webnovel

SENGAJA INGIN CELAKA....

Apa-apaan dia? Tidak mau mengembalikannya? Yang benar saja, belum apa-apa, aku sudah dapat seseorang yang sulit untuk dihadapi...

Tanpa sadar, Virginia bicara di dalam hati, dan itu membuat Lian melotot padanya.

"Kau membicarakan aku di dalam hati?" tanyanya dengan mata tajamnya tepat mengarah ke manik mata Virginia.

"Ah! Enggak! Cuma merasa aneh saja, kalau itu bukan milikmu, masa kau tidak mau mengembalikannya?"

Tergagap, Virginia mengucapkan kalimat itu, ia sampai tidak sadar kalau pria di hadapannya ini memang bisa mendengar suara hati karena mendapat kekuatan bintang tersebut.

"Aku sudah bilang, kekuatan itu datang sendiri, buat apa aku mengembalikannya? Aku akan mengembalikan barang yang aku pinjam, sedangkan kekuatan itu? Tidak aku pinjam atau aku minta, datang sendiri, ya, salah sendiri! Sudahlah! Lupakan membahas hal itu, kau bantu bibik saja, biar aku yang menyediakan pesanan pelanggan tadi!"

Habis bicara demikian, Lian berlalu dari hadapan Virginia, membuat gadis berambut panjang itu terpaku di tempatnya.

"Leo memang keras, dia sulit untuk ditentang, tapi jika kau bisa mendapatkan selahnya, dia akan tunduk padamu dengan mudah!"

Suara Putri Virgo terdengar, dan Virginia menghela napas panjang.

"Tapi, apakah harus aku melakukan ritual seperti itu untuk mengambil kekuatan? Aku rasa, aku tidak perlu melakukannya. Karena bukankah seseorang yang berbintang Taurus itu yang akan mengambil semua kekuatan itu untuk dikembalikan, bukan?"

"Ya, hanya manusia yang berbintang Taurus itu, tapi jika membahayakan, kau bisa mengurangi jumlah kekuatan itu untuk sementara, Virginia!"

"Tidak! Aku, tetap tidak mau!"

"Ini demi keselamatan dunia kita bersama, sangat berbahaya jika ada seseorang yang menggunakan kekuatan itu untuk hal-hal yang tidak baik!"

"Tapi, dia itu bos, aku yakin sebagai bos, dia tidak akan sembarangan berbuat, Putri! Sudahlah! Aku harus bekerja, nanti pulang bekerja, kita akan coba untuk mencari informasi tentang seseorang yang kemungkinan mendapatkan kekuatan bintang Taurus itu."

"Kau berjanji?"

"Aku berjanji! Tunggu saja, sekarang aku harus kerja dulu, ya?"

Putri Virgo hanya mengiyakan. Meskipun ia tidak sabar untuk mengajak Virginia untuk mencari manusia yang mendapatkan kekuatan bintang Taurus itu, tapi tetap saja, Virginia harus menjalani kewajibannya sebagai manusia dahulu, baru kemudian kewajiban untuk membantunya.

Sementara itu Aries yang melihat Lian kembali tanpa Virginia hanya tersenyum simpul.

Seperti ada yang ia pikirkan, terutama ketika sejak tadi, Lian meraba lehernya terus menerus.

"Habis bermesraan mengapa kau seperti tidak puas?" tanyanya pada Lian dengan bibir masih mengulas senyum penuh arti.

"Apa pedulimu? Kau hanya pelanggan, tidak perlu ikut campur urusan orang lain!"

Lian meraih buket bunga yang tadi ia kerjakan, dan segera menuntaskannya agar bisa membuat pria itu pergi sesegera mungkin.

Kesal sekali dirinya, meskipun ia tidak mengerti mengapa ia sangat kesal, tetap saja, cara pria di hadapannya yang selalu mengatakan sesuatu yang mengesalkan hatinya.

Setelah selesai, buket bunga itu ia serahkan pada Aries dan Lian menulis sesuatu di sebuah notes yang kemudian notes itu ia robek dan disematkannya di atas buket bunga yang tadi ia buat.

"Semoga ibumu suka dengan bunga ini!" katanya sambil menyerahkannya pada pria itu.

Aries membaca tulisan Lian yang ada di atas notes tersebut.

Sedikit terpaku dengan apa yang ditulis pembalap itu di notes tersebut.

"Darimana kau tahu, ibuku pejabat?" tanyanya dengan tatapan mata menyelidik.

"Memangnya kau tidak terkenal?"

"Aku tidak seterkenal dirimu, jadi rasanya aneh seorang Lian tahu aku siapa."

"Sudahlah! Kau anak Pak Ronald memangnya siapa yang tidak kenal dirimu?"

Aries berdecak kesal. Mendengar apa yang diucapkan oleh Lian. Ingin mendebat, tidak bisa, bukankah apa yang dikatakan oleh pembalap bertubuh tinggi itu benar? Siapa yang tidak kenal ayah dan ibunya? Sama-sama seseorang yang terkenal karena profesi mereka masing-masing.

***

"Ara! Berhentilah, kau tidak akan bisa melakukan itu semua sendiri!"

Asisten Ara, artis muda yang sedang naik daun itu terus saja mengejar gadis berambut panjang tersebut, sambil bicara demikian entah untuk yang keberapa kalinya.

Ara menghentikan langkahnya. Dan berbalik menatap sang asisten pribadinya dengan wajah datar.

"Lalu, batalkan saja semua kontrak yang ada, kalau aku tidak diperkenankan untuk melakukan sendiri adegan itu!" katanya dengan nada serius.

"Tidak bisa seperti itu, kita bisa kena denda, apakah kau mau mendapatkan denda?"

"Kalau demikian, kamu diam saja, ikuti apa yang aku perintahkan, kau ini asisten atau majikanku?"

"Bukan seperti itu, aku asistenmu, sudah sepantasnya aku mengkhawatirkan dirimu, jika terjadi sesuatu dan lain hal, kau pikir siapa yang sedih? Aku yang sedih!"

"Bukan karena takut, kau tidak dapat gaji?"

"Ayolah, Ara! Ini berbahaya, bagaimana jika kau menderita patah tulang saat melakukan adegan berbahaya itu? Kau bisa tidak mampu bekerja selama bertahun-tahun!"

"Itu bagus, kan? Jika aku menderita patah tulang, aku tidak perlu lagi untuk melakukan syuting, mereka juga tidak akan mendenda kita, karena stop syuting, memang itu yang aku inginkan!" ketus Ara, sambil membalikkan tubuhnya dan ingin melangkah meninggalkan sang asisten pribadi, tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja, Tian sudah berdiri di hadapannya.

"Apa yang kau putuskan itu terlalu gegabah, Ara. Sebagai artis terkenal, kau tidak perlu melakukan itu. Sangat berbahaya, kau bisa memakai stuntman, Pak Ronald juga sangat menyarankan hal itu."

Ara mengangkat wajahnya, dan tersenyum getir mendengar apa yang diucapkan oleh Tian.

"Kita sudah membahas ini, Mas, Stuntman! Aku tahu, kau mengatakan itu karena pekerjaanmu terancam! Jika aku tidak mau memakai stuntman lagi, bukankah kau sama saja tidak bisa mendapatkan pekerjaan?"

"Itu berlaku untuk stuntmanmu, aku tetap punya job, meskipun kau tidak memakai peran pengganti, aku mengatakan hal ini, karena apa yang kau putuskan itu terlalu berbahaya, aku sudah mempelajari adegan yang akan kau mainkan nanti, kau tidak punya kepandaian saat melakukan sendiri adegan itu, bagaimana bisa kau tidak akan cidera?"

"Kau tidak mendengar? Aku memang mencari hal itu. Mencari waktu cidera yang kau katakan, agar aku punya alasan untuk stop dulu dari dunia entertainment?"

"Kau serius dengan hal itu?"

"Ya!"

Ara mengalihkan pandangannya ketika Tian menatapnya dengan sorot mata menyelidik.

"Kau sekarang berada di puncak popularitas, jika kau stop begitu saja, apa tidak sayang? Bukan bicara tentang uang, tapi seorang pekerja seni akan menyayangkan apa yang ia putuskan jika itu mempengaruhi pekerjaannya sendiri."

"Kau pikir, dunia entertainment itu, dunia yang aku impikan?"

"Semua orang memimpikannya, Ara, dan tidak semua orang bisa berada di posisimu sekarang!"

"Ohya? Kalau begitu posisi itu akan aku berikan pada mereka yang sangat memimpikan posisi yang aku tempati sekarang."

Habis bicara demikian, Ara berlalu dari hadapan Tian, dan Tian hanya bisa menarik napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh gadis berambut panjang tersebut.

"Sebenarnya ada apa? Ara adalah artis yang patuh, dan sangat peduli dengan keselamatan dirinya, tapi mengapa sekarang ia seperti orang yang putus asa?" tanya Tian pada sang asisten pribadi Ara.

"Entahlah, aku mendengar dia mengatakan hal yang tidak bisa aku percaya begitu saja, dia bilang, salah satu sponsor film yang dibintanginya sekarang meminta dirinya untuk kencan khusus...."

Note: Seseorang punya titik kesabaran, yang di mana saat sudah melampaui batas, ia akan bergerak tanpa menghiraukan apa yang sudah ia tahan selama ini.