Kamboja, wangimu begitu nyata. Semerbak menghiasi panca indra.... Rupamu indah, bagaikan bulu-bulu angsa yang tengah terbang di cakrawala.... Biasmu sempurna saat sang embun membelaimu dengan begitu mesra.... Namun sayang, kenapa kau harus menjadi lambang lara.... Duka yang tak kunjung usai untuk hati yang terlunta-lunta.... Atau bahkan, sebagai penyambut rasa atas raga yang telah tiada.... Kamboja... itu kamu....
Kami pulang dengan menggunakan mobil tepak. Jenis mobil tepak keluaran lama, memang. Dan itu sengaja dibawa oleh Paklik Sobirin untuk menjemput kami, dengan membawa salah seorang abdi dalem Sujiwo yang rupanya telah menyerbu Kemuning.