"Kamu ndhak apa-apa, toh, Sayang?" tanyaku kepada Manis. Yang sedari tadi, setelah bertemu dengan Bulik-Bulik tadi, Manis tampak semakin murung. Aku tahu lebih dari siapa pun sedikit banyak Manis terpengaruh juga dengan perkataan Bulik tadi. Dan aku ndhak mau, sampai dia terbawa suasana karena perkataan jahat itu.
"Sayang—"
"Kangmas...," katanya menyela ucapanku. Matanya tampak sangat bening, seolah melambangkan hatinya yang sangat jernih. Kemudian dia tersenyum kaku. "Bagaimana kalau ucapan Bulik tadi benar?" tanyanya.
Kukerutkan keningku ndhak paham, ucapan Bulik yang mana yang dia maksud? Sebab, banyak benar ucapan Bulik tadi itu.
"Ucapan yang mana?"
"Yang perihal jika aku ndhak mampu memberimu keturunan, Kangmas. Bagaimana jika itu benar terjadi?"
Aku langsung berhenti, kemudian aku menghadapnya. Menggenggam erat kedua pundaknya, sembari kutatap dia dalam-dalam.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com