"Bukankah dia adalah pembantu, Wili?" sambung Carol sambil tercengang. Kesal dalam hatinya karena lagi-lagi harus bertemu Jeni yang membuat perasaannya semakin geram saja.
Carol melemparkan tatapan nanarnya pada Jeni penuh dengan selidik.
"Pembantu?" Sindi bertanya pada Carol dengan terkejut.
Bibir Jeni tampak bergetar. Lututnya bahkan terasa lemas. 'Mengapa mamahnya Wili masih terlihat tak menerimaku?' batin Jeni terasa pedih melihatnya. Pemandangan yang membuatnya terasa pedih karena Wili berkata kalau Sindi telah menerima tapi kenyataan sungguh jauh berbeda.
Jeni menunduk tanpa bisa membela diri. Lagi-lagi Carol dengan yakinnya berkata kalau dirinya adalah pembanti Wili.
"Iya, Tante. Wili berkata kalau wanita ini pembantunya," jawab Carol dengan yakinnya. Jari telunjuknya bahkan melurus ke wajah Jeni dengan jijik.
"Apa! Pembantu itu lebih mulia dari pada dia!" cibir Sindi dengan bibir yang tampak menipis merasa jijik.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com