webnovel

Jangan! Ini Barangku...

นักแปล: Wave Literature บรรณาธิการ: Wave Literature

Sepanjang akhir pekan, Shi Qinglan berada di paviliun Danau Qinglan bersama Bo Yucheng. Dia membantunya membersihkan luka Bo Yucheng dan mengganti kain kasanya. Untungnya, pria itu hanya menderita luka kulit bagian atas dan dapat pulih dengan relatif cepat.

Tapi, Shi Qinglan masih melarang Bo Yucheng mengendarai mobil sendiri untuk mengantarnya.

Pada akhirnya, Wen Le yang mengantarnya ke sekolah. Bo Yucheng memegang pinggang gadis itu dengan enggan. "Selesai sekolah, langsung pulanglah tepat waktu."

"Aku tahu." Shi Qinglan mengangguk seperti ayam yang mematuk nasi.

Bo Yucheng menekan bibir tipisnya. Dia sedikit membungkuk dan memberikan kecupan lembut dan dingin ke dahi Shi Qinglan. "Jangan berkeliaran ke mana-mana. Ingatlah, hubungi aku dulu jika kamu mendapati kejadian seperti terakhir kali."

"Oke." Shi Qinglan masih mengangguk patuh.

Bo Yucheng memandang kepergian Shi Qinglan meninggalkan vila sampai mobil benar-benar menghilang dari pandangan. Dia memejamkan matanya sebentar, lalu kembali dengan penampilannya yang dingin juga acuh seperti biasanya. Dia kembali ke ruang kerja untuk mengadakan rapat online.

 ...

Kini semua orang sedang membicarakan SMA Mingcheng

Para siswa berkumpul di depan papan pengumuman. Mereka menunjuk sambil saling mengomentari informasi yang tertempel di sana.

"Shen Ruxue dipenjara selama setengah bulan karena menjadi tersangka atas peristiwa kebakaran!"

"Ya Tuhan! Insiden pembakaran di gedung lama ternyata benar-benar ada hubungannya dengan dia? Departemen keamanan publik telah mengirim semua dokumen ke sekolah untuk melaporkan kritikan!"

"Sudah tahu anaknya berbuat begitu, ibunya masih tak tahu malu membuat keributan di depan sekolah."

Shi Qinglan kebetulan baru sampai di gerbang sekolah dan mendengar komentar-komentar para siswa yang berkerumun. Mata cantiknya terbuka sedikit lebih lebar.

Bibir merahnya melengkung. Dia terus berjalan langsung menuju ke gedung kelas. Rambut hitamnya tersampir di bahunya dan sedikit terangkat karena tertiup angin. Sosoknya yang begitu cantik itu seketika menarik perhatian banyak orang.

"Kabar yang tersebar sebelumnya mengatakan kalau Shi Qinglan adalah gadis kejam dan tidak bermoral, serta telah memfitnah primadona sekolah. Ternyata semua rumor itu sengaja dibuat-buat oleh ibu angkatnya untuk menghancurkan reputasi Shi Qinglan. Apakah benar begitu?"

"Konyol sekali! Apa kubilang, bagaimana mungkin seorang yang berparas seperti peri cantik ini memiliki hati nurani yang sangat kejam."

"Apa kalian belum dengar kalau ada seseorang yang jatuh pingsan di gerbang sekolah pada hari itu, dan Shi Qinglan menyelamatkannya dengan memberi bantuan CPR!"

"Benarkah? Apa itu bukan settingan? Seperti yang diharapkan, sudah cantik baik hati pula. Ibu angkatnya berkata bahwa Shi Qinglan adalah anak yang tak tahu terima kasih dan mencelakai orang-orang yang telah merawatnya. Tentu saja itu adalah kebohongan semata."

Opini publik selalu seperti ini, dapat berubah arah angin dalam sekejap.

Shi Qinglan mengabaikan mereka semua. Dia sengaja berputar arah dari taman menuju ke gedung kelas agar tidak menjadi tontonan lagi.

Tapi, tanpa terduga, dia mendengar ada suara berisik dari balik semak-semak, disertai dengan umpatan-umpatan kotor.

"Hei, gadis udik yang mengotori mataku! Cepat bayar biaya perlindungan! Kalau tidak, kau jangan harap kamu bisa pergi dari sini dalam keadaan utuh!"

"Persetan, berani-beraninya kamu menendangku!"

"Pukul dia sampai mati! Bocah menjijikan ini perlu diberi pelajaran! Pukul sampai dia mau menurut, biar dia tahu siapa bos besar di sekolah ini!"

 Kemudian, tiba-tiba terdengar suara pukulan dan tendangan.

Sorot mata Shi Qinglan berubah dingin. Dia melihat ke samping, tepatnya ke arah semak-semak. Jelas terlintas aura tajam di matanya yang sedikit menyipit. Tanpa pikir panjang, dia meletakkan tas sekolah dari punggungnya dan berjalan lurus.

"Jangan! Ini barangku."

Sekelompok anak laki-laki mengepung seorang gadis di dekat semak-semak. Mereka merampas tas sekolahnya dengan brutal dan membuang semua barang-barangnya, lalu mengobrak-abriknya. Namun, mereka tidak melihat uang sepeser pun.

Rasa panik dan gugup terpancar di mata gadis itu. Dia melihat kotak kecil yang sangat ia lindungi ikut terjatuh dengan barang-barang lainnya. Karena takut dirampas mereka, dia pun segera bangkit dan hendak mengambilnya.

"Apa ini! Kotak kecil itu cukup menarik dan terlihat sangat indah. Apa kau menyembunyikan barang berharga di dalamnya?"

Si siswa pengganggu memperhatikan gerak-gerik gadis itu dengan tajam. Dia hendak membungkuk dan menarik lengan gadis itu, tetapi tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang patah di udara, disertai teriakan dan tangisan yang melengking keras, "Akhhhhhh~"