"Kak, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," ucap Mikhael dengan suara lirih. Remaja itu berjalan ke arah sang kakak yang masih berada di kursinya. Breckson menghadap kembali ke mejanya. Salah satu tangannya memegang sebuah dokumen, sedangkan tangan satunya memegang sebuah pena. Ia memutar kursinya ke arah Mikhael. Kini, mereka berdua berhadapan.
"Yah, apa yang ingin kau bicarakan denganku, Mikhael? Apa ini soal alat yang sedang berada di ruang pengembangan?" tanya Breckson, ia berusaha untuk tersenyum di hadapan sang adik. Mikhael mengangguk pelan, ia tak langsung menanggapi perkataan sang kakak. Jutru sebaliknya, ia memandangi kedua mata sang kakak yang tengah menitikkan air mata.
"Kak, apa kau baik-baik saja? Apa Kakak baru saja menangis?" Mikhael bertanya kepada sang kakak dengan wajah cemas. Breckson yang berada di depannya tertawa lirih.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com