webnovel

Karang Yang Terkikis

Ceara malvina seorang siswa berusia 18 tahun dan seorang anak tunggal di keluarganya sejak dia kehilangan sang adik saat masih berada di dalam kandungan mamanya, ara adalah panggilan sehari-harinya. Dia bersekolah di SMK swasta jurusan sekretaris sekaligus atlet voli junior yang karir nya mulai melonjak naik, ara seorang gadis yang periang dan baik hati sehingga dia mempunyai banyak teman selain banyak teman ara juga punya kekasih seorang mahasiswa di universitas ternama dan sang papa pun sangat menyayanginya namun berbeda dengan sang mama yang matrealistis, egois, keras kepala dan terkadang suka merendahkan orang. Setelah kelulusan ara sang mama langsung menjodohkan ara dan memaksanya menikah dengan pria misterius pilihan mamanya yang tidak ara kenal sama sekali, namun apa daya Ara yang tidak bisa menolak atau pun melawan mamanya dengan berat hati ara terpaksa harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, melupakan dan mengubur semua cita-cita yang ingin menjadi pramugari dan atlet voli profesional, lalu menikah dengan pria tersebut. Namun pernikahannya tidaklah berjalan bagus, setiap hari ara harus menghadapi hinaan dan kekerasan dari suaminya bahkan kehidupan pernikahannya lebih mirip neraka, bahkan setelah menjalani 3 bulan menjalani kehidupan pernikahannya, ara harus menerima kenyataan bahwa suaminya adalah anggota pemberontak pemerintah dengan nama organisasi A.C.M lalu dapatkah ara keluar dari siksaan batin suaminya?? dan dapatkan ara lepas dan bebas dari pernikahannya?? atau malah terjebak seumur hidup di pernikahannya??

Black_Rose_6050 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
51 Chs

Kedatangan silvia dan ancamannya

Ara membeku menatap wanita itu dengan santai sambil menyesap kopinya, saat ini pikiran ara kacau dan penuh tanda tanya kenapa wanita itu menjadikan dirinya target steven yang menyadari hal itu langsung membawa ara ke ruang kerja untuk membuatnya tenang "Ra ke atas ya..gue temenin loe." "Ya kak." Lalu steven meminta tolong pada bella untuk menggantikan dirinya di kasir karena dia beralasan jika ara tidak enak badan "Bel..tolong gantiin bentar ya gue mau bawa ara ke atas dulu." "Oh iya kak." Mereka berdua segera ke atas dan saat steven menutup pintunya ara kembali menangis, hati steven seperti di cubit karena melihat ara saat ini "Ra loe tenang ya." "Kak siapa sebenarnya wanita itu..hikss.." "Sebenarnya dia adalah teman kuliah alex, dulu dia pernah menyatakan cinta pada alex..tapi di tolak." Ara memandang steven yang menurutnya saat ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya "Kak tolong jujur sama ara, apa yang kakak sembunyikan." Deg..steven bingung harus bagaimana menjelaskan kepada ara tentang dirinya yang menjadi istri muda dari suaminya rasanya mulut steven terkunci.

Alex yang tengah asik berbincang bersama arifin di kejutkan dengan kedatangan dua pria itu wandi dan deri, mereka tanpa permisi ke sang tuan rumah langsung menerobos masuk ke kamar arifin "Kalian kenapa?? Gak sopan main masuk aja." "Maaf bro..maaf om.." ucap deri yang tampak panik namun dia berusaha untuk menyembunyikan hal itu dari arifin "Bro bisa ngomong di bawah?? Ada tante dewi juga." "Om sebentar ya aku kebawah dulu." Lalu alex pun mengikuti mereka ke bawah dan di sana sudah ada dewi yang terlihat khawatir karena dia sudah tahu terlebih dahulu jika silvia ada di cafe, beruntung saat ini rahman sudah ke restorannya yang satu lagi jadi mereka tidak bertemu dengannya "Kalian tarik nafas dulu." "Lex..itu wanita gila yang dulu ngejar-ngejar loe ada di cafe." Ucap wandi dengan wajah khawatir "Apaaa..kok bisa." "Mana gue tau..coba loe ke sana bareng sama tante dewi." Akhirnya alex menyetujuinya mereka segera bergegas ke cafe dan arifin mereka titipkan kepada deri juga wandi.

Direstorannya rahman sedang bersama anak buahnya untuk membicarakan suatu rencana dan tiba-tiba ponselnya berbunyi, setelah mendengar laporan dari anak buahnya bahwa saat ini silvia sedang di cafe rahman seketika marah besar "Dasar wanita b***h!! Untuk apa dia kesana!! Sungguh ceroboh!!" Rahman segera menghubunginya namun silvia tidak mengangkat telepon dari sehingga rahman memutuskan untuk menyusulnya ke cafe namun sesaat dia ragu dan memutuskan untuk membuat perhitungan nanti jika dia sudah kembali ke mansionnya karena akan beresiko baginya jika dia tiba-tiba muncul di sana dan akan membuat ara curiga.

Alex tiba di cafe lalu dia memarkirkan mobilnya tepat di depan cafe tapi dia tidak turun dari mobilnya karena khawatir jika nanti anak buah rahman ada yang melihatnya kemudian dewi masuk ke dalam cafe dan namun dia tidak melihat ara atau pun steven kemudian dia langsung ke atas menuju ruang kerja, saat membuka pintu dia melihat ara menangis di pelukan steven dewi sudah menduga akan hal ini lalu dia mendekati putrinya dan steven menjelaskan apa yang sudah terjadi "Sayang sepertinya kamu harus tahu yang sebenarnya, bukan hanya tentang silvia tetapi tentang hubungannya dengan suamimu." "Apa maksud mama??" Dewi menghela nafasnya dan melihat steven dengan tatapan memohon bantuan untuk menjelaskan kepada putrinya. Disaat dewi sedang di atas alex menggunakan masker dan segera turun dari mobilnya menghampiri silvia lalu menyeretnya ke dalam mobil "Sayang..kenapa kau bisa di sini??" Silvia langsung memeluknya namun alex segera melepaskan pelukannya dan mencengkram lengan silvia lalu menatapnya dengan tajam "Apa tujuanmu datang ke cafe ara!!! Saya peringatkan, Jangan pernah kau menyentuhnya!!" "Kenapa!! Ingat ya lex aku bisa saja mengadukan hal ini pada Rahman!!" Alex mencengkram kedua pipi silvia sehingga dia meringis kesakitan "Silahkan saja..malah lebih bagus jika dia tau." Alex sama sekali tidak takut dengan ancaman silvia malah sebaliknya, wanita itu terlihat gemetar lalu dia membuka pintu mobil alex dan segera pergi dari tempat itu.

Sore harinya rahman segera bergegas menuju cafe karena dia khawatir jika silvia mengatakan yang macam-macam kepada ara, lalu dia segera menambah kecepatannya agar bisa cepat sampai di cafe dan saat tiba di sana dia melihat ara sedang sibuk membantu steven di meja kasir yang menjadi satu dengan area baverage karena sore ini cafe sangat ramai ara sengaja bersikap tidak peduli walaupun barusan dia melihatnya tiba namun rahman tidak mau ambil pusing soal itu dan dia pun segera naik ke atas menuju ruangannya untuk menunggu ara dan pada saat dia memasuki ruang kerja terlihat dewi sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, tidak beberapa lama ara naik ke atas dan duduk di sebelah mamanya "Cafe rame ya ra." "Ya begitulah." Ara ingin sekali bertanya tentang silvia pada suaminya namun terpaksa harus di tahan dulu karena dia tidak mau merusak rencana alex dan yang lainnya, sampai saat ini dia belum tahu tentang kenyataan bahwa silvia adalah istri pertama rahman yang dia tahu Silvia dan rahman adalah teman dekat.

Tepat jam sepuluh malam cafe tutup ara pulang bersama dengan dewi lalu rahman pulang dengan mobilnya ara mengantarkan mamanya dulu kerumah lalu setelah selesai dia akan pulang ke mansion rahman, langkah ara semakin berat saat dia masuk ke dalam mansion itu karena dia tahu apa yang akan di dapatnya dan saat dia sudah sampai di rumah tamu *plaaaakkk..* sebuah tamparan mendarat di pipinya yang halus "Apa yang kau bicarakan dengan wanita yang tadi pagi datang ke cafe!!!" "Apa maksudmu!! Aku tidak mengerti sama sekali!!" "Silvia bilang bahwa kau mengintrogasinya!!" "Apaaaa..aku tidak melakukan itu, kami hanya sibuk di area kasir!!" Silvia sengaja memfitnah ara agar rahman tidak menghukumnya kali ini lalu *Plaaaakkk.. Plaaaakkk..bruuukkk..* "Akkhh..hikkss..hikss..sakit" rahman menampar ara dua kali hingga membuat dia jatuh ke belakang hingga menyebabkan kening membentur meja sehingga darah segar keluar dari keningnya "Nyonya..astaga.." bi lela yang tidak sengaja melihat ara terjatuh dia segera berlari dan membantunya bangun lalu membawanya ke dapur untuk di bersihkan lukanya.

Di dapur ara menangis sesenggukan depan bi lela dia pun tidak tega melihat ara seperti itu lalu dia ke ruang tamu untuk mencari kotak obat setelah itu dia kembali ke dapur untuk membersihkan luka ara "Nyonya apa perlu saya bawa ke rumah sakit??" "Tidak perlu bi." "Tuan jahat sekali sama nyonya." "Bi tolong jangan kasih tau mama dan papa ya." Lalu perempuan paruh baya itu mengangguk tanda mengerti dengan apa yang di minta ara lalu dia segera menutup luka ara dengan plaster.