dia berpikir keluarga Mustofa tidak menerima tindakan main hakim sendiri dari warga desa,makanya saat di serahi tugas oleh Pak Kades Sodik sempat was was takut mereka berdua akan menuntut atas kematian Mustofa.

"Terima kasih,besok pagi jenazahnya akan kami kebumikan,untuk acara tahlilannya Ibu berdua tidak usah khawatir semua biaya di tanggung pihak desa sampai acara 1000hari " Sambung Sodik dengan wajah cerah.

"Pak RT bisa di mulai sekarang baca surah yassinnya?" Ucap seorang pria yang berdir di sampingnya. Di lihat dari pakaiannya yang memakai sarung ,berpeci hitam dengan sorban di lilitkan di lehernya mungkin dia Ustadz yang biasa mengajar dan jadi imam masjid.

Sodik menoleh ,dengan segera ia berdiri menyalami orang tersebut.

"Silahkan Pak Ustadz "Ucapnya dengan ramah.

"Bu Raminah ini Ustadz Rhomadlon yang akan membaca yassin sampai jenazah Mustofa di kebumikan"

Raminah hanya mengangguk,tangannya menyenggol tubuh Samsiah.

Samsiah yang mengerti isyarat dari mertuanya,langsung berkata.

"Silahkan Pak,Dengan senang hati"

Dengan di iringi beberapa warga desa,Ustadz Romadlon segera duduk di depan jenazah, lantas mereka membuka Al qur'an yang di bawa dari rumah. Tidak berapa lama kemudian terdengar suara surah yassin bergema di ruangan tersebut.