webnovel

Bab 10 DEWA KEMATIAN

Kemunculan Agoes di benteng tempat berlatih beladiri para prajurit Dewa, membuat para Dewa yang sedang berlatih seketika menghentikan latihan mereka. Aura yang keluar dari tubuh Agoes membuat seluruh area tempat berlatih tertekan, sehingga para tentara Dewa yang sedang berlatih menghentikan latihannya.

Tubuh Agoes memang kecil, selayaknya anak kecil akan tetapi saat ini di belakangnya ada bayangan sesosok Dewa dengan pakaian perang yang sangat mendominasi terlihat sedang berdiri dengan kokohnya.

Wajah Dewa yang ada di belakang tubuh Agoes merupakan wajah sebenarnya sang Dewa Petir yang di juluki Dewa Kematian.

Bangan Dewa Petir ini setinggi sepuluh meter dengan jirah besi yang berkilauan berwarna putih keemasan, seperti campuran emas dan perak serta besi hitam dari batu meteorit.

Puluhan ribu tentara Dewa seketika langsung bersujud memberi penghormatan melihat aura sang Panglima Perang para Dewa.

Agoes hanya mengangkat tangannya ke depan sebagai tanda menerima salam penghormatan mereka.

"Teruslah berlatih, jangan sampai kalian kalah saat menghadapi tugas membasmi ke angkaramurkaan pasukan iblis. Ras manusia di alam fana sangat mengharapkan bantuan kita, jangan sampai pasukan iblis memasuki tubuh dan pikiran manusia hingga membuat mereka saling bunuh dan membuat kerusakan."

Suara Agoes tidak terlalu keras akan tetapi menggema sejauh mata memandang masuk ke telinga para prajurit Dewa, seakan Agoes sedang berbicara di dekat telinga mereka.

Setelah memberi salam kepada para prajurit Dewa yang sedang berlatih, sosok Agoes segera melesat meninggalkan benteng tempat para prajurit berlatih.

Cahaya putih melesat bagaikan bintang berpindah, dalam sekejap cahaya putih itu menghilang di ketinggian langit.

Kali ini Agoes terus terbang hingga sampai ke sebuah pulau tersendiri yang mengambang di antariksa. Sekeliling pulau ini terlindungi formasi yang sangat kuat, tidak semua Dewa bisa memasuki pulau misterius ini.

Pulau ini adalah pulau suci, tempat para pimpinan Dewa berlatih kultivasi dan menggembleng diri.

Demikian juga dengan Agoes, meskipun sebelum Dewa Petir menitis ke tubuh Agoes, dia sudah mempunyai basis kultivasi yang sangat tinggi. Akan tetapi setelah menyatu dengan tubuh anak manusia, maka perlu melatih tubuh manusia ini untuk lebih tangguh lagi dan bisa seratus persen mewarisi kekuatan seorang Dewa sejati.

Sebuah pintu formasi terbuka membentuk lingkaran dan menghisap tubuh Agoes. Dengan tanpa perlawanan sedikitpun, Agoes mengikuti hisapan yang datang dari dalam pulau.

Setelah Agoes masuk kedalam formasi, pintu itupun langsung tertutup dan terlindung dari Dewa maupun iblis yang ingin berkultivasi di dalam pulau suci.

Bayangan Agoes menghilang setelah masuk kedalam gua yang ada di puncak gunung Suci.

....

Tanpa terasa lima tahun sudah berlalu sejak Agoes masuk kedalam pulau Suci untuk berkultivasi dan menggembleng tubuh manusianya.

Lima tahun di alam manusia berbeda dengan lima tahun di alam Dewa, satu tahun di alam Dewa sama dengan seribu tahun di alam manusia. Jadi saat ini Agoes sudah berkultivasi selama lima ribu tahun di alam Dewa.

Meskipun dia sudah berkultivasi selama lima ribu tahun, akan tetapi perkembangan tubuhnya sama dengan lima tahun di dunia manusia.

Saat ini di pintu gua yang ada di pulau Suci terlihat seorang pemuda berambut sebahu sedang berdiri tanpa pakaian yang menutupi tubuhnya. Hanya selembar kain kecil yang sudah usang menutupi bagian bawah pusarnya.

Pemuda ini adalah Agoes yang sudah tumbuh dewasa ukuran tubuhnya, meskipun usianya saat ini baru lima tahun sejak di lahirkan. Jalan pikirannya juga ikut dewasa mewarisi pikiran Dewa Petir.

Dia sama sekali tidak merasakan dunia anak kecil sejak di lahirkan. Agoes memang terlahir hanya untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran dan serangan pasukan iblis.

Agoes memandangi keadaan tubuhnya yang tanpa pakaian, dia segera masuk kembali ke dalam gua dan di jari tangannya terlihat ada sebuah cincing berwarna hitam dengan ornamen mantra mengelilinginya.

Dengan ajaib tiba-tiba di tangannya ada sepasang pakaian berbahan sutra tebal yang sangat indah. Tanpa menunggu lama, dia segera memakai pakaian yang baru dia ambil dari cincin spiritual.

Benar, saat ini di jari tengah Agoes ada sebuah cincin yang sangat aneh jika di lihat sepintas. Cincin ini merupakan cincin spiritual, tempat para Dewa biasa menyimpan benda atau barang-barang berharga.

Kalau di dunia manusia menyerupai brankas atau lemari, akan tetapi cincin spiritual ini lebih praktis dan bisa di bawa kemana-mana.

Cincin spiritual juga terdiri dari berbagai jenis dan macamnya, ada yang tingkat rendah, menengah hingga tingkat tinggi. Sedangkan yang di pakai Agoes merupakan cincin spiritual tingkat tinggi yang hanya di miliki para Jendral dan tetua maupun pimpinan tertinggi para Dewa.

Agoes sebagai Dewa Petir dan menjabat sebagai panglima perangnya para Dewa tentu saja memiliki cincin spiritual dengan kualitas tertinggi.

Satu buah cincin spiritual tingkat bawah di dalamnya menyerupai sebuah gudang dengan luas seukuran lapangan basket, sedangkan cincin spiritual tingkat menengah di dalamnya berukuran seluas lapangan sepak bola.

Sedangkan cincin spiritual yang di pakai Agoes luasnya sepuluh kali luas lapangan sepak bola, sehingga bisa menyimpan barang apapun di dalamnya.

Dengan pakaian putih yang terbuat dari sutra langit, maka pakaian yang kenakan Agoes sangatlah kuat dan tidak mudah sobek. Bahkan pakaian yang di kenakannya ini tahan dari sabetan senjata tajam.

Tubuh Agoes segera melesat meninggalkan pulau Suci dan terbang ke arah portal formasi yang ada di puncak gunung Maha Meru.

"Sudah saatnya saya membantu umat manusia dari kehancuran."

Mata Agoes sangatlah tajam menatap ke depan, benaknya di penuhi oleh semangat untuk berkumpul dengan umat manusia. Dia melupakan ibunya yang berada di istana peri.

Agoes merasa tidak perlu mengajak ibunya kembali ke dunia manusia, dengan kemampuannya Agoes bisa mengetahui perjalanan hidup Larasaty dan penyebab ibunya sampai ke gunung Maha Meru tanpa bertanya ke Larasaty secara langsung.

....

Siluman Harimau putih sangat terkejut ketika tiba-tiba pintu portal yang dia jaga bergetar dengan hebat seakan gunung Maha Meru akan meletus.

"Ada apa ini? Apakah Dewa akan keluar dari pintu ini?" gumam Siluman Harimau sambil siaga dan menajam tajam ke arah pintu portal.

Saat ini di luar gua, waktu menunjukkan pukul kosong-kosong atau tengah malam. Dan hujan sedang turun dengan derasnya, petir menyambar silih berganti di puncak gunung Maha Meru membuat binatang liar penghuni hutan purba ketakutan.

Siluman Harimau putih sama sekali tidak peduli dengan hujan dan badai yang terjadi di luar gua. Dia hanya fokus memperhatikan pergerakan yang terjadi pada pintu portal yang ada di depannya.

Kali ini tulisan dan angka-angka kuno mulai bergerak serta berputar membentuk formasi seperti lima tahun yang lalu saat Agoes dan Larasaty menghilang ke dalam dimensi lain di balik pintu portal.

Wushhhh....

Suara angin berhembus dengan kencang saat pintu portal terbuka dan sesok pemuda tampan terlihat berdiri dengan angkuhnya di depan pintu.

Siluman Harimau putih sangat terkejut melihat kemunculan Agoes dari dalam pintu portal.

....