Kreysa memandangi sang kakak dengan wajah keheranan. Ia tetap menunggu bagaimana reaksi sang kakak. "Heum, aku nggak ngerti kenapa kamu nggak bisa baca buku ini, Kreysa. Ya sudahlah, aku rasa hanya ada dua orang yang bisa membaca buku ini." Freislor memanyunkan bibirnya. "Hah? Hanya ada dua orang?" tanya Kreysa dengan wajah penasaran. Freislor menganggukkan kepalanya pelan.
"Yah, kamu benar. Hanya ada dua orang. Aku dan juga Poresa. Hanya dua orang itu yang bisa membacanya. Tapi, pandangan Poresa terbatas. Dia hanya bisa melihat apa yang telah ditulis oleh Ayahnya. Tidak sepertiku yang bisa membacanya secara keseluruhan. Tapi itu tidak masalah. Setidaknya, aku punya teman untuk diajak diskusi." Freislor menjelaskannya dengan wajah kesal. Kreysa yang mendengarnya seketika tertawa.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com