webnovel

Bab 5 BAHASA BINATANG

"Ngukkk... ngukkk... kamu siapa?! Berani-beraninya masuk wilayah kami?!"

Pemimpin Beruk yang memiliki ukuran seperti manusia dewasa, bertanya dengan mata melotot dengan gigi taring mengangga seakan ingin menggigit Agoes.

Ternyata Agoes mengerti apa yang di ucapkan Beruk ini, dia sama sekali tidak merasa aneh bisa mendengar dan mengerti bahasa binatang. Padahal manusia pada umumnya sama sekali tidak bisa memahami dan mengerti bahasa binatang.

Akan tetapi Agoes yang baru terlahir beberapa jam yang lalu sudah bisa mengerti bahasa binatang.

"Ini wilayah kamu? Saya tidak mengerti, karena saya dan ibuku juga tinggal di sini."

Pemimpin Beruk nampak kebingungan mendengar jawaban Agoes, karena setelah dekat dengannya dia tahu kalau makhluk di depannya merupakan ras manusia. Akan tetapi kenapa dia bisa mengerti bahasa yang dia gunakan.

Pemimpin Beruk menatap dengan penuh selidik kearah Agoes, dia semakin terkejut melihat sosok Agoes.

Karena ras manusia di depannya ternyata masih anak kecil atau balita, terlihat dari wajah dan bentuk tubuhnya yang telanjang dada. Hanya bagian kemaluannya saja yang di tutup sebuah kain kecil.

Beruk lainnya juga merasa penasaran dengan kehadiran Agoes, apalagi mereka juga sama terkejutnya seperti pemimpin mereka setelah melihat sosok Agoes dari jarak dekat.

"Ras manusia, ternyata dia anak manusia? Kenapa ada anak kecil yang sendirian di dalam hutan ini?"

Para Beruk seketika heboh mengetahui sosok Agoes yang masih seperti anak kecil. Beruk-beruk kecil juga nampak senang melihat sosok Agoes, mereka tentu saja batu pertama kali melihat seorang manusia.

Berbeda dengan para Beruk dewasa, mereka sudah beberapa kali melihat manusia di pinggiran hutan. Manusia yang mereka lihat adalah warga lereng gunung Maha Meru yang mencari kayu bakar.

"Hai... nama kamu siapa?'

Tiba-tiba ada Beruk kecil yang mendekat kearah Agoes sambil menatapnya dengan penuh selidik. Mungkin sesama anak kecil sehingga perasaannya tidak seperti Beruk dewasa yang merasa curiga dan khawatir.

Bagaimanapun juga Ras Beruk dan Ras manusia tidak pernah akur, para manusia sering membunuh mereka untuk bersenang-senang dan memakan dagingnya. Karena hal inilah membuat pemimpin Beruk perlu waspada dengan kehadiran Agoes.

Manusia memang pemakan segala, mereka tidak cukup memakan daging ayam, sapi, rusa dan binatang pemakan herbivora saja akan tetapi manusia juga memakan daging Harimau, monyet, ular dan semua hewan yang ada di muka bumi ini.

Karena tahu akan keserakahan manusia inilah yang membuat pemimpin Beruk perlu berwaspada dengan kehadiran Agoes.

"Namaku Agoes, nama kamu siapa?"

Agoes bertanya balik setelah memperkenalkan namanya, satu persatu Beruk kecil berkenalan dengan Agoes dan membuat para Beruk dewasa menjadi lebih tenang melihat ke akrabannya dengan Beruk-beruk kecil.

Seperti menemukan teman baru, Agoes seketika melupakan ibunya yang masih terperangkap di dalam gua inti gunung Maha Meru. Dia asik bermain, berloncatan dari satu dahan pohon ke dahan pohon yang lainnya.

Tanpa Agoes sadari dengan bermain bersama Beruk-beruk kecil ini otot-otot tangan dan kakinya menjadi lebih terlatih setelah ikut bergelantungan di dahan pohon sambil berloncatan.

Tak terasa matahari sudah berada di atas ubun-ubun, Agoes bermain bersama anakan Beruk selama berjam-jam dan melupakan ibunya yang masih di dalam gua. Dia teringat akan ibunya ketika melihat ada anak beruk kecil yang sedang di gendong induknya sambil menyusu.

"Ibu... aku melupakan ibuku," pikir Agoes dalam hati.

Seketika dia berpamitan kepada teman-teman Beruknya, kalau dia akan menjemput ibunya terlebih dahulu untuk di perkenalkan kepada mereka.

Sebelum beruk-beruk kecil itu menjawab perkataan Agoes, sosoknya sudah menghilang dari pandangan mereka. Tentu saja menghilangnya sosok Agoes membuat para Beruk menjadi waspada, terutama para beruk dewasa.

Dengan kemampuan bawaannya, Agoes bisa berlari dengan sangat cepat berloncatan dari satu dahan yang satu ke dahan yang lainnya tanpa para beruk bisa menangkap pergerakannya.

Agoes juga tidak menyadari kelebihan yang dia miliki, baginya berlari dan berloncatan dengan cepat bagaikan kilat adalah hal biasa tiada yang perlu di banggakan.

Dalam sekejap Agoes sudah menghilang dan sudah berada di dekat rumput ilalang yang menutupi lubang gua.

Daya ingat dan daya identifikasinya benar-benar sangat akurat, meskipun dia masih kecil akan tetapi sama sekali tidak lupa jalan maupun tempat di mana lubang guanya berada.

"Ibu... aku datang...!!"

Terdengar teriakan dari lobang keluar gua, kemudian terlihat wajah lucu Agoes yang meluncur turundari lubang gua dan terjun bebas ke air panas di bawahnya.

Byurr...

Suara air yang terkena tubuh Agoes memuncrat mengenai Larasaty yang sedari tadi masih berdiri di tempat yang sama memikirkan anaknya.

Dia sama sekali tidak tahu caranya naik keatas lubang gua yang ada di langit-langit setinggi sepuluh meter.

"Agoes... kamu dari mana saja? Jangan membuat ibu khawatir."

Larasaty segera berjalan kearah Agoes dan memeluknya sambil menangis haru. Bagaimanapun juga Agoes adalah anak kandungnya dan satu-satunya keluarga yang dia miliki.

"Ibu, aku punya teman baru."

"Teman baru?"

Larasaty menatap wajah anaknya yang terlihat sangat gembira terlihat dari expresi wajahnya yang lucu. Larasaty sama sekali tidak mengerti, bagaimana mungkin anaknya punya teman baru, padahal mereka hanya berdua saja di hutan ini.

Seketika perasaan khawatir menghantui pikiran Larasaty, dia segera memeluk tubuh kecil Agoes dan memegangi pipinya yang tembem sambil menatap matanya yang berkilau bagai bintang kejora.

"Kamu darimana saja? Kalau bicara yang betul. Mana mungkin ada orang lain di tempat ini?"

Larasaty sama sekali tidak percaya dengan omongan Agoes, dia sama sekali tidak gembira mendapat kabar dari anaknya. Perasaan cemas seketika menghantui pikirannya dan rasa curiganya lebih besar yang berada di benaknya.

"Iya bu, di luar ternyata sangat indah dan luas. Disana saya bertemu dengan banyak teman dan mereka juga baik sama Agoes."

Larasaty segera menghela nafas berat mendengar omongan anaknya, saat dia menatap wajah anaknya lagi samar-samar dia seperti mencium bau mangga dari mulut anaknya.

"Kamu makan apa di luar sana?"

"Ndak tahu bu, saya makan buah yang manis dan enak rasanya. Agoes makan sepuluh bu, he he he he maaf ibu ndak saya bawakan."

Agoes tersenyum merasa bersalah ketahuan sudah makan buah mangga harum manis yang begitu manis dan lezat akan tetapi ibunya tidak dia kasih.

Larasaty semakin penasaran dengan keadaan di luar sana, karena dia masuk kehutan ini saat malam dan sekelilingnya juga sangat gelap.

Kemudian dia berpikir untuk meminta anaknya membawa dia keluar dari gua ini.

"Apa kamu bisa bantu ibu keluar dari sini."

"Ibu ingin keluar juga dan makan buah yang Agoes makan?" sahut Agoes dengan wajah lucu.

Menurutnya alasan ibunya ingin dia membawanya keluar karena tertarik dengan buah mangga yang tadi dia makan. Agoes sama sekali tidak tahu kalau pada dasarnya Larasaty memang ingin keluar dari gua inti Gunung Maha Meru ini sejak awal.

Malahan anaknya yang baru lahir sudah keluar terlebih dahulu, tentu saja dia menjadi tak berdaya.

Melihat ibunya menganggukan kepala, seketika Agoes merasa senang karena dia memang ingin mengajak ibunya keluar dan memperkenalkan kepada teman-teman barunya dan memetikkan buah Mangga Harum manis yang tadi dia makan.

Agoes kemudian memeluk tubuh ibunya dan dengan sekali hentakan, tubuh mereka berdua meluncur ke arah lubang sumur.

....