Sehabis maghrib Dira merebahkan dirinya telentang di atas kasur, dengan kondisi rambutnya yang masih basah dan diberi alas handuk. Kedua matanya menatap langit-langit kamar yang kosong. Memikirkan kejadian tadi sore antara dirinya dan Angkasa.
Bukannya tersipu atau merona, kali ini yang berisi dalam pikiran Nadira hanyalah satu kata, yaitu 'kekhawatiran' yang semakin menjadi. Ia tahu perbuatan tadi sangat-sangat salah.
Perlahan air matanya mengalir lagi, membasahi handuk. Isaknya pelan, namun terasa sangat menyakitkan.
Klekk!!
Rendra masuk sambil membawa sebuah nampan berisi semangkuk soto ayam beserta nasinya, dan segelas teh hangat untuk adiknya.
"Makan dulu.. udah gak ikut sholat, keramas tapi rambut belum kering udah rebahan, gak ikut makan malem juga. Udah sana tinggal di luar aja sonooo.." Omel Rendra gemas.
Dira buru-buru terduduk dan mengusap air matanya. Gadis itu memposisikan dirinya agak bergeser dan bersandar pada kepala kasur. Diam.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com