webnovel

Tak Suka Dirayu

Siska, sudah kebal telinganya mendengar pertanyaan dari orang yang mengenalnya. Pertanyaan kapan ia akan menikah sudah ibarat pertanyaan ujian nasional atau ujian masuk perguruan tinggi.

Pertanyaan yang cukup menantang. Untuk menjawabnya haruslah butuh persiapan yang matang. Tapi kadang ia menganggap pertanyaan itu seperti angin lalu saja yang tidak harus ditanggapi, namun ia sendiri merasa terganggu jika terusan ditanyai kapan menikah dan kapan menikah.

Ingin ia membuat sebuah baleho dan di dalam baleho itu hurufnya besar-besar dengan tulisan: Siska akan segera menikah! Tapi ia sendiri tidak tahu kapan pastinya ia akan menikah. Ibunya sudah tak sabar ingin menimang cucu Teman-temannya, Marwa, Ratna dan Meera, tiap kali bertemu selalu menanyakan: kapan Kau punya suami? Bahkan Pak Rektor pun sempat menanyakan hal itu.

Sungguh Pak Rektor sangat memperhatikan urusan jodoh alumnusnya. Saban sore Siska hanya bisa melamun di dalam kamar sambil baca buku. Terkadang ia baca buku di dalam lamunannya. Adakalanya ia melamun tapi matanya mengarah ke buku, mulutnya komat-komit sementara ia tak bergerak sedikit pun. Tiba-tiba Siska punya ide.

Entah dari mana ia mendapatkan ide itu, tiba-tiba lewat saja di benaknya dan ia segera melaksanakannya agar tidak lupa. Pertama kali yang ia lakukan adalah pergi ke toko buku dan membeli buku tentang pernikahan. Mulailah ia membaca buku pernikahan di depan siapa saja, asalkan ia adalah lelaki yang ganteng dan sesuai dengan kecantikan dirinya, sekufu, maka ia membaca buku di depan lelaki itu.

Kali ini Siska baca buku hanya agar lelaki peka padanya bahwa ia ingin segera menikah dan agar yang lain datang ke rumahnya menemui kedua orang tuanya walaupun ia sedang melakukan cara yang aneh, berbeda dan mungkin sedikit gila.

Di sampul buku itu tertulis kata menikah. Siska membaca buku di depan Retno dan Ratna. Ratna menganjurkan jangan baca buku itu di depan suaminya, ia tidak mau suaminya menikah dua kali apalagi dengan Siska. Padahal niat Siska tidak mentah-mentah merebut Retno dari Ratna melainkan siapa tahu ada teman lelaki Retno yang cocok untuknya. Karena sering dimarahi Ratna, Siska pun mulai sering bertandang ke rumah Marwa dan membaca buku di depan Firman dan Marwa.

Melihat judul yang di sampul ada kata menikah, Marwa juga melarang Siska membaca buku di depannya dan di depan suaminya. Marwa tidak ingin Firman menikahi Siska, karena Marwa tahu bahwa itu adalah kode keras Siska mengajak menikah. Padahal alasannya adalah sama, siapa tahu ada teman Firman yang cocok untuknya. Tapi belum sempat Firman bicara, Siska telah pergi karena Marwa tidak mengizinkan Siska membaca lebih lama.

Pada hari berikutnya Siska bertamu ke rumah Meera, ia membawa oleh-oleh buah anggur. Meera dan Siska bercerita sepatah-dua patah kata di depan rumah. Meera sering bertanya dan mengajak bicara, tapi Siska hanya menjawab yang perlu ia jawab dan menjawab sekenanya saja. Gunawan keluar dari dalam, Meera pun cemberut seperti isyarat mengusir Siska. Siska pun bergegas pamit. Belum jauh ia melangkah. Gunawan pun bertanya,

"Benaran mau menikah?" tanya Gunawan tanpa basa-basi. Belum sempat Siska menjawab, Meera menarik tangan gunawan masuk rumah lalu mengunci pintu dari dalam. Siska pergi dengan mengembang senyum dan tawa. Ia tertawa melihat tingkah teman-temannya yang ketakutan ia ambil hati suaminya. Padahal niatnya tidak lah seperti itu.

Siska sama sekali tidak berniat mengambil hati Gunawan dan Firman, kecuali Retno, Retno memang targetnya, sebab Retno adalah cinta pertamanya.Walaupn temannya berlaku begitu padanya, Siska sama sekali tidak sakit hati sebab ia sendiri tidak bermaksud seperti yang mereka maksud. Itulah untungnya orang baik, ketika orang lain salah sangka padanya, orang baik tidak sakit hati, malah membalas senyum dan tawa.

Karena jurusan pertama tak mempan. Siska pun membeli boneka sebesar anak bayi. Siska membeli boneka perempuan yang imut, sebab ia ingin anak pertamanya perempuan. Kemana pun ia pergi ia menggendong boneka itu. Sempat ada bapak-bapak yang usil bertanya padanya.

"Suaminya mana, Neng? Kok nggak pernah ikut?"

"Belum dapat, Pak!" Siska hanya bisa menjawab sekenanya saja. Siska kembali mengunjungi teman-temannya yang sudah berkeluarga. Lagi-lagi dengan maksud yang baik dan dia tidak mau mengatakan maksudnya sebelum suami teman-temannya bertanya. Kebetulan hari ini Meera, Marwa dan Ratna. Juga Gunawan, Firman dan Retno sedang berada di rumah Najwa Detektif, menjenguk Najwa Detektif yang masih tak mau keluar dari dalam kamar. Sudah lebih sebulan teman-temannya tak melihat wajahnya.

Siska datang terlambat. Siska naik bis. Di tangan kanannya memegang buku sedangkan tangan kirinya menggendong boneka imut itu. Sampai di rumah Najwa Detektif, Siska disambut ayah dan ibunya Najwa Detektif dan langsung mengarahkan ke teman-temannya yang sedang berkumpul.

Sampai di depan teman-temannya, Meera, Marwa dan Ratna langsung kaget. Makin hari Siska makin ganjil tingkahnya. Belum sempat lima menit ia duduk, Meera mengajak Gunawan pulang, Marwa mengajak Firman dan Ratna mengajak Retno. Mereka pamit pulang, sementara Siska masih duduk membaca buku dan menggendong boneka. Sesekali ia makan buah-buahan yang ada di atas meja. Firman mengajaknya ikut menumpang, tapi Siska tidak mau, pun Marwa memilih naik bis kalau sampai Siska ikut menumpang sebelum Siska normal kembali seperti dulu.

Tak lama Siska pun pamit pada ayah Najwa Detektif. Sampai di rumah, Siska membuka Whatsaps dan mengganti foto profil dengan kartun. Kartun itu seorang lelaki sedang mengulurkan sekuntum bunga melati ke perempuan yang memakai seragam pengantin baru. Belum lama setelah ia mengubah foto profil tesebut, handphonenya berdering. Ada inbox masuk via WhatsApp. Siska pun membaca,

"Duhai adek si cantik nan rupawan. Kau ibarat purnama di tengah kegelapan. Aku makhluk yang butuh penerangan. Andaikan saja rembulan itu setia dan selalu sudi menerangi bumi, maka sudihkah ia menerangiku hingga akhir hayatku? Duhai adek si cantik nan rupawan, jawablah bila memang tak terburu-buru."

Siska segera mengetik balasan:

"Maaf, Aku tak suka dirayu! Kalau mau dan serius, silakan datang ke rumahku dan temui orangtuaku!"

Nomor itu nomor baru dan belum tersimpan di dalam kontaknya. Siska mengeryitkan kening dan penasaran. Siapakah gerangan?

Siska menunggu balasan tapi tak kunjung dibalas lagi.

***